Dalam acara yang digelar PwC Indonesia bertajuk Amplify Your Business with Generative AI, dibahas potensi GenAI dalam meningkatkan efisiensi pekerjaan. Menurut survei PwC Global Hopes and Fears 2024, tiga industri teratas yang memanfaatkan GenAI ialah teknologi, media, & komunikasi (TMT); layanan keuangan; serta sektor industri & jasa.

Joe Atkinson, PwC Global Chief AI Officer, mengatakan bahwa dampak GenAI akan bervariasi di berbagai industri. Meskipun pada akhirnya akan memengaruhi semua industri, beberapa sektor mungkin akan merasakan dampaknya lebih cepat, terangnya.

Baca Juga: Pemanfaatan GenAI di Bisnis Berpotensi Tingkatkan PDB Indonesia 18% di 2030

"Misalnya, kami memperkirakan bahwa pengembangan perangkat lunak, layanan keuangan, dan industri yang melibatkan hubungan konsumen serta layanan pelanggan akan mengalami perubahan signifikan lebih awal. Bagian dari pekerjaan kami adalah membantu klien kami menilai potensi dampak dan kecepatan perubahan ini sehingga mereka dapat merespons dengan alat, teknologi, dan strategi penerapan yang tepat untuk GenAI," jelasnya, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (1/10/2024).

Merujuk survei PwC Global CEO Survey ke-27, CEO mengakui baik ancaman maupun peluang yang dihadirkan oleh GenAI. Sebanyak 70% mengatakan mereka melihat GenAI memengaruhi model bisnis mereka dalam tiga tahun ke depan; angka ini meningkat menjadi 89% di antara organisasi yang telah menerapkan teknologi tersebut.

Eddy Rintis, PwC Indonesia Territory Senior Partner, menyatakan, "Dalam 12 bulan terakhir, setengah dari CEO Indonesia (53%) melaporkan bahwa organisasi mereka belum menerapkan GenAI. Namun, dalam tahun mendatang, sekitar setengah dari CEO Indonesia mengharapkan GenAI dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk membangun kepercayaan dengan pemangku kepentingan (57%) dan meningkatkan kualitas produk atau layanan (56%). Hampir tujuh dari sepuluh responden percaya bahwa dalam tiga tahun ke depan, GenAI akan meningkatkan daya saing (76%), mendorong perubahan pada model bisnis mereka (72%), dan memerlukan keterampilan baru dari tenaga kerja mereka (69%)."

Vishy Narayanan, PwC Asia Pacific Digital and AI Leader, menambahkan, "Asia Pasifik, khususnya Indonesia, menawarkan peluang luar biasa untuk kemajuan teknologi. Adopsi teknologi yang cepat di beberapa bagian Indonesia, termasuk di dalam perusahaan kami sendiri, menunjukkan potensi tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi melalui GenAI, tetapi juga untuk menciptakan produk, layanan, dan model bisnis baru."

Vishy mengaku optimis bahwa dalam 12 hingga 18 bulan ke depan, atau mungkin beberapa tahun, ide-ide inovatif akan muncul dari Indonesia dalam bidang AI dan AI generatif, yang akan membedakan mereka dari seluruh dunia.

Namun, GenAI juga menghadirkan tantangan yang harus diatasi oleh para pemimpin untuk memastikan penggunaannya yang bertanggung jawab. Salah satu kekhawatiran utama adalah risiko disinformasi karena teknologi ini tidak selalu memvalidasi sumbernya, yang berpotensi menghasilkan konten yang bias atau tidak akurat.

Menurut laporan PwC Digital Trust Insights 2024: Asia Pacific, risiko serangan siber tetap menjadi perhatian bagi pengguna di Asia Pasifik (60%) dalam tahun mendatang. Selain itu, 17% menganggap disinformasi sebagai tiga ancaman siber teratas. Hal ini menunjukkan bahwa masalah-masalah ini jelas memerlukan perhatian dan menyoroti pentingnya menerapkan pengawasan yang kuat dan pedoman etis untuk menavigasi kompleksitas dan risiko yang terkait dengan GenAI.

Seiring dengan organisasi mengantisipasi dampak transformasional dari GenAI, sangat penting untuk menerapkan praktik AI yang bertanggung jawab sejak awal. Waktu terbaik untuk mempertimbangkan praktik AI yang bertanggung jawab adalah di awal perjalanan GenAI. Dengan mengambil pandangan holistik dan multidimensional terhadap GenAI sejak awal, organisasi dapat lebih baik mendefinisikan peluang, memahami risiko, dan memperkuat atau membangun pengaman yang diperlukan untuk memastikan penggunaan GenAI yang bertanggung jawab ke depannya.

Subianto, PwC Indonesia Chief Digital & Technology Officer, mengatakan, "Jika ada golden rule untuk AI yang bertanggung jawab (dan teknologi terpercaya pada umumnya), lebih baik menerapkan kepercayaan dan etika tersebut sejak awal daripada berlomba menutup celah setelah sistem berjalan. Dengan memprioritaskan pertimbangan etis dan menerapkan pengawasan strategis, bisnis dapat sepenuhnya memanfaatkan potensi GenAI sambil mengurangi risikonya."