2. Sistem yang Bisa Diskalakan
Pertumbuhan mendadak sering kali menguji infrastruktur bisnis. Sistem yang berjalan lancar saat skala kecil belum tentu mampu mengatasi volume besar.
Mulai dari perangkat lunak CRM, alur kerja data, hingga rantai pasokan, semua perlu dipastikan siap menghadapi peningkatan permintaan.
Contoh sederhana, jika Anda baru memasuki pasar regional, apakah sistem komunikasi dan distribusi sudah cukup kokoh untuk melayani pelanggan tambahan? Jika tidak, lonjakan pertumbuhan justru bisa berubah menjadi krisis layanan.
“Menemukan orang yang tepat adalah tantangan terbesar sekaligus paling krusial,” kata Kevin Indig, penasihat bisins.
Menurutnya, perekrutan akan lebih efektif jika perusahaan sudah menetapkan prioritas utama dan aturan operasional sejak awal. Dengan begitu, lebih mudah menilai apakah talenta baru bisa berkembang di dalam sistem.
Singkatnya, sistem yang dapat diskalakan bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang menempatkan orang yang tepat di posisi strategis.
3. Mengelola Risiko di Tengah Pertumbuhan
Pertumbuhan selalu datang bersama risiko. Bisa berupa kehabisan modal, terkikisnya budaya perusahaan, hingga dampak dari regulasi yang berubah.
Risiko semakin tinggi bila ekspansi dilakukan melalui merger atau akuisisi, di mana tantangan integrasi budaya dan sistem sering kali menguras energi manajemen.
Karena itu, manajemen risiko harus dirancang sejak awal. Analisis SWOT memang penting, tetapi cepat menjadi usang bila variabel pasar berubah.
Strategi cadangan, dana darurat, hingga rencana keluar pasar (exit strategy) perlu disiapkan agar perusahaan tidak terjebak dalam reaksi spontan yang merugikan.
Kesiapan menghadapi skenario terburuk bukan berarti pesimisme. Sebaliknya, ini adalah bentuk optimisme realistis, yakni meyakini pertumbuhan bisa dicapai sambil memahami bahwa jalannya penuh variabel tak terduga.
Baca Juga: 7 Strategi Cerdas Agar Bisnis Anda Menjangkau Pelanggan Baru Tanpa Bergantung pada Google