Bev Tan, Co-Founder dari Mulih mengatakan, dengan mengasah keterampilan dasar menjahit dan memperbaiki pakaian lama, kita juga turut berkontribusi untuk bumi dan lingkungan.
“Sehingga, penting sekali untuk memperkenalkan cara-cara memperbaiki pakaian yang simpel dan dapat diterapkan secara langsung oleh konsumen. Dan jika kerusakan terlalu sulit untuk diperbaiki secara pribadi, itulah di mana Mulih hadir untuk membantu. Pada akhirnya, harapan kami kedepannya adalah untuk bisa menormalisasi reparasi dan alterasi pakaian, agar menjadi pilihan utama sebelum kita memutuskan untuk membeli pakaian baru atau membuang pakaian kita yang nantinya akan menjadi limbah tekstil,” tutur Bev Tan.
Pada kesempatan ini, SMM dan Mulih juga turut didukung oleh produsen mesin jahit Brother Indonesia dalam menghadirkan pengalaman pembaruan dan personalisasi pakaian bagi para pengunjung. Saat acara berlangsung, pengunjung bisa datang dan membawa pakaian karya SMM untuk dibordir dengan desain bordir ikon ayam SMM dan emblem abjad nama secara cuma-cuma.
Ke depannya, SMM dan Mulih berharap proses reparasi pakaian dapat semakin dikenal dan menjadi alternatif bagi pecinta fesyen tanah air untuk mengembangkan kreativitasnya dalam menciptakan nuansa baru bahkan pada busana yang sudah dimiliki sejak lama sekalipun.
“Melalui perbaikan, kita akan memperpanjang masa pakai pakaian kita, menghemat uang, dan mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Kita tidak hanya akan sekadar mengenakan pakaian lama, namun juga membawa cerita baru dan dedikasi untuk praktik yang lebih bertanggung jawab dan sirkular dalam mengonsumsi fesyen,” tutup Chitra.