Selain dikenal sebagai tokoh filantropis dan pengusaha kaya di Indonesia, Dato Sri Tahir juga terkenal karena hubungannya dengan sosok konglomerat, Mochtar Riady.
Hubungan Tahir dengan pemilik Lippo Group, Mochtar Riady sendiri adalah hubungan menantu dan mertua. Hubungan ini terjalin setelah Tahir menikahi putri sulung Mochtar, yakni Rosy Riady.
Lalu, apakah menjadi bagian keluarga taipan menjadikan Tahir langsung kaya raya? Jawabannya tidak. Mochtar Riady bahkan tidak memberi modal bisnis kepada Tahir di masa awal mulai merintis.
Dikatakan Tahir, satu-satunya yang dapat diambil secara gratis dari Mochtar Riady adalah sikapnya. Dengan melihat mertuanya itu, Tahir sangat percaya kesuksesan tidak semudah membalikkan telapak tangan, justru perlu kerja keras.
Berusaha sendiri lepas dari bayang-bayang keluarga mertuanya pun membuahkan hasil. Tahir kini sangat sukses, bahkan melebihi kesuksesan dan kekayaan keluarga Mochtar yang memiliki Lippo Group.
Pada 2022, Tahir menduduki peringkat ke-8 orang terkaya di Indonesia dengan harta US$ 4,3 miliar atau sekitar Rp 65,51 triliun, jauh di atas kekayaan keluarga kakak dan adik iparnya itu. Dan terbaru, menurut data Forbes per awal September 2024 ini, harta kekayaan keluarga Tahir mencapai $5,4 miliar atau sekitar Rp83,4 triliun.
Nah, kisah tentang hubungan Tahir dengan Mochtar Riady itu pun tertuang di buku karya Alberthiene Endah yang bertajuk Living Sacrifice. Meski mengaku kerap merasa canggung berada di tengah keluarga besar Mochtar Riady, Tahir tak menampik bahwa ia sangat-sangat mengagumi sosok sang mertua. Ia pun tak segan menyebut Mochtar Riady sebagai orang yang sangat berpengaruh dalam perkembangan hidupnya.
Tak hanya membahas soal kekagumannya terhadap sosok sang mertua, dalam buku biografinya itu pun Tahir menceritakan tentang sepak terjang Mochtar Riady menjajal dunia perbankan.
Diketahui, Mochtar Riady sendiri dijuluki sebagai “Dokter Bank Indonesia”, lantaran mampu membawa lembaga keuangan yang tengah “sakit” kembali dalam kondisi sehat. Dia pun pernah menjadi direktur utama BCA selama lebih dari 20 tahun. Lewat tangan dingin juga, BCA menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia.
Lantas, bagaimana kiprah awal Mochtar Riady dalam menjajal dunia perbankan? Berikut Olenka ulas kisahnya.
Baca Juga: Kekaguman Dato Sri Tahir pada Sosok Mochtar Riady
Kiprah Awal Sang Taipan Menjadi Bankir: Selamatkan Bank yang Hampir Bangkrut!
Mochtar Riady, kata Tahir, telah memoles dirinya melalui keberanian yang ditunjukkannya dalam menjalani hidup yang sulit. Tahir pun menuturkan, kalau ditanya bagaimana Pak Mochtar bisa menjadi bankir yang sukses, itu karena bekerja di bank merupakan cita-citanya sejak kecil.
Saat kecil, kata Tahir, Mochtar Riady selalu terkesima dengan berbagai kegiatan di bank Nederlandsche Handels Bank atau NHB. Sejak kecil pula, ia melihat bank sebagai dunia yang sangat menakjubkan dan mempesona.
Impian Mochtar Riady untuk bekerja di dunia perbankan pun, sambung Tahir, diwujudkan selepas lulus dari Universitas Nanking. Namun ternyata, hal itu bukan sesuatu yang mudah bagi Mochtar Riady.
Sang mertua, kata Tahir, saat itu menyadari bahwa dirinya bukan siapa-siapa. Dia bukan dari keluarga kaya yang gampang dapat modal usaha. Ia juga tidak memiliki hubungan yang menguntungkan.
Dan menurut Tahir, alaskan mertuanya ingin masuk ke dunia perbankan salah satunya karena ingin mengelola bank dan mengembangkan ide-ide untuk menambah aset.
“Pak Mochtar itu tahu betul bahwa satu-satunya cara untuk masuk ke dunia perbankan adalah dengan menjadi orang yang keras kepala,” tandas Tahir.
Suatu waktu, kata Tahir, ada seseorang yang mengetahui soal cita-cita sang mertua menjadi bankir dan lantas memberitahukan kepadanya tentang sebuah bank yang hampir bangkrut dan membutuhkan seorang ahli untuk menyelamatkannya.
Ketika mendengar hal itu, kata Tahir, Mochtar Riady pun langsung bergegas pergi ke bank tersebut. Dan ternyata, bank tersebut adalah Bank Kemakmuran.
Tahir menuturkan, saat itu, Mochtar Riady dengan berbagai cara mendekati pemilik bank tersebut. Ia mengatakan banyak hal agar pemilik Bank Kemakmuran itu menyukainya dan mempercayainya untuk diangkat menjadi direktur, bukan sekadar karyawan biasa.
“Dan berhasil! Pak Mochtar berhasil meyakinkan pemilik bank yang hampir putus asa itu. Akhirnya, ia pun dipercaya menjadi direktur. Dari situlah kisah Pak Mochtar dalam dunia perbankan dimulai,” jelas Tahir.
Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir soal Mochtar Riady yang Tak Beri Privilege Kepadanya
Jadi Ahli Perbankan Paling Menonjol di Indonesia
Tahir menilai, kisah awal sang mertua menjajal dunia perbankan ini terbilang unik sekaligus lucu. Pasalnya, Mochtar Riady sendiri tak punya pengalaman sama sekali di dunia perbankan. Yang dimilikinya, kata Tahir, hanyalah semangat tanpa pemahaman sedikit pun tentang aspek operasional bank.
Dikatakan Tahir, selang menjadi direktur, hari-hari Mochtar Riady di bank tersebut dihabiskan untuk meneliti angka-angka laporan operasional. Sang mertuanya itu, kata Tahir, sama sekali tidak tahu harus berbuat apa karena ia sendiri tak memahami data-data bank yang dipimpinnya itu.
“Selama beberapa waktu, Pak Mochtar ‘berpura-pura’ menjadi seorang ahli perbankan sebelum akhirnya sang pemilik mengetahui dan mengakui bahwa Pak Mochtar sama sekali tak memiliki pengetahuan tentang perbankan. Namun ajaibnya, pemilik bank tersebut sama sekali tidak marah. Justru ia terkesan dengan tekad Pak Mochtar,” papar Tahir.
Saat itu, kata Tahir, sang pemilik bank memberikan kesempatan kepada Mochtar Riady untuk belajar dan merintis kariernya di bank sedari nol, sebelum akhirnya didapuk jadi direktur. Mochtar Riady pun, lanjut Tahir, sangat bersemangat. Ia menunjukkan tekad besarnya, visi dan ambisinya juga sangat solid dan tak tergoyahkan.
“Dia memiliki keberanian luar biasa. Pak Mochtar pun selalu mengasah dirinya sekuat tenaga untuk menjadi ahli perbankan. Mochtar Riady, kata Tahir, tak segan memadukan ilmu di lapangan, kecerdasannya dalam berfilsafat, dan akal sehatnya sebagai pedagang cerdas. Meraih keuntungan sebesar-besarnya adalah keahlian Pak Mochtar,” tutur Tahir.
Selang beberapa waktu, Bank Kemakmuran pun berkembang dengan sangat baik. Bank ini mengalami kesuksesan luar biasa. Selama waktu itu juga, kata Tahir, keluarga Mochtar Riady juga bertambah. Ia memiliki tiga orang putra, yakni Andrew Riady, Stephen Tjondro Riady, dan James Tjahaja Riady.
Lalu, pada tahun 1964, dengan reputasinya yang telah mendapatkan pengakuan perbankan nasional dari lingkaran pertemanannya, Mochtar Riady pun pindah ke Bank Buana. Di bank ini, kata Tahir, Mochtar Riady pun membuktikan keahliannya sebagai bankir terkemuka.
Di bawah komando Mochtar Riady, Bank Buana pun berkembang pesat berkat berbagai strategi bisnis yang dijalankannya. Sontak, tak sedikit para bankir pun tercengang dengan cara Mochtar Riady mengembangkan bank tersebut.
“Bank Buana ini berhasil berkembang bahkan di saat perekonomian Indonesia sedang di titik terburuknya di tahun 60-an. Sepak terjang Pak Mochtar pun banyak yang memuji. Ia pun makin banyak mendapat perhatian dari para bankir,” terang Tahir.
Baca Juga: Mengenal Sosok Mochtar Riady: Pendiri Lippo Group Sang Dokter Perbankan Indonesia
Kekaguman Tahir kepada Sang Mertua
Tahir pun mengakui, reputasi sang mertuanya itu sangatlah menonjol, sosok Mochtar Riady pun makin sempurna dengan kharisma kesuksesan yang dimilikinya. Mochtar Riady, kata Tahir, melengkapi kebesarannya sebagai seorang bankir dengan kefasihannya dalam berbicara, keterampilannya dalam membangun jaringan, dan prospek bisnisnya yang sangat luas.
“Dia dikagumi oleh berbagai kalangan. Pada awal tahun 70-an itu dia telah menjelma jadi sosok yang terkenal dan pengusaha terhormat di Indonesia,” tegas Tahir.
Tahir pun mengatakan, Mochtar Riady juga berhasil mewujudkan mimpinya selanjutnya untuk menjadi pemilik bank setelah berhasil menggabungkan sejumlah bank, yaitu Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, Bank Industri Dagang Indonesia, hingga berdirinya Bank Panin pada tahun 1971.
“Pak Mochtar bergabung dengan saudara iparnya, Mu’min Ali. Dari situ, Bank Panin pun berkembang pesat. Perusahaan yang cemerlang dan adanya Pak Mochtar, menjadikan Bank Panin jadi salah satu bank-bank besar di Indonesia. Bahkan, orang tua saya pun termasuk nasabahnya,” tutur Tahir.
Dengan segala kekagumannya kepada sosok Mochtar Riady, Tahir pun tak segan menyebut sang mertua sebagai ‘bintang’ dalam kehidupannya.
“Pak Mochtar terlalu sempurna. Hal itu terlihat dari cara bicaranya, perilakunya, cara menatapnya, bahkan dalam diamnya. Dia benar-benar menjaga harga dirinya tetap utuh setiap detiknya. Saya mengaguminya karena kemampuannya dalam membahas topik apa pun tentang apa yang terjadi di dunia, khususnya dalam bisnis, dengan keyakinan tak tergoyahkan,” tutur Tahir.
Lebih lanjut, Tahir pun menegaskan bahwa ketika Mochtar Riady berkata bahwa dirinya tak diizinkan masuk ke dalam bisnisnya, ia sama sekali tak kecewa. Bagaimana pun juga, kata Tahir, sebagai menantu Mochtar Riady ia memiliki ‘platform’.
Yang perlu ia buktikan kepada sang mertuanya adalah bahwa ia bukanlah tipe menantu yang menganggap kesuksesannya bergantung pada mertua kaya raya.
“Dalam waktu kurang dari sebulan, saya pun memutuskan untuk terjun berjuang sendiri. Sebuah perjuangan dengan motivasi tambahan. Bukan hanya untuk membangun kesejahteraan keluarga saja, tapi saya pun berjuang untuk menegakkan martabat saya di mata keluarga Mochtar Riady yang luar biasa,” tandas Tahir.
Baca Juga: Kisah Pertemuan Dato Sri Tahir dengan Mu’min Ali: Pengaturan Tak Terduga yang Berujung Perjodohan