Hampir separuh profesional di Indonesia mengaku telah mulai mencari pekerjaan dalam enam bulan terakhir sebagai bagian dari strategi yang dikenal sebagai career cushioning, menurut survei dari penyedia solusi talenta global, Robert Walters.

Career cushioning merujuk pada langkah proaktif untuk meningkatkan prospek karier sebagai "perlindungan" jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dalam pekerjaan saat ini. Strategi ini melibatkan pengembangan keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman baru sambil tetap bekerja sehingga membantu para profesional beradaptasi dengan ketidakpastian di pasar kerja dan perubahan dalam industri.

Baca Juga: 7 Cara Terbaik Mengatasi Stres Saat Kamu Merasa ‘Overburdened’ dengan Pekerjaan

Menurut Robert Walters, faktor utama yang mendorong praktik career cushioning adalah budaya kerja yang tidak sehat (52%), kepuasan kerja yang rendah (25%), dan kurangnya jaminan keamanan kerja (17%). Selain itu, 63% profesional meyakini bahwa career cushioning dapat mempercepat pencarian pekerjaan mereka, mencerminkan tren yang berkembang di kalangan para profesional yang ingin memajukan karier mereka di pasar seperti Indonesia.

"Career cushioning kini menjadi sangat penting bagi karyawan di tengah ketidakpastian ekonomi yang ada. Pendekatan ini tidak hanya membantu mengurangi risiko kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba, tetapi juga memungkinkan para profesional untuk membangun jaringan yang berharga dan meningkatkan keterampilan mereka," kata Rika Tantiana, Senior Manager di Robert Walters Indonesia, dikutip Jumat (30/8/2024).

Taktik career cushioning yang paling populer meliputi melamar pekerjaan lain (47%) dan mengikuti pelatihan atau meningkatkan keterampilan (42%). "Career cushioning dapat meningkatkan kepercayaan diri profesional jika dilakukan dengan pendekatan yang proaktif," tambah Rika.

Perusahaan Tawarkan Career Cushioning untuk Meningkatkan Retensi Talenta

Perusahaan umumnya memandang positif tren career cushioning dengan 47% pengusaha yang disurvei melihatnya sebagai cara bagi staf mereka untuk mengembangkan diri, serta membawa ide-ide baru untuk perusahaan. Beberapa langkah yang bisa diambil perusahaan meliputi menjaga komunikasi terbuka dengan karyawan untuk membahas aspirasi, kekhawatiran, dan jalur karier mereka, berinvestasi dalam pengembangan karyawan melalui peningkatan keterampilan, menciptakan budaya yang mendukung mobilitas karyawan, serta meninjau kompensasi, manfaat, dan fleksibilitas yang ditawarkan kepada karyawan. 

"Perusahaan dapat membuat rencana yang lebih inklusif untuk karyawan, menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman yang dapat mengurangi kebutuhan akan career cushioning. Meningkatkan manfaat karyawan, menyediakan jalur karier yang jelas, serta menawarkan peluang pengembangan merupakan langkah-langkah penting untuk mempertahankan talenta. Organisasi perlu memahami bahwa career cushioning adalah fenomena yang tidak bisa dihindari, dan menangani aspek-aspek ini dapat membantu menguranginya," tutup Rika.