Sutradara memegang peranan penting dalam produksi sebuah film. Kreativitas mereka merupakan bahan bakar perwujudan ide cerita ke dalam semua aspek film, mulai dari karakter, latar tempat, kostum, tangkapan kamera, hingga musik. Oleh karena itu, tidak berlebihan rasanya jika kesuksesan suatu film akan selalu dikaitkan dengan keberhasilan sang sutradara.
Di dunia industri kreatif Indonesia, peran tersebut tidak hanya dipegang oleh para lelaki. Deretan perempuan berikut telah membuktikan kemampuan mereka yang luar biasa dalam menghasilkan sebuah film.
Baca Juga: Deretan Bisnis Milik Nurhayati Subakat, Pelopor Kosmetik Halal di Indonesia
Siapa saja mereka? Berikut di antaranya yang telah Olenka rangkumkan dari berbagai sumber:
1. Mira Lesmana
Bicara sutradara perempuan, nama Mira Lesmana tidak boleh terlewat. Meski kini dia dikenal sebagai salah satu produser papan atas di Tanah Air, beragam film yang dihasilkan Mira sebagai sutradara telah mengasah kemampuan dan membuktikan kepekaan Mira dalam sebuah produksi film.
Sebelum tenar sebagai produser film-film fenomenal seperti Petualangan Sherina dan Ada Apa dengan Cinta?, perempuan kelahiran Jakarta pada 8 Agustus 1964 ini lebih dulu menimba ilmu di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dengan mengambil jurusan Penyutradaraan pada tahun 1983. Namanya meroket usai menyutradarai seri dokumenter berjudul Anak Seribu Pulau yang terdiri dari 13 episode. Film lainnya yang dia sutradarai adalah Kuldesak pada tahun 1999, bersama dengan Rizal Mantovani, Riri Riza, dan Nan Achnas.
2. Kamila Andini
Membawa nama besar sang ayah, Garin Nugroho, Kamila Andini mampu membuktikan kemampuannya dalam penyutradaraan film. Perempuan kelahiran Jakarta pada 6 Mei 1986 ini merupakan lulusan Faculty of Sociology and Media Arts di Deakin University, Melbourne, Australia.
Dia mengawali kariernya sebagai asisten sutradara untuk video klip Tere, Ungu, dan grup Generasi Biru. Sementara itu, debutnya sebagai sutradara dilakukan lewat Rahasia di Balik Cita Rasa pada tahun 2002. Lewat film The Mirror Never Lies di tahun 2011, dia berhasil membawa pulang Penghargaan Khusus Sutradara Pendatang Baru FFI 2011.
3. Gina S. Noer
Ginatri S. Noer atau Gina S. Noer lebih dikenal akan kepiawaiannya dalam menulis skenario film. Puluhan skenario film seperti Ayat-ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, hingga Habibie dan Ainun mampu ditulis dengan baik oleh perempuan kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur pada 24 Agustus 1985 ini.
Lulusan Broadcasting dari Universitas Indonesia pada tahun 2003 ini beberapa kali masuk dalam nominasi penulis Skenario Terbaik, bahkan memenangkannya untuk film Habibie & Ainun dalam Festival Film Indonesia tahun 2013. Sementara itu, film yang melambungkan nama Gina sebagai sutradara adalah Dua Garis Biru yang rilis tahun 2019. Berkat film tersebut, Gina meraih penghargaan untuk tiga kategori sekaligus, yaitu Best Screenplay, Best Director, serta Best Movie dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival-Indonesian Screen Awards (JAFF-ISA) di tahun yang sama.
4. Upi
Bernama lengkap Santri Dania Sulfiati, perempuan kelahiran Jakarta pada 21 Juli 1972 ini lebih dikenal sebagai Upi. Mengawali karier sebagai asisten artis usai keluar dari bangku kuliah di pertengahan 1990-an, Upi kini dikenal sebagai salah satu sutradara perempuan papan atas di Indonesia.
Debutnya sebagai sutradara terjadi di tahun 2004 lewat film 30 Hari Mencari Cinta. Semenjak itu, beragam film berhasil Upi sutradarai, seperti Realita, Cinta dan Rock’n Roll (2006), Radit dan Jani (2008), Serigala Terakhir (2009), hingga My Stupid Boss (2016). Upi masuk bursa Festival Film Indonesia (FFI) dalam kategori Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Terbaik lewat Radit dan Jani.
5. Nia Dinata
Sutradara perempuan lainnya yang patut diperhitungkan adalah Nia Dinata. Perempuan kelahiran Jakarta pada tanggal 4 Maret 1969 ini merupakan cucu Otto Iskandar Dinata, Pahlawan Nasional Indonesia yang dijuluki “Ayam jantan”.
Dari awal kemunculannya sebagai sutradara, karya-karyanya langsung menjadi perbincangan. Film pertama yang ia sutradarai adalah Ca Bau Kan (2002) yang diangkat dari novel dengan judul sama karya novelis Remy Sylado. Film ini pun mendapat berbagai penghargaan dari berbagai festival internasional. Film lain yang Nia Dinata sutradarai adalah Arisan! (2004) yang mendapat banyak penghargaan, termasuk dari Festival Film Indonesia dan MTV Movie Awards; serta film Berbagi Suami yang juga dipuji banyak kritikus film.
Baca Juga: Mengenang Nh. Dini, Sastrawan Perempuan Berpengaruh sekaligus Pelopor Sastra Feminis Indonesia
6. Lola Amaria
Lola Amaria merupakan perempuan kelahiran Jakarta pada 30 Juli 1977 yang mengawali kariernya di dunia hiburan sebagai pemenang model Wajah Femina 1997. Dia mencoba dunia akting dengan bermain di sinetron Penari garapan sutradara Nan Triveni Achnas.
Sementara itu, debutnya sebagai sutradara dilakukan Lola lewat film Betina (2006) yang memperoleh penghargaan NETPAC Award dalam Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2006. Dia lantas mendirikan Lola Amaria Production pada tahun 2011 yang berfokus pada isu sosial dan kemanusiaan, seperti Sanubari Jakarta (2012), Kisah 3 Titik (2013), Inerie (2014), Negeri Tanpa Telinga (2014), hingga Eksil (2024).
7. Nursita Mouly Surya
Nursita Mouly Surya merupakan sutradara perempuan Indonesia kelahiran Jakarta pada 10 September 1980. Dia mulai membuat film saat berkuliah di Melbourne, Australia bersama teman Indonesianya.
Salah satu karya terbaiknya adalah Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak yang meraih puluhan penghargaan, termasuk Sutradara Terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2018. Film lainnya yang berhasil Mouly sutradarai adalah Perang Kota yang mendapat subsidi Aidex aux cinemas du monde dari Kementerian Kebudayaan dan Kementerian Luar Negeri Prancis. Film ini merupakan adaptasi dari novel Jalan Tak Ada Ujung (1952) karya Mochtar Lubis.