Seseorang dengan kepribadian terlalu perfeksionis juga lebih rentan terhadap sindrom penipu — saat mereka membandingkan diri dengan orang lain dan merasa tidak mampu menyamainya, terutama dalam hal kecerdasan. Hal ini dapat membuat mereka merasa sangat rendah. Perbandingan yang tidak sehat ini juga dapat menghalanginya untuk melakukan yang terbaik di tempat kerja.
3. Terjebak dalam Pikiran Berlebihan
Disebut dalam laman Mindful Health Solutions, berusaha mencapai kesempurnaan sering kali membuat mereka terjebak dalam lingkaran pemikiran yang berlebihan. Mereka menjadi lumpuh, terus-menerus memikirkan "bagaimana jika" dan skenario terburuk.
Kelumpuhan ini dapat menghentikannya dalam mengambil keputusan, dan pada akhirnya dapat menyebabkan meningkatnya tingkat stres dan kecemasan.
Baca Juga: 6 Negara yang Melarang Bos ‘Ganggu’ Karyawan di Luar Jam Kerja
4. Jebakan Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Banyak orang perfeksionis menilai harga diri mereka dan membandingkan dengan orang lain. Mereka terpaku pada apa yang telah dicapai atau dimiliki orang lain, mengesampingkan kualitas unik mereka sendiri.
Hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak mampu yang merugikan, harga diri yang rendah, dan bahkan dapat memicu kecemasan sosial.
5. Kecemasan dan Depresi
Perfeksionisme juga dapat memicu kecemasan dan depresi. Kondisi stres dan kecemasan meningkat saat mereka tidak dapat memenuhi standar tinggi yang ditetapkan untuk diri sendiri.
Beberapa orang dapat dianggap sebagai "perfeksionis emosional", yang berarti mereka menyembunyikan perasaan cemas dan depresi ini.
Hal ini bisa sangat berbahaya, terutama jika mereka memiliki pikiran untuk bunuh diri atau merasa tidak berharga. Emosi negatif ini bisa berbahaya.
6. Mengganggu Kesehatan Fisik
Bukan hanya mental, kesehatan fisik juga dapat terganggu karena kepribadian terlalu perfeksionis. Orang yang perfeksionis mungkin mengalami gangguan kebersihan dan kesehatan.
Dalam kasus yang parah, mereka mungkin mengalami gangguan makan seperti orthorexia nervosa , yang berarti merasa perlu mempertahankan pola makan yang sempurna dan ketat. Jika suatu saat melewatkan pola makan, mereka mungkin merasa seperti sedang terpuruk.
Kebutuhan akan kontrol ketat atas hidup ini dapat berbatasan dengan gangguan obsesif-kompulsif. Kecenderungan perfeksionis biasanya berputar di sekitar kontrol. Ketika mereka kehilangan kontrol itu, kondisi kesehatan mental lainnya dapat terjadi.
Meskipun beberapa orang mungkin mengatakan bahwa perfeksionisme adalah sifat yang baik, ada banyak kelemahan dari cara berpikir ini. Langkah pertama dalam menghadapi perfeksionisme adalah mengakui bahwa hal itu tidak membantumu.
Semoga bermanfaat.