Growthmates, The Intergovernmental Panel on Climate Change  (IPCC), sekelompok ahli di bawah PBB, merilis laporan sintesisnya yang ke-6 mengenai pemanasan global. Menurut para ahli IPCC, untuk mencegah dampak negatif krisis iklim, dunia harus secara bertahap mengurangi emisi gas rumah kaca hingga tahun 2050.

Pada tahun 2030, emisi harus dikurangi sebesar 48% dari 53 miliar ton setara CO2, kemudian ditingkatkan menjadi 65% pada tahun 2020. 2035, 80% pada tahun 2040, dan 99% pada tahun 2050.

Emisi gas rumah kaca merupakan penyebab utama pemanasan global. Gas rumah kaca terjadi karena emisi karbon yang dikeluarkan dari aktivitas manusia tidak diserap oleh ekosistem bumi sehingga lepas ke atmosfer. Di atmosfer, gas-gas ini bertahan selama ribuan tahun. Akibatnya atmosfer tidak mampu lagi melindungi bumi. Alih-alih menyerap gas rumah kaca, atmosfer justru memantulkan gas-gas tersebut kembali ke bumi sehingga suhu bumi perlahan meningkat.

Bagaimana bumi bisa terjebak dalam pemanasan global? Dikutip dari forestdigest.com, berikut 5 rekomendasi buku yang dapat menambah pengetahuan kita dalam memahami sejarah krisis iklim dan solusi pencegahannya. Cuss, simak!

1. The Sixth Extinction: An Unnatural History Karya Elizabeth Kolbert

Dunia telah mengalami lima kepunahan. Menurut jurnalis asal New York ini, tanda-tanda bahwa dunia sedang memasuki kepunahan keenam sudah terlihat jelas.

Kepunahan artinya bumi sedang mendekati hari kiamat. Jika lima kepunahan lainnya terjadi karena sebab alami, maka kepunahan keenam terjadi karena sebab nonalami yaitu perubahan iklim. Perubahan iklim mengubah alam, namun dipicu oleh aktivitas manusia yang menghasilkan gas rumah kaca. Kolbert menguraikan sejarah dan menelusuri gejala perubahan iklim melalui pelaporan dan data yang mengesankan. 

2. The Casino Climate: Risk, Uncertainty, and Economics for a Warming World Karya William Nordhaus

Dalam buku ini, Nordhaus memaparkan formula ekonomi perubahan iklim. Artinya, bagaimana kita menghadapi dan mencegah krisis iklim dengan menggunakan ekonomi.

Rumus Nordhaus penting karena krisis iklim dapat diukur dengan nilai ekonomi. Karena itu bisa menjadi peluang ekonomi baru. Berkat formula ekonomi untuk perubahan iklim, Nordhaus memenangkan Hadiah Nobel Ekonomi pada tahun 2018. Dari pemaparan dosen Yale University ini, ketidakpastian dampak krisis iklim bisa diukur dengan lebih tepat.