Salah satu komoditas perkebunan yang menjadi fokus utama pemerintah adalah sawit. Pemerintah bahkan telah membentuk BPDPKS atau Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang bertugas mengelola dana perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Namun, pakar bioenergi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja, menekankan pentingnya manajemen lahan perkebunan di Indonesia agar tidak hanya berfokus pada satu komoditas. Apalagi, sawit diketahui hanya mampu tumbuh di beberapa provinsi di Indonesia.
Baca Juga: Pesan Pakar Bioenergi Soal Sawit sebagai Bahan Baku BBN di Indonesia
"Kalau pohon hanya menghasilkan minyak nonpangan, untuk energi, pohon itu harus menghasilkan produk lain yang berharga sehingga dia mampu bersaing karena punya nilai lebih dengan memiliki lebih dari satu produk dalam satu pohon," terangnya belum lama ini kepada Olenka, dikutip Jumat (4/10/2024).
Tatang menjelaskan, minyak sawit pada dasarnya adalah minyak pangan. Akan tetapi, dengan pengolahan lebih lanjut, sawit dapat diubah menjadi bioenergi. Meski begitu, dia meminta pemerintah untuk tidak hanya terpaku pada sawit. Terdapat komoditas perkebunan lain yang harus diperhatikan, misalnya karet.
"Satu hal yang patut disesalkan di Indonesia sekarang adalah menurunnya perkebunan karet karena digantikan dengan sawit. Padahal, peran karet dalam ban tidak bisa digantikan oleh minyak sawit, sedangkan kebutuhan ban ke depan meningkat terus," tegasnya.
Menurutnya, negara barat sudah mulai mengusahakan pohon yang menghasilkan getah seperti karet yang berasal dari wilayah mereka. Jika Pemerintah Indonesia mengabaikan karet, hal tersebut berpotensi membuka peluang bagi negara lain.
"Kalau perkebunan karet tidak diperhatikan, terdesak terus, akan menjadi peluang mereka. Pohon karet adalah pohon paling produktif yang menghasilkan getah lateks. Oleh karena itu, karet perlu diperhatikan juga selain sawit," pungkasnya.