Masalah lingkungan kini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi segala pihak. Mengutip data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022, jumlah timbunan sampah nasional mencapai angka 21,1 juta ton. Dari jumlah tersebut, 65,71% (13,9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan 34,29% sisanya (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik. Padahal, masih banyak isu lingkungan lain yang perlu segera ditangani selain sampah, misal polusi udara.
Untuk mengatasi permasalah lingkungan yang makin mengkhawatirkan, masyarakat dan pemerintah perlu mengambil langkah serius. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan mengajarkan ecoliteracy, atau literasi ekologi. Secara sederhana, ecoliteracy adalah kemampuan memahami pentingnya ekosistem (lingkungan tempat tinggal manusia atau alam) yang pada akhirnya akan memunculkan kepedulian dan pemahaman tentang menjaga alam. Ecoliteracy akan menciptakan gaya hidup ramah lingkungan.
Baca Juga: Olenka Gelar Gerakan Literasi Indonesia Gemar Membaca sejak Dini untuk Tingkatkan Minat Baca
Sebagaimana kemampuan literasi yang lain, ecoliteracy akan lebih berdampak jika diajarkan sejak anak-anak. Seiring berjalannya waktu, sikap peduli lingkungan yang ditanamkan sejak dini akan menjadi karakter mereka saat dewasa sehingga menciptakan kepedulian kolektif akan kondisi lingkungan.
Ecoliteracy dapat diajarkan di sekolah maupun di rumah. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan orang tua untuk mengajarkan ecoliteracy pada anak-anak, berikut di antaranya!
1. Bercerita
Pada anak-anak usia awal, antara usia 3 hingga 7 tahun, bercerita atau membacakan cerita merupakan salah satu cara paling ampuh menumbuhkan pemahaman dan rasa cinta lingkungan kepada anak-anak. Diketahui, bercerita dapat mengembangkan banyak aspek pada anak seperti bahasa dan kognitif, nilai agama/moral, serta nila-nilai sosial-emosional. Bercerita membantu anak-anak mengembangkan imajinasinya sehingga mendorong kompetensi anak-anak dalam memecahkan masalah.