Tempat kerja modern berkembang pesat, dengan kecerdasan buatan yang mendorong sebagian besar transformasi ini. Namun, di luar kemajuan teknologi, prioritas tempat kerja bergeser secara fundamental seiring dengan perubahan demografi dan nilai karyawan. Dulunya dianggap sebagai fasilitas, kesejahteraan telah menjadi keharusan bisnis bagi tenaga kerja di tahun 2025.

Menurut laporan Work-Life Wellness Report by Wellhub, yang menganalisis data dari lebih dari 5.000 karyawan di sembilan negara, stres kerja telah melampaui inflasi, kecemasan AI, dan kelebihan informasi sebagai penyebab utama ketegangan mental.

Sementara sebagian besar karyawan menempatkan kesejahteraan sebagai prioritas utama, lebih dari setengahnya percaya bahwa pemberi kerja mereka saat ini tidak memberikan dukungan yang memadai.

Bagi para CEO, ini adalah panggilan untuk bertindak. Kesehatan bukan hanya tentang keanggotaan pusat kebugaran atau aplikasi meditasi. Ini adalah keuntungan strategis untuk perekrutan, retensi, dan produktivitas secara keseluruhan. Laporan tersebut menyoroti:

  • 83% karyawan akan mempertimbangkan untuk meninggalkan pemberi kerja mereka karena kurangnya inisiatif kesejahteraan.
  • 88% karyawan menghargai kesejahteraan di tempat kerja sama pentingnya dengan gaji mereka.
  • 89% karyawan hanya akan mempertimbangkan perusahaan yang memprioritaskan kesejahteraan saat mencari peluang baru. 

Pada tahun 2025, para pemimpin perusahaan yang berpikiran maju harus benar-benar mempertimbangkan kesejahteraan sebagai strategi bisnis inti.

Dikutip dari Forbes, Rabu (22/1/2025), berikut adalah lima tren kesejahteraan di tempat kerja yang siap membentuk lanskap di tahun ini.

1. Kesejahteraan Finansial

Meskipun kesehatan fisik dan mental sangat penting, kecemasan finansial sering kali terwujud dalam masalah fisik, kognitif, dan emosional.

Sebuah studi Morgan Stanley tahun 2023 menemukan bahwa 66% pekerja AS melaporkan stres finansial yang memengaruhi kinerja pekerjaan mereka. Perusahaan dapat mendukung karyawan dengan menawarkan pembinaan keuangan yang dipersonalisasi, alat penganggaran yang digerakkan oleh AI, dan program pendidikan yang disesuaikan sambil menonjol sebagai pemberi kerja yang berpikiran maju.

Menangani kesejahteraan finansial tidak hanya berbelas kasih; itu strategis karena mengurangi kejenuhan dan keterasingan sekaligus meningkatkan produktivitas dan loyalitas.

2. Kesejahteraan yang Dipersonalisasi dan Proaktif

Program kesejahteraan yang cocok untuk semua orang sudah kuno dan tidak efisien. Karyawan masa kini memiliki beragam kebutuhan, mulai dari manajemen stres, masalah berat badan, kesenjangan nutrisi, dan masalah kesehatan mental.

Berkat AI dan pembelajaran mesin, pengusaha kini dapat menyesuaikan solusi dengan preferensi individu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka. Teknologi dan alat ini memungkinkan personalisasi yang lebih mendalam, seperti menyediakan rencana pengurangan stres yang tepat, saran untuk meningkatkan kualitas tidur, atau pembinaan perilaku seputar nutrisi dan olahraga yang disesuaikan dengan setiap karyawan.

Ketika karyawan berkembang, demikian pula perusahaan—tenaga kerja yang lebih optimal berarti hasil bisnis yang lebih baik.

Baca Juga: 10 Etika di Tempat Kerja yang Bisa Mengubah Cara Orang Melihatmu di Kantor, Yuk Coba Terapkan!

3. Desain Tempat Kerja

Memikirkan kembali desain tempat kerja dapat meningkatkan moral dan kesejahteraan karyawan secara keseluruhan, dengan kembalinya karyawan ke kantor yang semakin pesat.

Perubahan kecil, seperti meningkatkan kualitas udara, mengoptimalkan pencahayaan, atau menggabungkan desain biofilik (membawa alam ke dalam ruang), dapat berdampak signifikan pada tingkat stres, kreativitas, dan kolaborasi.

World Green Building Council melaporkan bahwa perusahaan dengan desain kantor yang berfokus pada kesejahteraan melihat peningkatan 6% dalam produktivitas dan peningkatan 15% dalam kesejahteraan karyawan. Desain yang cermat tidak hanya menyenangkan secara estetika; itu adalah investasi strategis.

4. Dukungan Menopause

Seiring memudarnya tabu di tempat kerja, menopause akhirnya mendapat perhatian. Pada waktu tertentu, 20% tenaga kerja mengalami beberapa tahap menopause, namun banyak wanita merasa perlu menyembunyikan gejalanya.

Survei Catalyst Oktober 2024 yang melibatkan hampir 2.900 karyawan penuh waktu yang mengalami menopause mengungkapkan bahwa hampir tiga perempat wanita menyembunyikan gejala menopause di tempat kerja.

Selain menumbuhkan inklusivitas yang lebih kuat, mendukung karyawan selama menopause memiliki manfaat bisnis yang nyata. Menurut Mayo Clinic, kerugian produktivitas terkait menopause merugikan perusahaan AS sebesar $1,8 miliar setiap tahunnya. Organisasi dapat mengatasi hal ini dengan menawarkan:

  • Akses ke tenaga kesehatan khusus menopause.
  • Pengaturan kerja yang fleksibel dan asuransi kesehatan yang disesuaikan.
  • Program pendidikan dan kesadaran. 

5. Perawatan Keluarga yang Diperluas

Dengan 3 dari 4 karyawan yang menyeimbangkan tanggung jawab pengasuhan dan populasi individu AS yang berusia 65 tahun ke atas yang akan tumbuh secara eksponensial, pengasuhan menjadi pandemi yang tidak terlihat di tempat kerja.

Pengusaha dapat mengambil langkah maju yang positif dengan mengurangi stigma seputar pengasuhan dan menciptakan kebijakan yang mendukung, seperti jaminan pekerjaan, sumber daya kesehatan mental, dan program masuk kembali bagi mereka yang mengambil cuti panjang. Ketika karyawan merasa didukung, mereka cenderung lebih terlibat dan loyal.

Baca Juga: Pencari Kerja di Asia Tenggara Makin Tertarik Kerja Jarak Jauh