Ahli neurologi dan dokter spesialis saraf, Prof Yuda Turana mengatakan, setiap orang berpotensi terkena hipertensi atau darah tinggi. Menurutnya salah satu penyakit kronis ini lazimnya menjangkiti orang dalam kelompok umur tertentu. Peluang hipertensi bakal bertambah seiring bertambahnya usia.
"Hipertensi, saat kita usia makin menambah, kemungkinan kita terkena hipertensi makin besar," kata Yuda dilansir Olenka.id Selasa (2/12/2025).
Baca Juga: Yayasan Jantung Indonesia Ajak Lawan Hipertensi Lewat Deteksi Dini
Yuda melanjutkan, mereka yang berusia di bawah atau menjelang 60 tahun risiko terkena hipertensi sebesar 30 persen. Namun presentasi risiko ini bakal naik drastis setelah usia 60 tahun ke atas, peluang hipertensi pada kelompok umur ini bahkan naik hingga dua kali lipat.
"Sebagai contoh, misalnya tadi kalau sebelum usia 60 tahun itu chance-nya 30%, tetapi setelah 60 tahun itu chance-nya menjadi 60%," ujarnya.
Penyebab Hipertensi
Penyakit darah tinggi disebabkan oleh berbagai faktor, namun kebanyakan masyarakat Indonesia meyakini bahwa biang kerok dari penyakit ini adalah ketidakberdayaan mengontrol emosi, mereka yang cepat marah disebut gampang terjangkit hipertensi. Anggapan seperti ini sebetulnya keliru, darah tinggi dipicu penyebab yang jamak.
Menurut Yuda, seseorang bisa didiagnosa hipertensi setelah melakukan pengukuran berulang dan hasilnya tetap konsisten di angka yang sama. Kesimpulan darah tinggi tidak bisa diambil hanya dengan melihat pola perilaku orang, ketika seseorang marah dan emosinya meledak-ledak, ia tidak bisa langsung didiagnosis sebagai penderita darah tinggi.
"Dan kalau sudah dipastikan true hypertension, benar-benar hipertensi ya artinya, karena kan yang disebut dengan tensi itu kita marah dikit juga tensi naik. Belum tentu hipertensi, karena emosi naik. Tetapi yang disebut dengan hipertensi adalah kalau pengukuran berulang, atau di rumah sakit diukur dan di rumah diukur juga tensinya tinggi, saat sudah diagnosis itu tegak seumur hidup," ujarnya.
Cara Mengatasi Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang membutuhkan penanganan yang unik, tidak seperti penyakit lain yang langsung dilawan dengan obat-obatan, hipertensi butuh penanganan bertahap. Maksudnya darah tinggi tak selalu disembuhkan dengan obat-obatan rumah sakit. Justru konsumsi obatan-obatan secara berlebihan berisiko tinggi pada kerusakan jantung.
"Secara umum adalah kalau seorang dinyatakan hipertensi memang harus dikontrol," ujarnya.
Penanganan pertama pada penderita hipertensi kata Yuda adalah mengubah pola hidup, intinya para penderitanya diminta untuk menerapkan gaya hidup sehat seperti berhenti merokok, upaya mengurangi berat badan bagi para penderita obesitas, hingga mulai rutin berolahraga. Apabila cara pertama ini gagal membendung laju hipertensi, maka langkah berikutnya adalah pemberian obat-obatan.
Baca Juga: Jangan Anggap Remeh! Ini 6 Tanda Hipertensi di Usia 30-an yang Sering Diabaikan
"Salah satu pengontrolan tentu dokter enggak langsung memberikan obat. Biasanya perubahan pola hidup dulu, kalau merokok, obesitas, aktivitas kurang, dikasih kesempatan untuk gaya hidup diubah dulu. Kalau enggak, baru memang harus dikombinasi gaya hidup dan obat," tuntas Yuda.