Setelah sukses mencuri perhatian publik melalui trailer perdana yang menampilkan kedahsyatan adegan laga dan ketegangan perang, film 'BELIEVE – Takdir, Mimpi, Keberanian produksi Bahagia Tanpa Drama, kini meluncurkan trailer dan poster resmi kedua.

Jika trailer pertama menekankan pada aksi dan heroisme, trailer terbaru ini menampilkan sisi lain yang lebih personal, menyentuh, dan emosional: tentang keluarga para prajurit yang menunggu tanpa kepastian.

Disutradarai oleh Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana, trailer kedua BELIEVE membawa penonton menyusuri perjalanan batin Agus (Ajil Ditto), seorang anak yang tumbuh besar tanpa pernah benar-benar memahami keputusan sang ayah, Sersan Kepala Dedi (Wafda Saifan), untuk terus mengabdi di medan perang meski berulang kali meninggalkan keluarganya.

Pertanyaan besar itu akhirnya menuntun Agus pada keputusan serupa: menjadi prajurit, bukan sekadar untuk membuktikan diri, melainkan untuk memahami jalan takdir yang membawanya pada mimpi.

Dalam trailer kedua ini, penonton diajak mengenal Evi (Adinda Thomas), sosok istri yang setia menunggu dalam diam. Ia mencintai tanpa banyak kata, menggenggam harapan meski tak pernah tahu pasti kapan suaminya akan pulang. Karakter Evi sendiri menjadi cerminan banyak perempuan Indonesia, yakni tampak tegar meski hatinya sepi, tampak kuat meski tak selalu diperhatikan.

Selain Evi, hadir pula sosok ibu mertua Agus, diperankan dengan penuh wibawa oleh Maudy Koesnaedi. Dengan ketenangan dan matanya yang menyimpan banyak cerita, karakter ini menjadi sandaran keluarga.

Ia adalah penjaga nilai-nilai hidup dan saksi bisu atas perjuangan panjang keluarga kecil Agus, menegaskan bahwa di balik setiap prajurit yang berjuang di medan perang, selalu ada perempuan-perempuan kuat yang berjuang di rumah mereka masing-masing.

Menurut Celerina Judisari, sang produser, trailer kedua ini adalah inti emosional dari film Believe.

“Film ini bukan hanya tentang perang atau senjata. Ia adalah tentang hati kita semua. Tentang ayah yang tak pernah bercerita tentang luka dan perjuangannya, tentang ibu dan istri yang menunggu dalam sepi, dan tentang anak-anak yang berusaha memahami mengapa orang tuanya pergi. Dan tentu, tentang kita semua yang berjuang menggenggam mimpi sambil percaya pada takdir,” ungkap Celerina, dikutip Sabtu (28/6/2026).

Sebagai informasi, film BELIEVE – Takdir, Mimpi, Keberanian sendiri adalah film drama laga produksi Bahagia Tanpa Drama, disutradarai oleh Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana, serta diproduseri oleh Celerina Judisari (Ayie).

Selain Ajil Ditto dan Wafda Saifan, film ini juga dibintangi oleh Adinda Thomas sebagai Evi, istri Agus yang setia menunggu dalam diam; Maudy Koesnaedi sebagai ibu mertua Agus yang menjadi penjaga nilai dan sandaran keluarga; serta Marthino Lio sebagai Miro. Film ini juga turut diperkuat oleh aktor-aktor berbakat lainnya seperti Moh. Iqbal Sulaiman, Muhammad Faqih Alaydrus, Eduwart Manalu, Zidni Hakim, Tubagus Ali Aditya Lakon, Hardi Fadhillah, Khael Bogota, Haydar Salihz, Nizar Umar, dan Akbar Dwi Surya.

Didukung oleh Johnlin Group, BRI, Kalaras, Apex Tactix, INDIKA Energy, dan Republikorp, BELIEVE – Takdir, Mimpi, Keberanian akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 24 Juli 2025, menghadirkan aksi megah sekaligus kisah tentang mimpi, pengorbanan, dan cinta yang lahir dari luka terdalam.

Sebagai film laga perang terbesar tahun ini, BELIEVE tak hanya menjanjikan aksi menegangkan dan visual yang megah, tetapi juga mengajak penonton merenungkan pengorbanan keluarga, rasa kehilangan, dan mimpi yang lahir dari luka terdalam.

Dan, trailer kedua BELIEVE sudah dapat disaksikan di kanal YouTube resmi Bahagia Tanpa Drama. Film ini pun dijadwalkan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada 24 Juli 2025.

Baca Juga: Trailer dan Poster Resmi Dirilis, ‘BELIEVE’ Siap Bawa Penonton ke Medan Perang dengan Realisme Pertempuran yang Mengguncang

Sinopsis BELIEVE – Takdir, Mimpi, Keberanian

Agus, yang diperankan oleh Ajil Ditto, tumbuh dalam bayang-bayang sang ayah, Sersan Kepala Dedi (Wafda Saifan), seorang prajurit yang pernah bertempur dalam Operasi Seroja tahun 1975. Meski ayahnya telah banyak berkorban untuk negara, pengabdian itu justru meninggalkan luka bagi keluarganya.

Rasa cemas dan ketidakpastian menumbuhkan kehampaan di rumah mereka hingga akhirnya ibunya memilih pergi, meninggalkan Agus kecil terjebak dalam kesepian dan amarah yang diam-diam tumbuh di hatinya.

Tahun demi tahun berlalu. Ketika menginjak remaja di era 1984, Agus berubah menjadi pemuda liar yang sering terlibat perkelahian. Hidupnya tanpa arah, seolah ia terjebak selamanya dalam bayang masa lalu yang tak pernah ia pahami. Namun segalanya berubah ketika sang ayah meninggal dunia.

Sedikit demi sedikit, kisah tentang keberanian dan pengorbanan ayahnya di medan perang mulai terungkap. Agus mulai mengenal sang ayah dengan cara yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Untuk pertama kalinya, sosok yang selama ini hanya menimbulkan luka justru menjadi sumber inspirasi terbesarnya.

Didorong oleh tekad dan rasa penasaran akan takdir yang diambil sang ayah, Agus memutuskan untuk menjadi prajurit. Namun perjalanan menuju medan perang tak semudah yang ia bayangkan. Agus harus menghadapi penolakan, kegagalan, dan rasa takut akan masa lalu yang terus menghantuinya.

Dalam gejolak konflik yang kian memanas, takdir kemudian mempertemukannya dengan Miro (Marthino Lio), pemimpin separatis yang dulu pernah menjadi musuh besar ayahnya.

Di tengah kobaran perang dan pergulatan batin, Agus berjuang memahami identitasnya sebagai seorang prajurit. Ia menanggung beban pengorbanan keluarga yang harus ia tinggalkan, sekaligus tanggung jawab besar untuk melindungi anak buahnya dan warga sipil yang tak bersalah.

Perlahan, di balik dentuman peluru dan kabut pertempuran, Agus mulai menemukan makna sejati keberanian dan pengorbanan yang dulu dijalani sang ayah tanpa pernah diceritakan kepadanya.

Namun di medan perang, tidak semua pertarungan bisa dimenangkan dengan senjata. Pertanyaannya, akankah Agus berhasil menemukan kedamaian dalam hatinya, atau justru kehilangan semuanya?

Baca Juga: Dari Aktor ke Produser, Transformasi Marcel Chandrawinata di Balik 'The Dark House'