Sebagai CEO sekaligus Komisaris Utama Bluebird Group Holding, nama Noni Sri Ayati Purnomo tentu sudah tidak asing lagi. Ia dikenal sebagai figur yang tepat untuk melanjutkan pengembangan BlueBird sejalan dengan program transformasi dan tantangan bisnis ke depan.

Di tangan perempuan kelahiran Jakarta, 20 Juni 1969 ini, Bluebird tidak hanya bertahan dari gempuran taksi dan ojek online, tetapi juga terus melaju dengan strategi transformasi bisnis yang relevan dengan perkembangan zaman.

Dan dikutip dari berbagai sumber, Kamis (25/9/2025), berikut Olenka ulas profil singkat Noni Sri Ayati Purnomo.

Silsilah Keluarga

Noni adalah cucu dari Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, pendiri Bluebird pada 1965. Sosok sang nenek menjadi inspirasi besar baginya untuk kembali ke Indonesia setelah menimba ilmu di luar negeri.

Ayahnya, Purnomo Prawiro, juga berperan penting dalam mengembangkan bisnis transportasi keluarga, sementara ibunya bernama Endang Basuki.

Noni tumbuh bersama dua saudara kandungnya, yakni Adriyani Lestari Purnomo dan Adrianto Djokosoetono. Kini, Noni menjadi generasi ketiga yang melanjutkan estafet kepemimpinan di Bluebird.

Noni sendiri diketahui menikah dengan dr. Indra Marki, Sp.PD, dan dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai tiga anak, yaitu Amanda, Sasha, dan Kaira.

Latar Belakang Pendidikan

Dikutip dari Detik Finance, meski menjadi pewaris bisnis taksi berlogo burung biru, Noni menempuh pendidikan yang mumpuni.

Noni menempuh pendidikan di SMA Tarakanita I Jakarta dan sempat melanjutkan ke Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti sebelum meneruskan studi ke luar negeri.Dikutip dari laman resmi Bluebird, pada 1994, ia meraih gelar Bachelor of Engineering (Industrial) dari University of Newcastle, Australia, di mana ia menjadi satu-satunya perempuan di angkatannya pada jurusan yang didominasi laki-laki.

“Saya lulus dari teknik merupakan satu-satunya wanita di angkatan saya. Jurusan ini didominasi laki-laki,” ungkap Noni, dikutip dari Detik Finance.

Tiga tahun kemudian, ia menyelesaikan pendidikan Master of Business Administration dengan konsentrasi Finance & Marketing di University of San Francisco, Amerika Serikat, lalu pada 2019 memperoleh gelar Doktor Honoris Causa dari University of Newcastle.

Setelah menyelesaikan studinya, Noni terjun ke dunia transportasi yang sekali lagi didominasi laki-laki, yakni bisnis taksi keluarganya, Bluebird. Dalam perjalanannya memimpin salah satu departemen, ia berhasil merekrut mekanik perempuan pertama di tahun kelima masa baktinya, sekaligus meningkatkan jumlah pengemudi taksi wanita secara signifikan.

“Dalam lima-enam tahun, kami punya satu mekanik perempuan dan 120 sopir wanita,” tutur Noni.

Baca Juga: Kisah Jatuh Bangun Mutiara Djokosoetono Mendirikan Bluebird

Jejak Karier

Karier Noni di Bluebird tidaklah instan. Sejak muda, ia sudah terbiasa bekerja keras. Bahkan ketika masih duduk di bangku sekolah menengah, ia pernah bekerja paruh waktu sebagai input data di Bluebird. Pengalaman sederhana ini membuatnya memahami bahwa kesuksesan tidak pernah datang secara instan.

Di Bluebird, Noni memulai karier sebagai Business Development Senior Manager (2001–2004) sebelum dipercaya menduduki berbagai posisi strategis di sejumlah perusahaan dalam grup.

Dikutip dari Tirto, ia pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Pusaka Satria Utama sejak 2000, Presiden Direktur PT Morante Jaya sejak 2003, hingga akhirnya dipercaya sebagai Presiden Direktur Bluebird Group Holding pada 2013.

Transformasi besar dilakukan Noni saat pandemi Covid-19. Dikutip dari Tempo, ia meluncurkan fitur BirdKirim dalam aplikasi MyBlueBird hanya dalam waktu sebulan, menerapkan sistem pembayaran nontunai, menjaga kebersihan armada, serta memastikan ribuan pengemudi dan karyawan mendapat vaksinasi.

Di luar urusan bisnis, Noni aktif di bidang sosial. Sejak 2001, ia menjabat sebagai Ketua Program Bluebird Peduli, dan di luar perusahaan dipercaya sebagai Ketua Komite Tetap Perhubungan Darat dan ASDP KADIN

Mengutip dari berbagai sumber, Noni juga tercatat sebagai Presiden Komisaris di sejumlah anak usaha Bluebird, di antaranya PT Pusaka Nuri Utama (sejak 1997), PT Lintas Buana Taksi (2000), PT Pusaka Prima Transport (2001), PT Pusaka Thrifty (2001), PT Prima Sarijati Agung (2002), PT Global Pusaka Solution (2009), PT Pusaka Niaga Indonesia (2010), dan PT Pusaka Bumi Transport (2012).

Perjalanan karier Noni Sri Ayati Purnomo ini mencerminkan perpaduan antara keteguhan, kecerdasan, serta kepedulian sosial. Ia bukan hanya pemimpin perusahaan transportasi terbesar di Indonesia, melainkan juga seorang ibu, pendidik, dan teladan bagi banyak perempuan.

“Sebagai CEO saya memiliki kebebasan dan kemampuan untuk berpikir bagaimana menyetarakan wanita,” tutur Noni.

Sosok Noni di Mata Keluarga

Di balik kesibukannya, Noni tetap seorang ibu bagi tiga putrinya, yakni Amanda, Sasha, dan Kaira.

Dikutip dari Kumparan Woman, anak-anaknya menggambarkan Noni sebagai sosok yang tegas namun penuh perhatian. Mereka bahkan memiliki grup WhatsApp keluarga bernama Dora Milaje, yang terinspirasi dari pasukan perempuan tangguh di film Black Panther.

Amanda mengaku sangat mengagumi sang ibu karena selalu memiliki tujuan dalam setiap langkah hidupnya.

Sasha menambahkan bahwa sang ibu adalah sumber inspirasi yang mampu melakukan banyak hal sekaligus. Sementara si bungsu Kaira menegaskan pesan ibunya bahwa “memberi itu lebih baik daripada meminta".

Baca Juga: Mengenal Purnomo Prawiro, Sosok Berjasa di Balik Kejayaan Bluebird Group

Kiprah Sosial dan Filantropi

Noni dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap pemberdayaan perempuan dan lingkungan. Ia mendirikan Bluebird Peduli pada 1998, yang hingga 2020 telah memberikan beasiswa pendidikan kepada lebih dari 33.000 anak pengemudi Bluebird.

Pada 2014, ia meluncurkan program Kartini Bluebird untuk memberdayakan istri pengemudi melalui pelatihan keterampilan seperti menjahit, memasak, hingga membuat kue.

Selain itu, Noni aktif di berbagai lembaga, antara lain Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (2023–2024), Asia Pacific Council of The Nature Conservancy, Clean Air Asia, hingga Komite Bilateral KADIN untuk Norwegia dan Islandia.

Penghargaan dan Pengakuan Internasional

Dikutip dari Tempo, pada 2023, Noni masuk dalam daftar Forbes 50 Over 50: Asia-Pacific bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Ia juga menerima UN Women Empowerment Principles Award pada 2020 serta IDC Futures Enterprise Award sebagai CEO of the Year pada 2021.

Prestasi tersebut menunjukkan bahwa kiprah Noni tidak hanya diakui di dalam negeri, tetapi juga di kancah internasional.

Harta Kekayaan

Menyoal harta Noni Sri Ayati Purnomo, hingga kini belum ada data pasti yang menyebutkan jumlah kekayaannya secara pribadi.

Namun, kiprah keluarga besarnya memang tidak bisa dilepaskan dari daftar konglomerat Indonesia.

Pada tahun 2017, nama Purnomo Prawiro dan keluarga sempat tercatat dalam daftar orang terkaya versi Forbes.

Keluarga besar pemilik Bluebird Group itu saat itu menduduki peringkat ke-45 sebagai salah satu crazy rich Indonesia dengan total kekayaan ditaksir mencapai US$640 juta atau setara Rp9,6 triliun.

Meski begitu, jumlah kekayaan keluarga Bluebird saat ini belum dapat dipastikan karena kemungkinan besar sudah berubah cukup signifikan jika dibandingkan delapan tahun lalu.

Baca Juga: Mengenal Bayu Priawan Djokosoetono, Komisaris Utama Blue Bird yang Aktif di Dunia Bisnis hingga Politik