4. Dopamine Nation karya Dr. Anna Lembke
Dalam era digital yang memicu stimulasi tanpa henti, Dopamine Nation menjelaskan bagaimana sistem imbalan otak bekerja dan bagaimana ketidakseimbangannya dapat memicu kecanduan.
Dr. Lembke memadukan ilmu saraf, kasus pasien, dan strategi perilaku untuk membantu pembaca memahami akar kompulsivitas, baik terhadap zat, gawai, makanan, maupun hiburan.
Buku ini memberi sudut pandang ilmiah sekaligus praktis untuk memulihkan keseimbangan dan membangun kebiasaan yang lebih sehat.
5. The Power of Now karya Eckhart Tolle
Meski tidak secara langsung membahas kecanduan, buku spiritual klasik ini membantu pembaca kembali ke kesadaran saat ini.
Tolle mengajarkan bagaimana mengamati pikiran tanpa terjebak di dalamnya, serta bagaimana ketenangan dan kesadaran dapat meredam pola impulsif.
Banyak orang menggunakan ajaran Tolle sebagai bagian dari proses pemulihan, karena mindfulness terbukti membantu mengelola emosi yang sering menjadi akar kebiasaan buruk.
6. Breaking the Habit of Being Yourself karya Dr. Joe Dispenza
Dr. Dispenza menjelaskan bagaimana pikiran dan emosi berulang membentuk pola otak dan perilaku, termasuk kecanduan. Dengan perpaduan ilmu saraf, meditasi, dan cognitive reframing, ia mengajak pembaca ‘mengatur ulang’ pola internal yang tidak lagi bermanfaat.
Buku ini memberi pemahaman bahwa perubahan sejati datang dari dalam, bukan dari tekanan luar semata.
7. Unbroken Brain karya Maia Szalavitz
Maia Szalavitz menghadirkan perspektif baru tentang kecanduan, yakni bukan sebagai kelemahan moral, melainkan gangguan belajar. Dengan menggabungkan penelitian ilmiah dan pengalaman pribadinya, ia menawarkan pendekatan pemulihan yang lebih manusiawi, penuh empati, dan berbasis koneksi.
Buku ini membantu pembaca memahami akar kecanduan secara menyeluruh sekaligus memberikan strategi praktis yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: 5 Buku yang Wajib Dibaca Founder Perusahaan untuk Menghadapi Krisis