Siapa yang tidak mengenal Martha Tilaar? Namanya lekat dengan berbagai produk kecantikan ternama, salah satunya Sariayu. Di tengah maraknya merek kosmetik baru di Indonesia, Sariayu tetap bertahan dan konsisten menghadirkan produk kosmetik dan jamu berbahan alami khas Indonesia hingga sekarang.
Mendengar nama Martha Tilaar, banyak orang langsung membayangkan sosok pengusaha sukses dan perempuan inspiratif di balik lahirnya produk kosmetik legendaris Tanah Air.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa kesuksesan tersebut diraih melalui perjalanan panjang penuh tantangan dan kerja keras dalam membangun Sariayu hingga dikenal luas seperti saat ini.
Lalu, bagaimana perjalanan Martha Tilaar membangun bisnisnya hingga dijuluki sebagai Ratu Kosmetik Indonesia? Dikutip dari berbagai sumber, Selasa (23/12/2025), berikut ulasan Olenka lengkapnya.
Kehidupan Pribadi
Dikutip dari Wikipedia, Martha Handana yang juga dikenal dengan nama Tjhie Pwee Giok lahir di Gombong, Jawa Tengah, kini wilayah Kabupaten Kebumen, pada 4 September 1937, di masa Hindia Belanda.
Ia merupakan putri ketiga dari Yakob Handana dan Liem Herna, sosok orang tua yang menanamkan nilai-nilai fundamental seperti kejujuran, kerja keras, dan ketekunan. Dukungan keluarga inilah yang kelak menjadi fondasi kuat perjalanan bisnis Martha Tilaar, terutama saat ia memulai salon kecantikan pertamanya di rumah orang tuanya di kawasan Menteng pada tahun 1970.
Dalam kehidupan keluarga, Martha Tilaar menikah dengan Henry Alex Rudolf Tilaar dan dikaruniai empat orang anak, yaitu Bryan David Emil, Pinkan Engelien, Wulan Maharani, dan Kilala Esra.
Pendidikan
Masih dikutip dari Wikipedia, perjalanan pendidikan Martha Tilaar menunjukkan perpaduan kuat antara pendidikan formal dan pengembangan keahlian profesional yang konsisten. Ia mengawali pendidikan dasarnya di SD St. Theresia, Jakarta, pada 1949, kemudian melanjutkan ke SMP St. Theresia pada 1955 dan SMA St. Ursula pada 1957.
Minatnya terhadap dunia pendidikan dan pengembangan diri membawanya menempuh studi di IKIP Jakarta hingga 1963. Sejalan dengan ketertarikannya pada dunia kecantikan, Martha Tilaar juga mengikuti kursus kecantikan di Jakarta pada 1961–1962, sebelum memperdalam ilmunya di Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, Amerika Serikat, pada 1967–1969.
Tak berhenti di sana, ia terus memperkaya wawasan dan keterampilannya melalui berbagai kursus kecantikan di kota-kota dunia seperti Bangkok, Hong Kong, Tokyo, London, Paris, dan New York sepanjang 1975 hingga 1984.
Jejak Karier
Jejak karier Martha Tilaar dimulai sebagai guru sekolah dasar di Jakarta pada periode 1958–1961, lalu melanjutkan pengabdian di dunia pendidikan sebagai dosen di IKIP Jakarta hingga 1964.
Pengalaman internasional menjadi titik penting berikutnya ketika ia bekerja di Campus Beauty Salon, Universitas Indiana, Amerika Serikat, pada 1967–1969, yang memperluas wawasan profesionalnya di industri kecantikan modern.
Sekembalinya ke Indonesia, Martha Tilaar dipercaya menjabat sebagai Direktur Puspita Martha pada 1974–1978, sekaligus mengelola Martha Salon.
Kepemimpinannya kemudian mencapai puncak ketika ia menjabat sebagai Presiden Direktur PT Martina Berto serta Direktur Utama PT Sari Ayu Martha Kosmetika Indonesia sejak 1978 hingga kini, menandai perannya sebagai figur sentral dalam membangun dan mengembangkan industri kecantikan nasional berbasis kearifan lokal.
Awal Mula Bisnis
Dulu, Martha Tilaar kecil dianggap tomboy karena tidak suka merawat diri.Hal inilah yang membuat Ibunya mengirimkan Martha ke seorang ahli kecantikan tradisional asal Yogyakarta. Titi Poerwosoenoe adalah guru pertama yang mengajarkan Martha untuk merias diri. Dari sinilah, Martha akhirnya menyukai dunia kecantikan.
Setelah menikah dengan Henry Alex Rudolf Tilaar, ia akhirnya mengikuti suami yang mendapat beasiswa kuliah di Amerika Serikat. Di sana, ia pun tergugah untuk mencari tambahan penghasilan dengan menjadi babysitter.
Saat itu, pendapatan Martha sebagai babysitter cukup besar. Ia bisa meraup pendapatan minimal US$ 1.500 apabila sedang musim liburan, tapi rata-rata pendapatannya di hari biasa bisa mencapai US$ 2.000 - 2.500. Selain bekerja sebagai babysitter, akhirnya Martha pun memanfaatkan kesempatan ini untuk sekolah kecantikan di Academy of Beauty Culture selama dua tahun.
Lulus dari Academy of Beauty Culture, Martha membuka salon kecantikan sendiri di negeri Paman Sam tersebut. Demi mempromosikan usahanya, ia pun menyebarkan brosur dan selebaran di kampus-kampus. Selain itu, Martha menyasar mahasiswa Indonesia atau ibu-ibu yang ikut suaminya ke Amerika Serikat agar mereka menjadi pelanggannya.
Setelah menimba ilmu dan pengalaman tentang bisnis dan kecantikan di Amerika Serikat, Martha pun akhirnya kembali ke Indonesia. Tahun 1969, ia memberanikan diri membuka bisnisnya dari garasi rumahnya yang sederhana dengan ukuran 4×6 meter, dan bermodalkan uang Rp 1 jutahasil menabung selama tinggal dan bekerja di Amerika Serikat.
Dilansir dari Wikipedia, pada awal tahun 1970, tepatnya tanggal 3 Januari 1970, berdirilah Martha’s Salon di Jl. Kusumaatmadja, Menteng, Jakarta Pusat. Usaha tersebut mendapatkan respons positif, hingga Martha Tilaar bisa menarik pelanggan dari kalangan warga asing yang bekerja di kedutaan. Dua tahun kemudian, ia membuka salon kedua di Jalan Anggur No. 3 Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Saat membuka usaha salon ini, Martha meracik formula kecantikan dengan bahan-bahan alam Indonesia. Martha terus menemukan resep jamu dan kosmetik yang cocok untuk orang Indonesia dengan dibantu keluarga besarnya.
Baca Juga: Deretan Bisnis Martha Tilaar Group, Racikan Unggul dari Tangan Martha Handana
Milestone Bisnis
Dikutip dari laman resmi Martha Tilaar Group, perjalanan bisnis Martha Tilaar Group bermula dari langkah sederhana namun visioner. Pada 1970, Martha Tilaar memulai usahanya dari garasi rumah orang tuanya, Yakob Handana, di Menteng, Jakarta Pusat.
Dua tahun kemudian, ia membuka Martha Griya Salon di Menteng, salon kecantikan kedua yang menjadi tonggak penting karena untuk pertama kalinya konsep perawatan kecantikan tradisional berbasis tanaman herbal diperkenalkan dan dikembangkan secara serius sebagai bisnis.
Semangat meramu kearifan lokal dengan pendekatan modern itu kemudian melahirkan PT Martina Berto pada 1977, yang didirikan bersama Bernard Pranata (alm.) dan Theresia Harsini Setiady. Di tahun yang sama, kolaborasi dengan Theresia Harsini Setiady yang juga pendiri Kalbe Group melahirkan brand legendaris Sariayu, sebagai produk kecantikan dan jamu modern yang mengusung kekayaan alam Indonesia.
Memasuki dekade 1980-an, PT Martina Berto menunjukkan keseriusannya dalam industri dengan mendirikan pabrik sendiri di kawasan industri Pulogadung pada 1981, disusul pabrik kedua pada 1983.
Pada tahun yang sama pula, didirikan PT SAI Indonesia, sebelumnya PT Sari Ayu Indonesia,
untuk memperkuat distribusi produk kosmetik. Periode 1988 hingga 1990 menjadi fase ekspansi merek, ditandai dengan lahirnya berbagai lini kosmetik seperti Cempaka, Jamu Martina, Pesona, Biokos Martha Tilaar, Caring Colours Martha Tilaar, hingga Belia Martha Tilaar.
Pertumbuhan bisnis berlanjut dengan proses akuisisi sejumlah perusahaan ke dalam PT Martina Berto pada 1993–1995, sekaligus menegaskan posisinya sebagai pemain utama industri kosmetik nasional.
Komitmen terhadap mutu dan keberlanjutan tercermin pada 1996 ketika PT Martina Berto menjadi pabrik kosmetik pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat ISO 9001, kemudian disusul sertifikat ISO 14001 pada 2000.
Pada 1999, Martha Tilaar Group mengonsolidasikan kepemilikan saham PT Martina Berto yang sebelumnya sebagian dimiliki Kalbe Group, sehingga sepenuhnya berada di bawah manajemen Martha Tilaar Group. Di awal 2000-an, perusahaan terus memperluas portofolio merek lintas segmen melalui hadirnya Professional Artist Cosmetics (PAC), Dewi Sri Spa, Jamu Garden, dan berbagai merek lainnya, memperkuat posisi di pasar ritel maupun profesional.
Tonggak penting lainnya terjadi pada 2011 saat PT Martina Berto resmi menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT Martina Berto Tbk. Pada tahun yang sama, Martha Tilaar Group terpilih sebagai salah satu dari 55 perusahaan dunia yang menjadi anggota Global Compact Lead PBB di Davos, Swiss, sebuah pengakuan atas praktik bisnis berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Kini, setelah melewati lebih dari empat dekade perjalanan, Martha Tilaar Group berkembang menjadi kelompok usaha terpadu yang menaungi berbagai entitas, mulai dari PT Martina Berto Tbk sebagai perusahaan produksi dan pemasaran, PT Cedefindo sebagai perusahaan manufaktur dan maklon, PT Martha Beauty Gallery yang bergerak di bidang pendidikan kecantikan melalui Puspita Martha International School, PT Cantika Puspa Pesona di sektor spa dan salon termasuk waralaba, PT Creative Style Mandiri sebagai agensi periklanan, hingga PT Kreasi Boga Primatama sebagai penyedia tenaga kerja.
Kerap Diremehkan
Perjalanan Martha Tilaar menuju kesuksesan tidak selalu berjalan mulus. Di awal karier, ia kerap diremehkan, terutama karena statusnya sebagai perempuan. Bahkan, ia beberapa kali mengalami penolakan dari pihak bank saat mengajukan pinjaman untuk mengembangkan usahanya.
Tantangan juga muncul ketika Martha mulai memasarkan produknya di pusat perbelanjaan. Ia mengungkapkan bahwa banyak orang, termasuk teman-temannya sendiri, meragukan produk masker herbal dan lulur buatannya.
“Teman-teman saya mengira saya orang gila yang ingin menjadi dukun atau penyihir agar cepat kaya,” ungkap Martha, seperti dikutip dari BBC.
Meski menghadapi berbagai keraguan dan cibiran, Martha tidak menyerah. Justru, perlakuan tersebut menjadi dorongan baginya untuk terus membuktikan kualitas produknya. Kini, Sariayu telah hadir di berbagai pusat perbelanjaan di Indonesia dan meraih beragam penghargaan bergengsi, menjadi bukti nyata dari ketekunan dan kerja kerasnya.
Filosofi Bisnis dan Tips Sukses
Dalam menjalankan bisnisnya, Martha Tilaar berpegang pada filosofi dan prinsip hidup yang membantunya tetap fokus dan berjalan di jalur yang benar. Menurutnya, filosofi hidup sangat penting karena menjadi penuntun dalam mengambil keputusan, menjaga tanggung jawab atas setiap pekerjaan, serta memastikan bahwa apa yang kita lakukan tidak merugikan orang lain maupun lingkungan.
Dikutip dari Liputan6.com, Martha menganut filosofi hidup Tri Hita Kirana yang berasal dari Bali. Ia meyakini bahwa jika sebuah usaha memanfaatkan alam, seperti tanaman, maka pelaku usaha juga harus menanam kembali dan menjaga kelestariannya. Selain itu, kesuksesan dalam berbisnis, menurutnya, juga harus dibarengi dengan kemauan untuk berbagi.
Martha juga memegang prinsip untuk tidak memilih jalan yang mudah. Baginya, tantangan justru berperan penting dalam mengasah keterampilan, membangun disiplin, kerja keras, dan ketekunan. Ia percaya bahwa kemampuan dan mental yang terlatih dengan baik adalah kunci untuk mencapai puncak kesuksesan.
Sebagai pegangan hidup dan bekerja, Martha memperkenalkan lima kunci kesuksesan yang dirangkum dalam singkatan DJITU, yaitu Disiplin, Jujur, Inovatif, Tekun, dan Ulet. Prinsip ini tidak hanya menjadi kunci keberhasilannya, tetapi juga menjadi dasar filosofi Martha Tilaar Group.
Ia pun mengajak setiap orang untuk memulai dari diri sendiri dengan menerapkan nilai-nilai DJITU, karena menurutnya, dengan konsistensi dan keyakinan, kesuksesan akan datang, jika tidak untuk diri sendiri, maka untuk generasi berikutnya.
Penghargaan
Sepanjang kiprahnya, Martha Tilaar menerima berbagai penghargaan nasional dan internasional yang mencerminkan kontribusinya yang luas bagi dunia kecantikan, pelestarian budaya, serta pengembangan industri di Indonesia.
Dikutip dari Wikipedia, pengakuan internasional pertama diraihnya pada 1984 melalui gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) di bidang Fashion and Artistry dari World University, Tucson, Arizona. Apresiasi global tersebut berlanjut pada 1987, ketika ia menerima American Gold Star Award for Quality dan Asia Award for The Quality dari Trade Leader’s Club di Madrid, yang menegaskan kiprahnya dalam membangun standar mutu dan profesionalisme di industri kecantikan.
Di dalam negeri, dedikasi Martha Tilaar terhadap pendidikan dan pengembangan industri mendapatkan perhatian serius sejak awal 1990-an. Pada 1991, ia dianugerahi Penghargaan Nasional dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, disusul Penghargaan Upakarti dari Presiden Republik Indonesia atas peran aktifnya dalam membina industri kecil dan menengah.
Pengakuan tersebut diperkuat dengan penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan pada 1993, yang menandai kontribusinya dalam mendukung pembangunan nasional melalui sektor industri kreatif dan berbasis kearifan lokal.
Memasuki pertengahan hingga akhir 1990-an, rangkaian penghargaan bergengsi terus mengalir. Ia menerima Redmod–Indonesia Mode Development Award pada 1994, kemudian The Leading Women Entrepreneurs of The World Award dari Monako pada 1999 sebagai pengakuan atas kepemimpinannya di tingkat global. Pada 2000, Martha Tilaar dianugerahi Prijadarshini Award dari International Federation of Women Entrepreneurs (IFWE) di New Delhi.
Pada tahun yang sama, namanya diabadikan dalam dunia ilmu pengetahuan melalui penamaan spesies anggrek Ceologyne marthae oleh Herbarium National Netherlands Institution, Universitas Leiden, sekaligus memperoleh gelar bangsawan Kanjeng Raden Ayu (KRAy) dari Mangkunegara IX, Keraton Solo.
Prestasi dan kontribusinya terus berlanjut pada dekade berikutnya. Dikutip dari laman resmi Martha Tilaar Group, pada 2002, ia menerima Anugerah Teknologi Siddhakretya sebagai bentuk apresiasi atas inovasi dan pemanfaatan teknologi. Tahun 2012 menjadi tonggak penting dengan diraihnya gelar Perekayasa Utama Kehormatan dari BPPT serta penghargaan Pioneer in Technology dari Kementerian Perindustrian.
Pengakuan di ranah korporasi dan keberlanjutan diwujudkan melalui Corporate Image Award pada 2013 dan Outstanding Corporate Innovation Award pada 2015, yang menegaskan konsistensinya dalam membangun bisnis berdaya saing dan berkelanjutan.
Puncak pengakuan negara diberikan pada 2016 melalui penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari Pemerintah Republik Indonesia, sebagai apresiasi atas jasanya dalam memajukan kebudayaan bangsa.
Pada periode yang sama, Martha Tilaar juga menerima berbagai penghargaan lain seperti Asia Responsible Entrepreneurship Awards untuk kategori Green Leadership, Sustainable Business Award, Anugerah Abyudaya, serta Family Business Award dengan tema “Building Family Reputation”, yang semakin menegaskan warisan nilai, inovasi, dan keberlanjutan yang ia bangun sepanjang perjalanan hidup dan kariernya.
Baca Juga: Prinsip Martha Tilaar dalam Mendidik Anak, Pentingnya Menanamkan Mental 'Fight'