PERURI bersama Bestari Festival menghadirkan PERURI Bestari Festival 2025: Kembali ke Akar, sebuah festival imersif yang memadukan refleksi, pembelajaran, dan hiburan dalam satu pengalaman.
Digelar di Taman Kota PERURI, Jakarta Selatan, Sabtu (20/9/2025), festival ini mengajak publik untuk berhenti sejenak, kembali ke akar diri, serta merespons isu sosial dan lingkungan dengan cara yang ringan, relevan, dan inspiratif.
Hadir sebagai salah satu pembicara, Menteri Luar Negeri RI periode 2014–2024, Retno LP Marsudi, menegaskan filosofi 'kembali ke akar' sebagai pesan penting bagi generasi masa kini.
“Tema kembali ke akar ini sangat penting, sangat relate dengan situasi kita saat ini. Dunia semakin kompleks, penuh ketidakpastian, dan nilai-nilai pun sering diputarbalikkan. Di tengah badai seperti itu, yang kita butuhkan adalah akar yang kuat dan dalam,” tutur Retno.
Dalam refleksinya, Retno mengibaratkan manusia seperti pohon yang hanya bisa bertahan dari angin kencang dan hujan lebat jika memiliki akar yang kokoh. Ia bahkan mengutip pepatah Afrika, “When the roots are deep and strong, there is no reason to fear the wind.”
“Akar yang kuat menciptakan rasa percaya diri. Kalau kita pede, kita tidak mudah digoyahkan, kita bisa menjaga integritas. Dan bagi saya, integritas adalah segalanya. Angin boleh sekencang apapun, tapi akar integritas tidak boleh goyah,” tegasnya.
Retno menambahkan, pengalaman panjangnya sebagai diplomat selama 40 tahun membuktikan bahwa kepercayaan diri dan integritas adalah fondasi dalam menjaga martabat Indonesia di panggung global.
“Kalau saat bertemu lawan bicara kita tidak percaya diri, mereka akan langsung tahu. Dan di situlah posisi kita mulai goyah. Tapi dengan akar yang kuat, kita bisa menjaga integritas, memperjuangkan kepentingan nasional, bahkan menjadi pemenang,” katanya.
Lebih lanjut, Retno pun menyinggung pengalaman Indonesia saat memegang Presidensi G20 tahun 2022 di tengah perang dan krisis global.
“Bayangkan kalau akar diplomasi kita tidak kokoh, kita pasti tumbang. Tapi justru karena akar itu, kita tetap dipercaya untuk menjembatani perbedaan dan memimpin proses yang sulit. Itulah karakter diplomasi Indonesia: mendengar, menjembatani, mencari titik temu,” jelasnya.
Menurutnya, diplomasi Indonesia yang berakar pada tradisi keberagaman dan semangat gotong royong menjadi kekuatan yang diakui dunia. “Bridge builder, itu salah satu akar kuat diplomasi kita. Dan itu bukan hal instan, melainkan hasil investasi jangka panjang,” paparnya.
Baca Juga: PERURI Bestari Festival 2025 Respon Isu Sosial dan Lingkungan dengan Cara Ringan dan Inspiratif
Eling, Nilai Ibu, dan Peran Perempuan
Dalam bagian yang lebih personal, Retno mengisahkan akar nilai yang diwariskan sang ibu kepadanya.
“Selama 10 tahun saya menjabat Menteri Luar Negeri, ibu saya selalu mengingatkan satu kata sederhana, yakni eling atausadar. Kalau kita eling, kita tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Itulah akar yang ditanam ibu saya, dan itu yang membawa saya sampai ke titik ini,” tuturnya.
Ia juga menekankan pentingnya peran perempuan dalam menjaga nilai dan peradaban.
“Perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Kita yang menanamkan nilai sejak awal, dan itu adalah akar bagi generasi berikutnya,” kata Retno.
Retno juga turut mengingatkan generasi muda agar tidak terjebak pada budaya serba instan.
“Yang instan biasanya tidak sustainable. Hidup harus dijalani dengan membangun fondasi tahap demi tahap, seperti menata batu demi batu hingga menjadi rumah yang kokoh. Begitu juga dengan akar, ia harus dipelihara, dirawat, agar tidak rapuh,” ungkapnya.
Bagi Retno, makna kembali ke akar sendiri adalah menjaga kekuatan identitas, integritas, serta kepercayaan diri, sekaligus berbagi dengan sesama.
“Kalau akar kita kokoh, jangan lupa bantu yang lain. Karena kita bukan pohon yang hidup sendiri, tapi bagian dari hutan yang saling menopang. Itulah karakter masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Menutup refleksinya, Retno menyampaikan pesan sederhana, namun mendalam.
Bahwasanya, kata dia, hidup kita tidak selalu akan berjalan dalam angin sejuk. Akan ada badai, panas, dan hujan lebat.
“Maka kita harus punya akar yang kuat. Dengan akar itu, kita bisa percaya diri, menjaga kebebasan, integritas, dan tetap berdiri kokoh apa pun tantangannya,” tandasnya.
Baca Juga: Road to PERURI Bestari Festival 2025: Ruang Kolektif untuk Kembali ke Akar dan Menemukan Jati Diri