Jika berkunjung ke Kota Bogor, tidak pas rasanya jika tidak mampir ke toko oleh-oleh. Di kota ini, terkenal sebuah oleh-oleh kuliner berbahan dasar talas atau biasa dikenal dengan sebutan lapis Bogor.

Berbicara lapis Bogor, maka tidak bisa lepas dari pelopor lahirnya kuliner manis ini, yakni Lapis Bogor Sangkuriang yang legendaris. Produk ini merupakan yang pertama dan terbesar di Bogor dan diciptakan oleh seorang wanita bernama Rizka Wahyu Romadhona.

Rizka mencetuskan ide untuk menciptakan panganan khas Bogor yang mengangkat kearifan agrikultur lokal Bogor yakni talas. Selain ‘melahirkan’ Lapis Bogor Sangkuriang, Rizka bersama suaminya, Anggara Jati, sukses membangun berbagai merek oleh-oleh kenamaan di berbagai kota lewat PT Agrinesia Raya.

Agrinesia Raya sendiri merupakan perusahaan yang terus tumbuh dan menjadi salah satu food manufacturing dengan berbagai produknya yang sudah dikenal. Tak hanya Lapis Bogor Sangkuriang, perusahaan ini pun memproduksi Lapis Kukus Pahlawan, Bakpia Kukus Tugu Jogja, Bolu Susu Lembang, Nusa Rasa, Bolu Malang Singosari, dan Bolu Stim Menara.

Lantas, seperti apa sosok Rika Wahyu Romadhona dan bagaimana kiprahnya membangun dan mempertahankan bisnisnya ini? Berikut Olenka ulas sebagaimana dikutip dari berbagai sumber, Sabtu (8/5/2025).

Membangun Bisnis karena Kepepet

Rizka dan sang suami memang pasangan pebisnis. Kiprah awal mereka adalah berdagang bakso. Rizka, yang saat itu masih berstatus karyawan suatu perusahaan telekomunikasi, selalu membawa bakso dalam kantong plastik dan dijual ke teman-teman sekantor.

Alumni Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya ini pun melepas jabatan sebagai manager di perusahaan tersebut, setelah profit penjualan baksonya menyamai gajinya. Di tahun 2010, ia pun memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus pada wirausaha.

Setelah hampir 3 tahun berjalan bisnis tersebut tak mengalami kemajuan sama sekali. Tak ada peningkatan penjualan sama sekali, bahkan terkadang mengalami kerugian. Justru akibat buruknya manajemen mereka saat itu, bisnis bakso itu berakhir bangkrut.

Rizka dan suaminya yang mengalami krisis finansial saat itu sampai harus menjual sebagian harta bendanya demi melunasi utang-utang dan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Belajar dari kesalahan, akhirnya mereka mulai memikirkan kembali untuk merintis usaha baru. Rizka pun terpikir ramainya pengunjung Kota Bogor bisa menjadi sumber penghasilan.

Ia punakhirnya tergugah untuk menjual oleh-oleh berbahan dasar talas, hingga lahirlah lapis talas Bogor. Di kampung halaman Rizka sendiri ada lapis Surabaya, hal ini juga menjadi sumber ide Rizka untuk menciptakan lapis Bogor.

Dengan bermodal Rp500 ribu serta pinjaman alat mixer dari mertuanya, wanita kelahiran Surabaya ini pun mulai merintis usaha. Awalnya, kue ini hanya dijual kepada para tetangga. Berkat masuk ke berbagai komunitas dan pameran, Rizka berhasil memasarkannya secara lebih luas hingga bisa terkenal seperti sekarang.

Untuk memudahkan pelanggan, alumni Magister Manajemen Bisnis IPB ini pun membuka gerai pertamanya di Jalan Baru Bogor pada Desember 2011 dan mendirikan pabrik untuk pusat produksi berada di kawasan Sentul, Citeureup, Kabupaten Bogor.

Tak hanya itu, pabrik besar lain di samping Bogor juga didirikan Rizka di wilayah Sidoarjo, Yogyakarta, dan Medan, seiring moncernya merek-merek yang telah membutuhkan kapasitas produksi besar, seperti Lapis Kukus Pahlawan Surabaya dan Bakpia Kukus Tugu Jogja.

Dan setidaknya, kini sudah ada 7 toko oleh-oleh yang dibangun langsung oleh Grup Agrinesia di Bogor, dengan 48 toko mitra khusus di Bogor dan sekitar 460 toko mitra di beberapa kota wisata lain di Indonesia.

Kini, Agrinesia juga telah memiliki ratusan gerai di berbagai daerah dan 1.500 karyawan, di mana sekitar 300 orang di antaranya bernaung di Lapis Bogor Sangkuriang.

Baca Juga: Kiat Jitu Desiree Tarigan Jaga Loyalitas Pelanggan Mamitoko