Growthmates, kamu pasti sudah familiar dengan brand sepatu satu ini, Bata. Sayangnya, di tengah popularitasnya itu, merek alas kaki terkemuka telah menutup salah satu pabriknya di wilayah Purwakarta, Jawa Barat, sejak 30 April 2024 lalu. Hal ini lantaran pabrik yang telah beroperasi hampir 3 dekade tersebut merugi selama empat tahun berturut-turut.

Corporate Secretary Sepatu Bata, Hatta Tutuko, mengungkapkan bahwa operasional pabrik ini terpaksa dihentikan karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik tersebut terus menurun. Bahkan, kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan di dalam negeri.

“Kerugian dan tantangan industri akibat pandemi, ditambah perubahan perilaku konsumen yang sangat cepat, tidak dapat membendung kerugian,” kata Corporate Secretary Sepatu Bata, Hatta Tutuko.

Diketahui sebelumnya, pada Januari-September 2023 tercatat kerugian BATA mencapai Rp80,65 miliar atau meningkat 294,76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp20,43 miliar. Sedangkan, penjualan bersih BATA pada periode tersebut turun 0,42% menjadi Rp488,47 miliar atau lebih rendah dari tahun sebelumnya Rp490,57 miliar. 

Lantas, seperti apa perjalanan sepatu Bata di Tanah Air? Simak ulasannya berikut ini ya!

Baca Juga: 5 Sepatu Ikonik dari Brand Ternama, Cocok Dipakai saat Lebaran Nih!

Perjalanan Sepatu Bata

Sepatu Bata selama ini dikira produk dalam negeri. Padahal produk alas kaki ini ternyata dari Ceko. Nyatanya, Bata pun memiliki sejarah panjang dalam industri alas kaki Tanah Air. Bahkan menjadi salah satu sepatu favorit masyarakat Indonesia.

Pendiri dari Bata adalah sebuah keluarga dari Republik Ceko yang bernama Tomas, Anna, dan Antonin Bata. Tomas dan saudara-saudaranya mendirikan perusahaan itu berbekal pinjaman dari sang ibu sebesar US$350.

Keluarga Bata ini telah mengoperasikan sekitar 4 unit bisnis internasional yakni Bata Eropa, Bata Asia Pasifik-Afrika, Bata Amerika Latin, dan Bata Amerika Utara. Mereka juga sudah berhasil menjual miliaran pasang sepatu.

Nama lengkap dari perusahaan yang dibuat oleh keluarga ini adalah T&A Bata Shoe Company. Dengan letak kantor pusat yang berada di negara Switzerland tepatnya di Kota Lausanne.

Menilik sejarahnya sendiri, Bata berdiri pada 24 Agustus 1894. Sejak saat itu, Tomas kerap bepergian mencari inspirasi pembuatan sepatu dan mencari mesin pembuat sepatu. Setelah dia kembali ke Ceko, Eropa tengah menghadapi Perang Dunia I (1914-1918).

Bata kemudian mendapatkan order sepatu tentara dalam skala besar, The Encyclopedia of the Industrial Revolution in World History (2014) melaporkan Bata memproduksi hingga 50 ribu sepatu pada periode tersebut. Untung besar dari pesanan tersebut membawa Bata bisa berekspansi ke sejumlah negara. Mulai dari Swiss, lalu ke Inggris, Prancis, Belanda, Kanada, sampai negeri di Timur bernama Hindia Belanda.

Di Hindia Belanda, jejak Bata terlihat pada pendirian gudang impor sepatu Bata di Tanjung Priok tahun 1931. Pembukaan gudang tersebut hanya berselang setahun sebelum Tomas meninggal dalam kecelakaan pesawat tahun 1932. Di Hindia Belanda ternyata Bata sukses besar setelah mendirikan pabrik sepatu Bata di Kalibata pada 1939.

Sejak berdiri, Bata telah menjadi yang terdepan dalam inovasi, tidak hanya dalam produksi dan desain style yang baru, tapi juga pada pembuatan model bisnis yang mengizinkan respon cepat terhadap perubahaan dari kebutuhan dan keinginan pelanggan. Sehingga Bata memiliki sejarah panjang sebagai pabrik dan penjual terdepan dari alas kaki berkualitas, dan dengan bangga telah melayani sekitar satu juta pelanggan setiap harinya. Dengan lebih dari 30.000 pegawai, 5.000 toko retail internasional, dan kehadiran di lebih dari 70 negara, Bata memposisikan dirinya untuk menyediakan kombinasi tak tertandingi dari pilihan, kualitas, dan layanan kepada pelanggan di seluruh dunia.

Baca Juga: Berkembang sebagai Sepatu Ikonik, Clarks Gelar Perayaan Perdana Wallabee Day

Awal Mula Bata Masuk Indonesia

Dilansir dari website Bata Indonesia, Selasa (7/5/2024), mengenai awal mula masuknya Bata ke Indonesia itu pada tahun 1931, yakni dimulai dengan kerjasama Bata dengan NV, Netherlandsch-Indisch, sebagai importir sepatu beroperasi di Tanjung Priok.

Enam tahun setelahnya Tomas Bata mendirikan pabrik Sepatu di tengah perkebunan karet di area Kalibata, selanjutnya produksi sepatu terjadi mulai tahun 1940.

Sejak saat itu banyak masyarakat yang menggunakan sepatu tersebut, termasuk presiden pertama RI, Soekarno. Maulwi Saelan, ajudan Soekarno, menceritakan hal tersebut dalam memoar Dari Revolusi '45 sampai Kudeta '66: kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa (2001). Presiden pertama RI itu memiliki tiga pasang sepatu Bata untuk olahraga.

Keseriusannya makin dalam, PT Sepatu  Bata akhirnya melantai di Bursa Efek Jakarta. Per 1982 perusahaan terdaftar sebagai emiten dengan kode saham BATA. Tak hanya itu, sebagai bisnis yang berspesialisasi pada produk sepatu injeksi untuk konsumsi dalam dan luar negeri, Bata pun merampungkan konstruksi pabrik sepatu di Purwakarta pada 1994. 

Sebagai salah satu pabrik terbesar di Indonesia, Bata memiliki spesialisasi produk sepatu injeksi untuk konsumsi dalam dan luar negeri. Saat ini Bata Indonesia menempati Gedung 6 lantai, yaitu kantor PT.Sepatu Bata, TBK di Cilandak, Jakarta Selatan.

Hingga saat ini, merek Bata di Indonesia benar-benar telah mempunyai perjalanan panjang. Apa yang dahulu disebut sepatu sekolah dengan tagline "Back to School," telah melayani berbagai segmen pasar yang berbeda. Hal ini termasuk merek lainnya yaitu Marie Claire, Comfit, Power, Bubblegummers, North Star, B-First, and Weinbrenner.

Sepatu Bata Pilihan Presiden Jokowi

Terbaru, keputusan Bata menghentikan pabriknya pun direspons oleh Presiden RI, Joko Widodo alias Jokowi. Sebagai mantan pengusaha, Jokowi menilai sebuah usaha memang wajar mengalami kondisi yang naik ataupun turun.

Diketahui sebelumnya, Jokowi pun pernah menyempatkan diri untuk membeli sepatu sneakers Bata di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Selatan.

Jokowi membeli sepatu Power Sneakers DD 100 Black. Berdasarkan hasil penelusuran, sepatu model slip-on tersebut dijual Bata dengan harga Rp349.900.

Soal pabrik yang sampai tutup, menurut Jokowi ada banyak faktornya. Bisa saja karena kompetisi terlalu ketat, kurang efisiensi, ataupun produk kalah bersaing dengan barang-barang baru.

"Ya ini kalo masalah ada pabrik yang tutup, sebuah usaha itu naik turun karena kompetisi, karena mungkin efisiensi, karena bersaing dengan barang-barang baru yang lebih ini. Banyak hal," sebut Jokowi ditemui usai meresmikan IDTH Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi, dikutip dari detikfinance, Selasa (7/5/2024).

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan akan memanggil pihak PT Sepatu Bata Tbk menyusul langkah perusahaan yang menutup pabriknya di Purwakarta.

Terkait hal itu, Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan, pihaknya menyarankan agar Bata memperkuat pabriknya di Indonesia. Dia bilang, pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan larangan dan pembatasan (lartas) untuk alas kaki untuk mengendalikan produk impor.