Siapa yang tak mengenal Leonardo DiCaprio, aktor tampan dengan kemampuan akting yang luar biasa. Namanya mencuat setelah sukses membintangi film terlaris ke-3 sepanjang masa, Titanic.
Terlepas dari karier aktingnya, pria yang akrab disapa Leo itu tak pernah lepas dari sorotan kamera. Kehidupan pribadinya pun menjadi konsumsi publik.
Pria kelahiran California itu memulai kariernya dengan membintangi berbagai iklan dan film edukasi. Leo memulai debut filmnya pada 1991 silam ketika didaulat untuk tampil dalam film fiksi ilmiah bertajuk ‘Critters 3’.
Penampilannya pada tahun 1993 dalam film ‘What’s Eating Gilbert Grape’ membuat sang Aktor mendapatkan nominasi pertamanya dalam Academy Awards dan Golden Globe Award. Karier dalam dunia aktingnya kembali menanjak setelah dipercaya untuk membintangi film ‘Romeo + Juliet’ pada 1996 dan ‘Titanic’ pada 1997.
Dedikasikan Diri untuk Bumi
Tak ada yang menyangka, tepat pada Januari 2013 silam, Leo sempat mengungkapkan keinginannya untuk istirahat sejenak dari dunia yang telah membesarkan namanya dan pergi keliling dunia untuk merawat lingkungan hidup.
Berdasarkan pengakuannya sendiri, Leo mulai mengkhawatirkan keanekaragaman hayati dan hilangnya spesies sejak dirinya masih bayi. Dan, salah satu momen penting dalam evolusi Leo sebagai pejuang iklim adalah pertemuan dengan wakil presiden saat itu, Al Gore, di Gedung Putih pada tahun 1998.
Leo menyebut pertemuan itu sebagai awal dari aktivisme iklimnya, sekaligus mendirikan yayasan yang sama bernama Leonardo DiCaprio Foundation untuk mendukung organisasi dan inisiatif yang didedikasikan untuk menjamin masa depan berkelanjutan bagi Bumi.
Sejak saat itu, Leonardo telah membangun hubungan jangka panjang dengan beberapa pemimpin dan pemikir besar di dunia, terus terlibat dan aktif dalam isu-isu paling mendesak yang kita hadapi – perubahan iklim, akses terhadap air bersih, perlindungan keanekaragaman hayati, konservasi laut, dan bantuan bencana.
Leo juga pernah menggunakan pidato penerimaan aktor terbaiknya untuk mendesak masyarakat global agar menolak “politik keserakahan”, dan mendukung para pemimpin yang bersedia mengambil tindakan melawan perubahan iklim.
“Perubahan iklim itu nyata, sedang terjadi saat ini, ini adalah ancaman paling mendesak yang dihadapi seluruh spesies kita, dan kita perlu bekerja sama secara kolektif dan berhenti menunda-nunda,” kata Leo saat itu.
Selain WWF, Leo juga duduk di dewan di beberapa organisasi yang didedikasikan untuk isu-isu ini termasuk Natural Resources Defense Council (NRDC), Global Green USA and the International Fund for Animal Welfare (IFAW).
Melalui yayasannya, Leo juga telah menghasilkan sejumlah proyek media yang mengomunikasikan urgensi permasalahan ini kepada publik, termasuk dua film web pendek Water Planet dan Global Warning, yang telah disaksikan oleh orang-orang di seluruh dunia.
Dia mendedikasikan separuh situsnya (www.leonardodicaprio.org) untuk berita dan konten lingkungan hidup dan kini membangun saluran media sosialnya dalam upaya menjangkau masyarakat secara lebih langsung.
Pada tahun 2007, ia pun merilis film dokumenter panjang pertamanya, The 11th Hour, sebuah film yang sukses dan menginspirasi yang menampilkan lebih dari 50 pakar terkemuka dunia dalam isu lingkungan hidup dan solusi menarik yang dapat menyelamatkan planet kita dan bumi.
Sebagai seorang aktivis lingkungan hidup, ia bahkan menginstal rumahnya dengan solar panel dan memilih untuk mengendarai mobil-mobil ramah lingkungan seperti Tesla Roadster, Fisker Karma plug-in hybrid dan Toyota Prius.
Leo juga berkali-kali mendonasikan sebagian hartanya untuk kesejahteraan satwa liar seperti pada 2013 saat ia mendonasikan US $3 juta untuk menyelamatkan kehidupan harimau di Nepal dan US $ 3 juta lainnya untuk kehidupan satwa liar di lautan.
Dijadikan Nama Pohon Tropis Langka
Fyi Growthmates, Leo sendiri telah mendatangi setidaknya 40 negara untuk memberi bantuan kemanusiaan dan perbaikan lingkungan. Kepedulian yang sangat besar dan sadar kontribusinya sangat dibutuhkan, Leo mulai harus fokus membagi waktu antara dunia hiburan dan dunia sosial. Dua dunia yang dicintainya dan tidak mungkin ada yang ditinggalkannya.
Konsisten berkegiatan di dunia sosial dan lingkungan membuat banyak orang memuji Leonardo. Bahkan Leonardo telah banyak dianugerahi penghargaan dari ber bagai pihak seperti Martin Litton Environment Award 2001, Environment Now, dan Environmental Leadership Award 2003 dari Global Green AS.
Bahkan Leo dipilih menjadi United Nation Messenger of Peace on Climate Change oleh PBB. Ban KiMoon selaku Sekjen PBB mengaku memilih Leonardo karena ia memiliki visi dan misi yang sama dengan PBB terhadap persoalan lingkungan.
Nah Growthmates, dikenal sebagai salah satu bintang Hollywood yang memperjuangkan alam, sederet usaha Leo pada lingkungan pun akhirnya dihargai lewat nama spesies pohon baru yang ditemukan di Kamerun.
Pohon itu diberi nama Uvariopsis dicaprio oleh peneliti di Royal Botanic Gardens of Kew, London. Pohon Leo ini baru ditemukan dan hanya tumbuh di hutan Kamerun sehingga terancam punah. Pohon cemara kecil ini punya bunga kuning yang tumbuh di batangnya dan dianggap sebagai anggota tanaman kenanga.
Pohon Leo adalah tanaman pertama yang dinamakan oleh peneliti Kew pada 2022. Keberadaan tanaman ini kemudian dirilis melalui publikasi di jurnal ilmiah, PeerJ.
Soroti Kerusakan Alam dan Satwa di Indonesia
Dan tahukah kamu, Growthmates, kecintaan Leo pada alam juga pernah membawanya ke Indonesia di tahun 2016, lho. Saat itu, dirinya sidak ke Taman Nasional Gunung Lauser, Aceh, dan memberikan kritik pada industri minyak sawit milik pemerintah, yang melakukan pembukaan lahan, namun dengan cara pembakaran hutan.
Menurutnya, ekspansi lahan sawit menggerus sebagian habitat satwa ini. Padahal, Lauser bisa jadi tempat terakhir di dunia bagi gajah, harimau, orang utan, dan badak Sumatra.
“Hutan hujan tropis di dataran rendah ekosistem Lauser adalah habitat terbaik baik gajah Sumatra. Gajah dan keluarga mereka kesulitan mencari sumber makanan dan air,” tulis Leo.
Selain mengunjungi Leuser, Leonardo pun mengunjungi Raja Ampat, Papua. Melalui akun instagramnya, Leonardo mengajak semua orang untuk dapat ikut serta melestarikan keindahan Raja Ampat.
Sebelumnya, Leo juga diketahui kerap mengunggah ulang foto lautan sampah di Bantar Gebang Bekasi, Jawa Barat. Bukan pertama kali Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Leo menyoroti kondisi sampah yang menggunung di TPST Bantargebang.
Sebelumnya, ia juga mengunggah foto yang menyoroti banyaknya sampah di Bantargebang, seraya menyematkan tulisan yang berisi kekhawatiran akan kondisi Bantargebang.
"Indonesia, berada di peringkat pencemar plastik terbesar kedua di dunia setelah China, dengan laporan menunjukkan bahwa negara itu menghasilkan 187,2 juta ton sampah plastik setiap tahun yang lebih dari 1 juta ton bocor ke laut," tulisnya.
Tak hanya itu, pada November 2017 juga, Leo pun mengunggah foto orang utan seraya menyampaikan kabar baik bahwa para ilmuwan mengidentifikasi spesies baru primata besar, yakni orang utan Tapanuli.
Sayangnya, kata dia, spesies superlangka ini hanya tersisa 800 individu. Fakta ini menjadikan orang utan Tapanuli sebagai populasi primata besar yang paling terancam sejagat.
Kemudian, yang jadi sorotan sang Aktor berikutnya adalah satwa asli Indonesia lainnya, yakni Komodo. Merespons kekayaan Indonesia, Leo mengingatkan bahwa komodo hewan purba tak ubahnya dinosaurus. Meski masih lestari, ia dan para pemerhati lingkungan khawatir, invasi turis yang kian sering dapat mengusik ketenangan komodo.
“Jika kita tidak memberikan habitat yang layak, komodo bisa punah dalam waktu 50 sampai 100 tahun ke depan,” Leo mengutip pernyataan gubernur setempat, bulan lalu.
Dan, dua bulan sebelum menyorot Pulau Komodo, giliran provinsi Kalimantan Barat yang dikritisi Leo
“Penebangan kayu dan perburuan telah menipiskan populasi orang utan Borneo yang berada di Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya, Indonesia,” tulis Leo seraya mengunggah ulang foto orang utan Borneo dari akun Instagram Mongabay.
Ia pun menggalang dana pelestarian populasi orang utan Borneo bersama lembaga nirlaba yang beroperasi selama lebih dari dua dekade itu.
Tak hanya mengkritik Indonesia, Leonardo pun melontarkan pujian untuk beberapa hal di Indonesia salah satunya pujian terhadap Menteri KKP saat itu, Susi Pudjiastuti. Kinerjanya dan konsistensi memberantas illegal fishing dan mau berbagi data mengenai VesselMonitoring System melalui video, membuat Leonardo berdecak kagum.
Leonardo mengaku senang dapat turut membantu pendanaan sistem pemantauan kapal tersebut. Dalam salah satu video yang merupakan proyek Leonardo DiCaprio Foundation, Leonardo menyatakan bahwa yang dilakukan Menteri Susi merupakan tindakan berani, inovatif, dan patut ditiru oleh pemimpin dari seluruh dunia.