Pisang Madu  menjadi salah satu jenis jajan yang dalam beberapa tahun terakhir mampu menyedot perhatian masyarakat penikmat jajan di Jakarta.  Jajan ini punya daya pikat tersendiri karena diolah dengan cara unik yang menghasilkan citra rasa yang juga unik. 

Di balik geliat bisnis kuliner ini ada perjuangan panjang dan melelahkan yang mesti dilewati dengan tabah oleh Nanik Soelistiowati, wanita yang pertama kali memberanikan diri membawa pisang madu masuk dunia bisnis kuliner. Nanik Soelistiowati adalah orang di balik Pisang Madu Bu Nanik yang tersohor itu.  

Baca Juga: Mengenang Sosok Eka Tjipta Widjaja, Sang Founder Sinar Mas Group

Bisnis pisang madu adalah usaha yang dimulai dari ketidaksengajaan, mula–mula Nanik tak ada niatan menjadikan ini sebagai ladang  yang menghasilkan pundi-pundi keuntungan, ia hanya bereksperimen untuk menyelamatkan pisang-pisang yang nyaris busuk agar tetap layak dikonsumsi.

Nanik adalah seorang pengusaha catering yang sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah hotel berbintang di Jakarta. Sebagai pengusaha catering Nanik punya kewajiban menyediakan buah-buahan sebagai makanan penutup, pisang adalah salah satu yang paling populer selain nanas atau sukun.

Namun pisang bukan jenis buah yang bisa bertahan lama, ia gampang membusuk dan rusak dalam beberapa hari saja. Nanik sering mengalaminya,  pisang yang ia sediakan sebagai makanan pendamping acap kali ditolak hotel karena dianggap sudah tak layak konsumsi. 

Kejadian ini yang mendorong dirinya bereksperimen mengolah pisang yang nyaris membusuk dan tak layak masuk hotel itu menjadi kudapan yang bisa dinikmati.

“Nah itu (pisang yang tak layak masuk hotel)  kita buang sayang. Akhirnya saya goreng, dan kita untuk konsumsi sendiri,” kata Nanik dalam sebuah kesempatan dilansir Olenka.id Minggu (19/1/2025). 

Pisang goreng bikinannya yang semula dibuat hanya alakadarnya, menambahkan adonan terigu dan sedikit pemanis itu rupanya tak begitu baik bagi pengidap diabetes, kedua orang tua Nanik adalah pengidap kencing manis, jelas mereka tidak disarankan mengonsumsi jenis jajan ini. 

Dari sini, Nanik putar otak supaya kudapan yang ia bikin tetap layak dikonsumsi pengidap gula. Ia kemudian mengganti resep dan memilih tak lagi menggunakan gula dan adonan terigu yang berlebihan. Resep baru ini yang menjadi cikal bakal lahirnya pisang madu. 

“Ibu bapak saya kena diabetes kencing manis. Kalau makan yang gorengan yang saya buat, gulanya jadi tinggi, jadi high. Akhirnya kebiasaan kita setiap pagi minum madu yang pakai lemon. Saya kasih yang nggak pakai gula. Saya coba sedikit aja kasih madu. Ibu saya suka, ayah saya suka, dan gulanya gak terlalu seperti gula murni,” ujarnya. 

Kena Tegur Karena Dianggap Pisang Gosong

Pisang goreng bikinan Nanik nyatanya sangat disukai orang rumah hal ini yang membuat ia percaya diri untuk memperkenalkan pisang madu bikinannya ke hotel-hotel langganan catering miliknya. 

Namun naas karyawan Nanik justru kena tegur manajemen hotel, mereka beranggapan pisang madu tetap tak layak jadi kudapan hotel karena dianggap gosong, padahal warna kehitam-hitaman itu adalah madu yang  menjadi bagian dari resep pisang goreng tersebut. 

Setelah kejadian itu Nanik memilih  untuk tidak lagi menyuplai pisang goreng ke hotel, itu pertama dan terakhir. Dia hanya sesekali mengirimi pegawai hotel untuk konsumsi pribadi. 

Namun di sisi lain para pegawai hotel mulai kecanduan, mereka bahkan  rutin meminta Nanik membuatkan mereka pisang ‘gosong’ yang nikmat itu. Namun Nanik menolak dengan alasan tak mau memasarkan pisang goreng bikinannya.  

Baca Juga: Kisah Sukses Jusuf Hamka: Dulu Jadi Operator Traktor Setelah Ditolak Ratusan Perusahaan, Kini Rajai Bisnis Jalan Tol

“Kita nggak kasih lagi. Tapi mereka yang minta, mbak pisang gosong mana, katanya gitu. Pisang yang gosong lagi, katanya gitu. Mereka minta saya buatkan, saya bilang saya gak jual. Yaudah gak apa-apa ganti ongkos bikinnya aja. Akhirnya saya kasih aja dulu,” ujarnya. 

Berawal dari cerita dari mulut ke mulut, Nanik justru semakin banyak menerima pesanan dari para pegawai hotel. Bahkan mereka memesan untuk acara keluarga dan hari-hari besar keagamaan, dari sini Nanik mulai berubah pikiran, pisang gorengnya bisa menjadi peluang bisnis menjanjikan. Ia kemudian membuka usaha rumahan. 

Tetapi namanya bisnis yang baru dirintis, tidak semua bisa berjalan mulus  sesuai harapan, di awal-awal memulai usaha rumahan, Nanik kesulitan dalam hal penjualan, salah satu faktornya karena letak rumah yang tak strategis sehingga sulit dijangkau calon konsumen. 

“Itu jual 20 aja susah,” bebernya. 

Dari sini naluri bisnis Nanik mulai jalan, strategi marketingnya pelan-pelan diterapkan dan itu tepat sasaran,  pisang goreng bikinannya dibagi-bagikan ke orang–orang di lingkungan tempat tinggalnya. Response mereka positif, pisang goreng buatnya dibilang nikmat dan berbeda dari pisang goreng pada umumnya. 

Seperti mengulang pola yang sama, cerita pisang ‘gosong’ itu menyebar dengan cepat lewat cerita dari mulut ke mulut. 

Baca Juga: Presiden Prabowo Tetap Komit, PPN Tidak Akan Naik

“Orang kalau dicicipin, saya kasih tester, pisang gosong, pisang gosong,” kenangnya. 

Nanik akhirnya memantapkan hatinya untuk menjalankan bisnis ini secara serius, singkat cerita ia berhasil membuka sejumlah gerai di Jakarta. Pisang Madu Bu Nanik sukses besar.

Pisang Madu Nanik hadir sebagai magnet baru di tengah berbagai varian bisnis kuliner dan mampu membetot perhatian publik, meski kekinian banyak orang menjiplak model bisnis pisang madu ini, namun bikin Nanik tetap mendapat tempat utama di hati para penikmatnya. 

 “Saya ulet, itu kuncinya,” ucapnya.