Pemerintah memastikan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) terus berlanjut. Kini, jangkauan transportasi umum itu akan diperluas dengan membangun MRT lintas Timur-Barat yang menghubungkan Cikarang-Balaraja.
Pembangunan MRT Cikarang-Balaraja dinilai dapat menjadi gambaran atas konsistensi pemerintah dalam mengubah paradigma pembangunan kota menjadi berbasis transportasi publik, khususnya perkeretaapian perkotaan modern.
Lantas, bagaimana perkembangan proyek pembangunan MRT Cikarang-Balaraja ini?
Baca Juga: Rencana Perpanjangan Rute MRT Jakarta hingga ke Tangerang Selatan, Seperti Apa?
Tahap Pembangunan
Pembangunan MRT Cikarang-Balaraja ditargetkan mulai groundbreaking pada pertengahan tahun ini. Pemerintah menjadwalkan peletakan batu pertama proyek MRT Cikarang-Balaraja dapat dilakukan pada Agustus 2024.
Direktur Utama MRT Jakarta, Tuhiyat, memaparkan proyek MRT Cikarang-Balaraja nantinya akan dibangun dalam dua tahap. Ia menjelaskan, pembangunan fase 1 tahap 1 akan mencakup jalur Medang Satria-Tomang dan Rorotan sepanjang 30,4 km. Dalam hal ini direncanakan akan dibangun 21 stasiun yang terdiri atas 13 stasiun elevated dan 8 stasiun bawah tanah.
Kemudian, pembangunan fase 1 tahap 2 akan meliputi jalur Tomang-Kembangan sepanjang 9,2 km dengan 6 stasiun elevated. Pembangunan akan dilanjutkan pada fase 2 yang mencakup jalur Kembangan-Balaraja sepanjang 29,9 km.
Pembangunan fase 2 ini juga akan mencakup jalur Medan-Satria-Cikarang sepanjang 20 km dengan 7 stasiun elevated. Pembangunan MRT Cikarang-Balaraja ini dinilai sebagai salah satu infrastruktur dengan dampak positif bagi integrasi wilayah Jakarta dan sekitarnya.
"Sebagai salah satu pionir sistem perkeretaapian perkotaan, MRT Jakarta akan terus mendukung upaya ini dan bekerja seoptimal mungkin menghadirkan layanan berkelas dunia kepada masyarakat," pungkas Tuhiyat beberapa waktu lalu.
Bantuan Pembiayaan Jepang
Pemerintah Indonesia mendapat bantuan pembiayaan dari Jepang untuk proyek pembangunan MRT Cikarang-Balaraja. Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Pinjaman Lunak Official Development Assistance (ODA) senilai 140,69 miliar yen atau setara dengan Rp14,51 triliun pada Mei 2024.
Adapun perjanjian tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan RI, Suminto; dan Chief Representative Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia Office, Yasui Takehiro.
Pinjaman tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan MRT Jakarta jalur Timur-Barat fase 1 tahap 1 yang meliputi wilayah Tomang-Medan Satria. Suku bunga atas pinjaman tersebut sebesar 0,3% per tahun, termasuk 0,2% per tahun untuk konsultan. Masa pengembalian atas pinjaman tersebut meliputi 40 tahun yang termasuk masa tenggang selama 10 tahun.