Pemerintah Provinsi Jakarta mengakui banyak penerima bantuan sosial yang saat ini terjebak dalam judi daring. Total sebanyak lima ribu orang. Adapun jumlah pemain judi online di Jakarta mencapai 602 orang dengan total transaksi tembus Rp3,12 triliun berdasarkan data yang baru dirilis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). 

Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno, tak menampik data tersebut, ia mengaku  sangat prihatin dengan kondisi ini, di mana bantuan sosial justru disalahgunakan oleh masyarakat yang tak bertanggung jawab. 

Baca Juga: Jejak Perjuangan Ramos Horta: Gerilya Dua Dekade Hingga Sabet Nobel Perdamaian

"Yang lebih mengerikan, lima ribu di antaranya adalah penerima bantuan sosial. Ini menyedihkan," kata Rano dilansir Senin (27/10/2025).

Rano mengatakan, Pemerintah Provinsi Jakarta tak bakal tinggal diam dengan kondisi seperti ini, penerima bansos yang terlibat judi online bakal dicoret dari daftar penerima manfaat bantuan sosial yang disalurkan pemerintah. 

"Kita terpaksa mencabut bantuannya," tegasnya. 

Rano merinci, jenis bantuan sosial yang disalahgunakan warganya itu beragam seperti bansos dari program  KJP, KJMU, dan BPJS. Rano mengatakan Pemerintah Provinsi Jakarta telah mengantongi seluruh pelaku judi daring tersebut.  

"Uang bansos kita akhirnya lari ke judi online. Ini sangat memprihatinkan. Yang repot, datanya by name by address. Kita tahu penerimanya, tapi kadang kartunya dipegang oleh orang tuanya. Ini sedang kita siasati," ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, dia juga menyinggung persoalan shock culture yang dihadapi Indonesia di era digital. Dia mengaku telah menulis tentang hal tersebut sejak dua dekade silam.

"Indonesia menghadapi guncangan budaya paling berat di era digital ini. Bukan karena kita tidak siap, tapi karena jalurnya terlalu banyak," ujar pemeran Si Doel Anak Sekolahan itu.

Dia menilai, derasnya arus digitalisasi tidak diimbangi dengan ketahanan budaya. Dia menyesalkan berkurangnya tontonan edukatif yang dulu menjadi fondasi moral bangsa.

"Bayangkan, kalau tidak ada tontonan seperti Si Doel Anak Sekolahan, kira-kira seperti apa generasi kita? Dulu kita punya Rumah Masa Depan, Dokter Sartika itu semua membentuk karakter bangsa. Sekarang, PPFN bahkan sudah tidak produksi film lagi," katanya.

Rano juga memuji langkah Kejaksaan yang menyelenggarakan sosialisasi hukum secara terbuka. Dia menyebut kegiatan ini sebagai bentuk transformasi besar lembaga hukum yang selama ini dianggap tertutup.

"Jujur saja, saya belum pernah melihat acara outdoor seperti ini. Ternyata Kejaksaan tidak seseram yang dulu kita bayangkan. Sekarang terbuka sekali," ujarnya.

Menurutnya, keberanian Kejaksaan dalam bertransformasi patut diapresiasi. Dia menilai langkah Jaksa Agung dan jajarannya berhasil meningkatkan kepercayaan publik terhadap lembaga penegak hukum.

"Kalau bukan karena transformasi itu, mungkin sistem hukum kita belum sekuat sekarang," ucapnya.

Dia pun mengajak seluruh pihak untuk bersinergi melawan dampak negatif era digital, termasuk maraknya judi online. Pencegahan tidak bisa hanya dilakukan oleh aparat hukum, tetapi harus menjadi gerakan bersama antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan.

"Acara seperti ini harus lebih sering dilakukan. Bayangkan kalau dilakukan di Car Free Day bisa menjangkau 400 ribu orang sekaligus," kata Rano.

Baca Juga: Perintah Prabowo untuk Pejabat Pakai Maung Disambut DPR: Sudah Tepat!

Dia juga menyinggung keberhasilan program 'Jaga Jakarta', yang membuat warga lebih sadar menjaga kotanya sendiri.

"Masyarakat Jakarta sekarang luar biasa. Tak heran Jakarta menjadi kota paling bahagia nomor 12 di dunia," tandasnya.