Pergerakan pariwisata Indonesia diproyeksikan memasuki fase kalibrasi ulang (recalibration) menuju 2026. Pergeseran ini ditandai oleh perubahan signifikan dalam perilaku wisatawan yang kini semakin mengutamakan fleksibilitas, kualitas pengalaman, dan pemaknaan perjalanan.

Gambaran tersebut terungkap dalam laporan tiket.com Tourism Trends 2025 & Outlook 2026: Redefining The New Shape of Travel, yang diluncurkan tiket.com bersama Lokadata dengan dukungan Kementerian Pariwisata RI. Peluncuran laporan ini menghadirkan sejumlah narasumber utama, di antaranya Asisten Deputi Strategi Komunikasi Pemasaran Kementerian Pariwisata RI Firnandi Gufron, Chief Strategy Officer tiket.com Tiffany Tjiptoning, serta Chief Data Officer Lokadata Suwandi Ahmad.

Laporan ini menegaskan bahwa perjalanan wisata tak lagi semata soal seberapa sering bepergian, melainkan tentang makna perjalanan, kualitas pengalaman, serta kebebasan mengatur waktu.

Baca Juga: Misi Kemanusiaan UKP Pariwisata: Zita Anjani Kolaborasi Dengan TNI/Polri Distribusikan Bantuan Presiden ke Sibolga dan Tapanuli

Wakil Menteri Pariwisata RI, Ni Luh Enik Ermawati, dalam sambutan video yang telah direkam sebelumnya, menekankan pentingnya forum strategis ini untuk membaca arah pasar ke depan.

“Forum ini menjadi ruang penting untuk merespons perubahan perilaku wisatawan, sekaligus menyelaraskan strategi pemerintah dan industri agar pariwisata Indonesia tumbuh lebih tangguh dan berdaya saing di 2026,” ujarnya.

Short Getaway, Rutinitas Baru Berbasis Momentum

Salah satu temuan paling menonjol dalam laporan ini adalah menguatnya tren short trip atau liburan singkat. Data menunjukkan hampir 70 persen perjalanan wisatawan domestik berlangsung selama 1–3 hari.

Baca Juga: 5 Destinasi Liburan di Bali yang Wajib Kamu Jelajahi

Liburan singkat kini menjadi rutinitas baru yang praktis dan mudah direncanakan. Keputusan bepergian semakin bersifat momentum-driven, dipicu oleh momen libur panjang nasional seperti Idulfitri, Natal, Tahun Baru, serta akhir pekan panjang.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, wisatawan domestik juga semakin rasional dan selektif. Meski daya beli menjadi perhatian, konsumen Indonesia menunjukkan fleksibilitas tinggi terhadap harga. Ketika anggaran terbatas, wisatawan cenderung memendekkan durasi menginap atau mengalihkan destinasi dari perjalanan jarak jauh ke wilayah Asia maupun destinasi domestik yang lebih terjangkau.

Berburu Pengalaman, Bukan Sekadar Destinasi

Orientasi perjalanan pun bergeser. Wisatawan kini tidak lagi sekadar berpindah lokasi dan menginap, melainkan mencari pengalaman baru dan aktivitas unik di destinasi tujuan. Tren ini sejalan dengan kecenderungan global, terutama di kalangan Gen Z dan wisatawan kelas atas, yang lebih memprioritaskan pengalaman dibanding kepemilikan barang.

Baca Juga: Libur Telah Tiba! Ini Rekomendasi Rekreasi Ramah Anak di Jakarta

Data tiket.com mencatat, sepanjang 2025 terjadi pertumbuhan signifikan pada pemesanan atraksi wisata hingga 38 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, pemesanan tiket playground melonjak tajam sebesar 71 persen. Bagi keluarga urban, playground menjadi alternatif favorit untuk menikmati liburan berkualitas tanpa harus bepergian jauh.

Family Travel dan Akomodasi Non-Hotel Kian Dominan

Laporan ini juga menegaskan bahwa liburan keluarga masih menjadi poros utama pergerakan wisata domestik. Sebanyak 48 persen responden memilih bepergian bersama keluarga, menjadikannya travel companion paling dominan.

Tren ini turut mendorong pertumbuhan pesat akomodasi non-hotel seperti vila. Pemesanan akomodasi non-hotel meningkat hingga 44 persen, jauh melampaui hotel yang tumbuh 19 persen. Vila dinilai lebih ideal bagi keluarga besar karena menawarkan ruang lebih luas, privasi, serta kenyamanan dan rasa aman, terutama saat liburan panjang.

Baca Juga: tiket.com Hadirkan JUMBO Holideals: Wujudkan Liburan Sekolah Penuh Petualangan dan Imajinasi

Dari sisi motivasi berwisata, wisata kuliner masih menjadi pendorong utama dengan persentase 42,8 persen, disusul wisata belanja serta wisata kota dan pedesaan.

Media Sosial Jadi Kompas Perencanaan Liburan

Perencanaan liburan kini semakin digital. Sebanyak 9 dari 10 wisatawan mengandalkan media sosial—khususnya TikTok dan Instagram—sebagai titik awal mencari inspirasi perjalanan. Konten visual yang singkat dan mudah dicerna berperan besar dalam fase eksplorasi dan penentuan destinasi.

Pengaruh media sosial juga mendorong munculnya destinasi-destinasi baru seperti Wakatobi, Manado, Pangandaran, hingga Sorong. Destinasi yang sebelumnya kurang populer dapat dengan cepat menjadi sorotan berkat konten “hidden gems” yang viral.

Baca Juga: 5 Destinasi Wisata Bandung yang Paling Cocok untuk Liburan Keluarga

Strategi Pemesanan dan Pergeseran Moda Transportasi

Meski perjalanan bersifat momentum-driven, pola pemesanan menunjukkan strategi berbeda. Transportasi umumnya dipesan lebih awal untuk mengamankan harga dan ketersediaan, sementara akomodasi cenderung dipesan mendekati hari keberangkatan demi fleksibilitas.

Dalam konteks ini, fitur refund 100 persen dan reschedule menjadi faktor krusial dalam pengambilan keputusan. Dari sisi moda transportasi, transportasi darat mengalami lonjakan signifikan, terutama kereta api yang tumbuh 47 persen dan bus 46 persen, didorong oleh tarif yang lebih terjangkau serta peningkatan konektivitas infrastruktur.

Kesadaran Sustainable Tourism Kian Menguat

Tren gaya hidup ramah lingkungan turut memengaruhi pilihan wisata. Kesadaran terhadap pariwisata berkelanjutan mulai menguat, dengan 57 persen wisatawan menyatakan bersedia membayar lebih mahal untuk akomodasi hijau. Meski demikian, toleransi kenaikan harga relatif terbatas, umumnya hanya 1–5 persen di atas tarif akomodasi non-hijau.

Baca Juga: Tiket.com Gandeng Plataran Indonesia Dorong Pariwisata Berkelanjutan Indonesia

Motivasi memilih wisata berkelanjutan lebih banyak didorong oleh nilai personal dan kepuasan emosional. Sebanyak 69 persen responden mengaku bangga dapat berkontribusi menjaga lingkungan. Wisatawan muda berusia 18–30 tahun bahkan semakin selektif, mulai dari memilih produk ramah lingkungan hingga akomodasi yang memiliki dampak positif bagi alam.

Menuju Wajah Baru Pariwisata Indonesia

Di tengah fase recalibration ini, pariwisata Indonesia memiliki peluang besar untuk melampaui tantangan ekonomi global. Tren short getaway, pengalaman autentik, dominasi family travel berbasis vila, serta meningkatnya kesadaran sustainable tourism menjadi fondasi kuat.

Didukung data komprehensif dari tiket.com Tourism Trends 2025 & Outlook 2026, wisatawan domestik dinilai siap beradaptasi, selama didukung fleksibilitas digital, inspirasi media sosial, serta infrastruktur transportasi yang terjangkau.

Kolaborasi erat antara pemerintah melalui inisiatif seperti Gerakan Wisata Bersih dan pelaku industri, termasuk OTA, akan menjadi kunci utama. Dengan strategi yang tepat, pariwisata Indonesia tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga mendefinisikan ulang bentuk perjalanan baru yang lebih bermakna, inklusif, dan berkelanjutan menuju 2026.