Sawit diakui sebagai salah satu bahan baku pembuatan Bahan Bakar Nabati (BBN) terbaik yang ada saat ini. Indonesia, sebagai produsen terbesar minyak sawit di dunia, juga sudah memanfaatkan sawit menjadi BBN.
Sebagai langkah mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) di tahun 2030, Pemerintah Indonesia meluncurkan B30, produk hasil pencampuran 30% biodiesel dengan 70% bahan bakar minyak solar. Sawit menjadi komoditas utama yang dikonversi menjadi biodiesel.
Baca Juga: Pertamina Drilling Gelar Pelatihan Pemasaran Produk Lidi Sawit di Desa Bangko Permata
"Sawit memang yang paling baik kualitasnya untuk membuat Bahan Bakar Nabati (BBN). Namun, di dunia ini tidak ada yang tunggal. Masih ada beberapa minyak lain yang bisa menghasilkan BBM dengan mutu baik," jelas Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja, Pakar Bioenergi Institut Teknologi Bandung (ITB), belum lama ini kepada Olenka.
Dia menekankan, minyak sawit pada dasarnya adalah minyak pangan. Oleh karena itu, pemerintah perlu menjaga ketersediaan sawit sebagai minyak pangan.
"Pertumbuhan sawit yang sebetulnya adalah minyak pangan harus dijaga. Suatu saat, kebutuhan dari sektor pangan akan membuat sawit harus disubstitusi atau diganti dengan minyak lain yang tidak diperuntukkan bagi kebutuhan pangan," jelasnya.
Selain itu, Dr. Tatang menyoroti tidak meratanya pertumbuhan kelapa sawit di seluruh wilayah Indonesia. Sawit di Indonesia hanya bisa tumbuh di beberapa provinsi, seperti Sumatera dan Kalimantan. "Apakah kita akan membiarkan provinsi-provinsi yang tidak bisa menanam sawit itu tidak punya sumber minyak lemak untuk BBN?" tegasnya.
Dia menyarankan pemerintah untuk menyediakan alternatif lain selain sawit sebagai bahan baku pembuatan bioenergi. Pasalnya, pemanfaatan utama minyak sawit adalah untuk kebutuhan pangan.
"Mengembangkan sumber daya sawit akan membuat pool, atau pangkalan bahan mentah, BBM Indonesia tambah besar. Namun, harus tetap diingat bahwa sawit dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan sehingga konversi sawit menjadi BBN harus diambil dari surplus minyak sawit dari kebutuhan pangan. Sewaktu-waktu kebutuhan sawit di sektor pangan naik, ada minyak nabati lain yang menggantikan," pungkasnya.