Hitung cepat berbagai lembaga survei nasional untuk Pilkada Jakarta 2024  menunjukan pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) kalah telak dari pasangan Pramono Anung-Rano Karno. Selisih perolehan suara kedua pasangan ini bahkan terpaut cukup jauh.

Sejumlah lembaga terpercaya macam  Indikator Politik Indonesia, Charta Politika, Lembaga Survei Indonesia dan Saiful Mujani Research and Conculting (SMRC) sudah rilis hasil hasil hitung cepat mereka, pasangan Pramono-Rano bahkan dalam hasil hitung cepat yang dipublikasikan memperoleh suara mulai 49-51 persen. 

Baca Juga: Manuver Jokowi di Pilkada 2024, PDIP: Katanya Kalau Sudah Pensiun Mau Momong Cucu

Tanda-tanda kekalahan pasangan RIDO menjadi sorotan berbagai pihak,pasalnya selain disokong aliansi partai politik pemenang Pilpres 2024, Ridwan Kamil-Suswono juga mendapat dukungan langsung dari Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi). Tiarapnya perolehan suara pasangan RIDO membuat sejumlah pihak menilai endorse Jokowi untuk pasangan sama sekali tak berefek. 

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan Jokowi dan Prabowo sebetulnya masih punya basis suara yang sangat kuat di Jakarta, namun suara mereka terpecah lantaran sosok Ridwan Kamil-Suswono tak begitu menjual. Ketokohan pasangan ini dianggap masih minus, itu tak selaras dengan ketokohan Jokowi dan Prabowo. 

“Tanpa didukung ketokohan kandidat maka pengaruh Jokowi maupun Prabowo tidak lagi kuat," kata Dedi dilansir Kamis (28/11/2024). 

Selain ketokohan pasangan RIDO yang dianggap masih sangat kurang, pasangan ini juga datang dengan tangan kosong, mereka tak menawarkan sesuatu yang berbeda, keduanya hanya fokus menjual janji usang yang membuat pendukung Jokowi dan Prabowo mengalihkan pilihan mereka ke pasangan calon lain terutama kepada pasangan Pramono-Rano yang berani menawarkan sesuatu yang berbeda. Pasangan ini bahkan membawa misi perlawanan terhadap politik dinasti Jokowi, model kampanye mereka dinilai cukup berhasil. 

Baca Juga: Prabowo Dukung Penuh Wacana Pembelajaran Coding Sejak Kelas 4 SD

"Pramono dan Rano tidak alami masalah dalam propaganda, tidak blunder," ujarnya. 

Di sisi lain, Dedi mengatakan keberhasilan pasangan Pramono-Rano versi hitung cepat ini juga tak terlepas dari pengaruh dua eks Gubernur Jakarta yakni Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). 

Dedi menambahkan dukungan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memberikan pengaruh positif terhadap perolehan suara Pramono-Rano. Dia mengatakan, Jokowi dan Prabowo boleh saja bunya dukungan yang kuat di Jakarta, namun kota ini telah lama dikenal sebagai basis suara Anies dan Ahok. 

"Jakarta sejak Pilpres sudah menjadi basis Anies, sisi lain ketokohan kandidat juga alami penolakan, ini secara kolektif membuat Ridwan Kamil atau Jokowi alami kekalahan," ucapnya. 

Satu Putaran 

Dedi mengatakan apabila berpatokan pada hasil hitung cepat dan hasil survei sebelum pemilihan, Pilgub Jakarta kemungkinan besar dituntaskan hanya dalam satu putaran yang dimenangkan Pramono-Rano 

"Jika membaca tren elektabilitas sebelum pemilihan, hingga pascahitung cepat dan exit poll, peluang Pilgub Jakarta satu putaran cukup besar, dan Pramono yang keluar sebagai pemenang," beber Dedi. 

Baca Juga: Benarkah Jokowi Khawatir dengan Kehadiran Anies Baswedan?

Keyakinan serupa juga datang dari kubu PDI Perjuangan selaku partai pengusung Pramono-Rano. Hajatan ini diyakini bakal berlangsung hanya dalam satu putaran saja. 

"Artinya berdasarkan hasil tersebut, kita bisa menyatakan bahwa Pilkada Jakarta berlangsung satu putaran," kata Ketua Tim Pemenangan Pramono-Rano, Lies Hartono atau Cak Lontong.