Momen Bertemu Calon Mertua

Selang beberapa waktu kemudian, Tahir dan kedua orang tuanya pun akhirnya bertemu dengan calon mertua yang merupakan taipan Lippo Group, Mochtar Riady. Tahir mengatakan, saat itu merupakan momen yang sangat menegangkan dalam hidupnya.

“Saya, yang baru berumur 21 tahun, akan berhadapan dengan Mochtar Riady yang bagi saya bagaikan dewa. Dia besar, bersinar, mempesona, dan hebat,” ujar Tahir.

Tahir pun mengatakan, saat itu Mochtar Riady pun memperkenalkan dirinya kepada kerabat-kerabatnya sebagai calon menantunya. Saking bangganya, Tahir pun merasa sedang berada di panggung megah, dimana sorotan terang menyinari dirinya.

“Saya seperti sedang berada di awan tertinggi. Saya sangat bangga. Saya merasa sepenuhnya dihormati, tersanjung, dan diangkat. Papah dan mamah pun terlihat sangat bahagia saat itu,” tutur Tahir.

Proses perkenalan antar-keluarga pun, kata Tahir, berjalan lancar. Ia dan Rosy pun diberi kebebasan untuk lebih mengenal satu sama lain.

“Pak Mochtar berharap agar saya dan Rosy bisa segera bersama dan berjodoh,” ujar Tahir.

Baca Juga: Mengulik Kisah Dato Sri Tahir saat Kuliah di Singapura

Jalani Kencan yang Penuh Kekakuan

Selang beberapa waktu kemudian, Tahir pun resmi tinggal di Jakarta. Ia tinggal di Slipi, sementara Rosy Riady tinggal di kawasan Mangga Besar. Pada waktu yang hampir bersamaan, terjadi pula perjodohan kedua antara putri Mochtar Riady lainnya, yakni Lanny Riady dengan Sutedjo, adik istri Mu’min Ali.

Dikatakan Tahir, dirinya kerap bertemu Sutedjo saat hendak menjemput Rosy untuk kencan. Bedanya, ia datang naik taksi, sementara Sutedjo mengantar Lanny naik Mercedes milik Mochtar Riady.

“Mungkin itu dianggap lebih tepat, karena Sutedjo adalah saudara ipar Mu’min Ali. Saya harus sadar diri siapa saya sebenarnya,” tukas Tahir.

Singkat cerita, Tahir dan Rosy pun berkencan. Ia mengaku, hubungan asmaranya dengan putri konglomerat itu jauh dari gambaran anak muda yang saling jatuh cinta dan menghabiskan waktu bersama dengan penuh gairah dan intim. Mereka berdua tidak seperti itu.

Menurut Tahir, momen kencan dirinya dengan Rosy Riady selalu dikelilingi dengan kekakuan dan bahkan formalitas.

“Saya sangat canggung, begitu pula Rosy. Saya menjemputnya dengan taksi dan mengajaknya kencan di restoran. Kami selalu duduk berhadapan dan menghindari pandangan satu sama lain. Kami pun hanya menghabiskan lebih banyak waktu untuk makan. Jauh dari kata romantis, malah cenderung membosankan,” terang Tahir.

Namun meski begitu, lanjut Tahir, momen dia bisa kencan dengan wanita idamannya itu sangat-sangat membuat dirinya bahagia dan takjub.

“Kesempurnaan Rosy membuat saya takjub sepanjang waktu. Meski sebenarnya kencan kami sangat sunyi dan tegang, tapi saya menyukainya,” ujar Tahir.

Tahir pun mengatakan bahwa tak banyak yang bisa ia pelajari tentang Rosy selama momen kencannya itu. Bagi dia, Rosy adalah pribadi yang lembut, patuh, dan tenang. Dengan karakter Rosy yang seperti itu, Tahir tak pelak kerap didera keraguan besar.

Batinnya selalu diselimuti pertanyaan, bagaimana mungkin putri dari keluarga kaya raya di Indonesia itu rela mengorbankan ‘harga dirinya’ untuk berkencan dan bahkan menikah dengannya, yang bukan siapa-siapa.

“Ini benar-benar gila. Saya tidak mempunyai apa pun yang bisa menjadi alasan kuat untuk menjadikan saya orang yang berpotensi. Saya bahkan belum lulus kuliah. Dan di depan mata saya ada wanita muda, anak pemilik bank terkemuka. Apa yang ada di kepala Rosy? Saya sering bertanya-tanya tentang hal itu,” beber Tahir.

Meski kerap merasa rendah diri dan selalu mengkhawatirkan Rosy, Tahir mengaku, sepanjang menjalani kencan, justru Rosy tak pernah sedikit pun menunjukan sikap yang membuatnya merasa canggung atau diremehkan. Tahir bilang, Rosy cukup berhasil masuk dalam paket ‘gadis sederhana’ luar dalam.

“Seandainya saya tidak berulang kali mengingatkan diri bahwa dia adalah putri seorang konglomerat, saya akan mudah tertipu oleh penampilannya. Rosy tampak sangat rendah hati, dan saya menyukainya,” tandas Tahir.

Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir Ikuti Permintaan Orang Tua untuk Kuliah di Singapura