Di balik pesatnya pertumbuhan layanan digital di Indonesia, terdapat peran penting tokoh-tokoh yang membangun fondasi teknologinya sejak awal. Salah satunya adalah Otto Toto Sugiri, sosok yang dikenal luas sebagai pionir industri pusat data (data center) nasional. Lewat visi jangka panjangnya, Otto turut membentuk infrastruktur digital yang kini menopang perbankan, perusahaan teknologi, hingga layanan digital berskala besar.
Nama Otto semakin dikenal publik setelah masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes, berkat bisnis pusat data yang ia kembangkan. Namun, perjalanan panjangnya di dunia teknologi dimulai jauh sebelum istilah “ekonomi digital” menjadi arus utama.
Latar Belakang dan Pendidikan
Otto Toto Sugiri lahir di Bandung pada 23 September 1953. Ketertarikannya pada dunia teknologi membawanya menempuh pendidikan tinggi di luar negeri, di saat perkembangan komputer di Indonesia masih sangat terbatas. Ia meraih gelar magister teknik komputer dari RWTH Aachen University, Jerman, pada 1980. Kampus ini dikenal unggul dalam riset teknik dan sistem industri.
Baca Juga: Deretan Bisnis Milik Djoko Susanto, Jajaran Orang Terkaya Indonesia Pemilik Alfamart
Pengalaman akademik di Jerman membentuk pola pikir Otto yang sangat teknis, sistematis, dan berorientasi pada efisiensi. Disiplin kerja serta standar teknologi tinggi yang ia pelajari di sana kemudian menjadi bekal penting saat kembali ke Indonesia.
Awal Karier di Dunia Perbankan
Sekembalinya ke Tanah Air, Otto mengawali karier sebagai General Manager IT di Bank Bali pada awal 1980-an. Di masa itu, industri perbankan Indonesia masih didominasi proses manual. Otto berperan dalam mengembangkan sistem komputerisasi yang membantu mempercepat transaksi sekaligus meningkatkan akurasi data.
Pengalaman tersebut memberinya pemahaman krusial bahwa sektor keuangan sangat bergantung pada keandalan sistem teknologi. Sekecil apa pun gangguan dapat berdampak besar terhadap kepercayaan publik. Kesadaran inilah yang kemudian membentuk arah strategis bisnis Otto di masa depan.
Baca Juga: Bisnis Milik Toto Sugiri, Orang Terkaya ke-5 di Indonesia
Membangun Perusahaan Perangkat Lunak Lokal
Pada 1989, Otto mendirikan PT Sigma Cipta Caraka, perusahaan yang fokus mengembangkan perangkat lunak perbankan dan lembaga keuangan. Sigma menjadi salah satu pelopor sistem inti perbankan (core banking system) buatan lokal, yang kala itu masih sangat langka di Indonesia.
Perusahaan ini tumbuh pesat dan menjadi pemain penting di industri teknologi nasional. Pada 2008, Telkom Indonesia mengakuisisi Sigma dan mengubahnya menjadi Telkomsigma. Tentu hal ini menjadi penanda bahwa kualitas teknologi dan sumber daya manusia yang dibangun Otto bersama timnya adahal hal yang luar biasa.
Baca Juga: Deretan Bisnis Orang Terkaya di Indonesia, Prajogo Pangestu
Perintis Internet Komersial di Indonesia
Tak berhenti di perangkat lunak, Otto juga melihat potensi besar internet sejak awal 1990-an. Pada 1994, ia turut mendirikan Indointernet atau IndoNet, yang dikenal sebagai penyedia layanan internet komersial pertama di Indonesia.
Di masa ketika internet masih dianggap teknologi asing, IndoNet membuka akses bagi perusahaan, institusi pendidikan, dan masyarakat untuk terhubung dengan jaringan global. Peran ini menempatkan Otto sebagai salah satu pionir penting dalam ekosistem internet nasional.
Baca Juga: 10 Orang Terkaya di Dunia Oktober 2025 Versi Forbes
Fokus Membangun Infrastruktur Data Center
Memasuki era 2010-an, Otto membaca arah baru perkembangan teknologi, yakni ledakan data. Maraknya perbankan digital, layanan cloud, e-commerce, hingga platform teknologi global mendorong kebutuhan akan pusat data yang aman dan andal. Pada 2011, ia mendirikan PT DCI Indonesia.
DCI membangun pusat data berstandar internasional dan berhasil meraih sertifikasi Tier IV dari Uptime Institute—tingkatan tertinggi yang menandakan tingkat keandalan maksimal dengan risiko downtime sangat rendah. DCI pun menjadi pelopor data center Tier IV di Indonesia dan Asia Tenggara.
Baca Juga: Daftar Terbaru 10 Pengusaha Terkaya Dunia: Musk Kokoh, Buffett Terlempar ke Urutan 10
Pada 2021, DCI Indonesia resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Saham perusahaan ini menarik perhatian investor, seiring melonjaknya kebutuhan pusat data akibat akselerasi transformasi digital nasional.
Pandangan tentang Data dan Kecerdasan Buatan
Bagi Otto, data adalah aset paling strategis di era digital. Ia menilai pertumbuhan pusat data ke depan tidak hanya didorong oleh layanan cloud, tetapi juga oleh kecerdasan buatan (AI) dan analisis data berskala besar. Dalam wawancara dengan Bisnis Indonesia, Otto menyebut potensi data center berbasis AI jauh lebih besar dibandingkan layanan cloud konvensional.
“Pertumbuhannya bisa tiga sampai empat kali lipat,” ujarnya saat membahas prospek industri pusat data.
Pilar Ekonomi Digital Indonesia
Melalui DCI Indonesia, Otto Toto Sugiri menyediakan infrastruktur krusial bagi berbagai sektor, mulai dari perbankan, e-commerce, perusahaan teknologi, hingga layanan global yang beroperasi di Indonesia. Kehadiran pusat data lokal membantu perusahaan mematuhi regulasi penyimpanan data sekaligus meningkatkan kecepatan dan keandalan layanan digital.
Baca Juga: Mengenal Sosok Widiyanti Putri Wardhana, Menteri Terkaya di Kabinet Merah Putih
Dengan kontribusi tersebut, Otto Toto Sugiri bukan hanya dikenal sebagai pengusaha sukses, tetapi juga sebagai arsitek penting dalam pembangunan fondasi ekonomi digital Indonesia. Infrastruktur yang ia bangun hari ini menjadi tulang punggung berbagai layanan digital yang digunakan masyarakat setiap hari.