Gapai, startup yang membantu tenaga kerja Indonesia mengejar karier di pasar global, mendapatkan pendanaan tahap awal atau seed senilai US$1 juta (Rp16 miliar) guna memperluas layanan penempatan kerja internasionalnya. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh Wavemaker Partners dengan partisipasi dari Antler dan Angel Investor. Keduanya merupakan dua VC global dengan spesialisasi investasi startup tahap awal di Asia Tenggara.

Pendanaan tersebut akan mendukung misi Gapai dalam membangun jaringan talenta siap kerja yang dapat memenuhi permintaan pasar internasional. Di tahun 2024, Gapai menargetkan untuk menjaring 70.000 pekerja Indonesia, dan mengirim 2.200 di antaranya untuk berkarier di lanskap global.

Baca Juga: Startup Kesehatan Pendeteksi Kanker secara Dini, PathGen, Terima Pendanaan dari East Ventures

"Melalui aplikasi Gapai, proses penyaluran dibuat menjadi lebih cepat dan lebih efisien bagi perusahaan dan kandidat. Dengan menerapkan penyaringan kandidat yang teliti, Gapai bertujuan memastikan proses lamaran yang berkualitas tanpa harus menunggu lama seperti biasanya, dan semua diselesaikan hanya dalam satu hingga dua bulan," ungkap Paul Santos, Managing Partner Wavemaker Partners, dikutip Senin (13/5/2024).

Sejak mendapatkan pendanaan Antler di tahap pendirian, Gapai telah mengembangkan jaringan yang terdiri dari 12.000 pekerja berkualitas. "Dengan populasi Indonesia yang besar dan terus berkembang, kami optimis bisa melipatgandakan jumlah tenaga kerja migran yang kami bantu setiap tahunnya," ungkap Radityo Susilo, CEO Gapai.

"Prioritas pengembangan bisnis kami tahun ini adalah memperluas jangkauan pasar Gapai ke 15 negara di Eropa termasuk Hongaria, Rumania, Jerman, dan Inggris, negara-negara di kawasan Asia-Pasifik seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, serta negara-negara di Timur Tengah seperti Arab Saudi, UEA, Kuwait, dan Qatar," tambahnya.

Agung Bezharie Hadinegoro, Partner Antler, menjelaskan, sektor jasa penyaluran tenaga kerja lintas negara terus bertumbuh yang kini nilainya mencapai US$56 miliar (Rp900 triliun). Berada di posisi strategis berkat bonus demografi, Indonesia bisa berperan penting sebagai penyalur tenaga migran di lingkup global.

"Gapai siap untuk mentransformasi sektor migrasi lewat perpaduan teknologi inovatif dan tata kelola yang transparan. Kami sangat antusias untuk kembali berinvestasi di Gapai dan kami percaya Gapai bisa membantu lebih banyak pekerja migran di Indonesia untuk mendapatkan peluang kerja yang sesuai dengan aspirasi mereka," pungkasnya.

Pada tahun 2045, Indonesia akan menikmati bonus demografi dengan kondisi 70% penduduk berada di umur produktif kerja. Hal ini sangat kontras dengan wilayah seperti Jepang, Korea Selatan, dan Eropa yang tengah mengalami tantangan populasi yang makin menua dan pertumbuhan populasi yang lebih lambat. Gapai mengaku akan memimpin upaya untuk memaksimalkan potensi ini agar talenta-talenta Indonesia terlihat dan banyak dicari di panggung global.