Becak, kendaraan klasik nan sederhana. Mungkin, banyak masyarakat yang menyimpan pesona nostalgia dan kehangatan pada kendaraan beroda tiga ini. Mengingat, becak dahulu begitu populer sebagai kendaraan yang kerap digunakan masyarakat untuk akomodasi sehari-hari.
Becak, si kendaraan klasik nan sederhana. Siapa sangka, kendaraan tiga roda ini juga turut menjadi bagian dalam kehidupan salah satu orang terkaya di Tanah Air. Dia tak lain adalah Dato Sri Tahir.
Dato Sri Tahir, namanya tersohor sebagai konglomerat yang gemar beramal. Filantropis ternama ini adalah sosok pendiri Mayapada Group yang kini sudah mengantongi harta kekayaan hingga US$ 5,4 miliar.
Kekayaan yang dimilikinya saat ini tak didapatkan Tahir semudah membalikkan telapak tangan. Tentu, sudah banyak air mata dan perjuangan pula yang dilakukan Tahir untuk keluar dari kemelaratan.
Ya, Tahir lahir dari keluarga yang terbilang kurang mampu. Dulu, orang tuanya, Lie Tjien Lien dan Ang Boen Ing, hanyalah seorang juragan yang menyewakan becak. Tahir mengakui sendiri, dulu ia bisa hidup berkat setoran-setoran tukang becak.
Baca Juga: Mengulik Kembali Kedekatan Dato Sri Tahir dengan Ahok
“Saya adalah keluarga yang kurang mampu-lah kita sebut, orang tua cuma nyewain becak. Secara tidak langsung, sebetulnya Tukang Becak itu dengan setoran-setoran hariannya yang menghidupkan Saya,” ujar Dato Sri Tahir dalam wawancara eksklusif bersama Olenka, beberapa waktu lalu.
Meski tumbuh dalam kondisi yang penuh keterbatasan ekonomi, tak membuat Tahir lengah dengan pendidikannya. Demi keluar dari ‘kemelaratan’, Tahir berhasil menuntaskan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya, 1971 silam. Bukan hanya sekadar menuntaskan pendidikan, Tahir juga terdidik sebagai siswa berprestasi.
Kecerdasan yang dimilikinya, membuat Tahir berhasil mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan bisnis di Nanyang Technological University Singapura pada 1972. Meski sebelumnya, Tahir bercita-cita berkuliah di bidang kedokteran, tetapi harus pupus lantaran sang ayah jatuh sakit dan tak lagi mampu membiayai ekonomi keluarga, termasuk pendidikan Tahir.
Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir Mengurus Kebun Binatang Ragunan
Saat menempuh pendidikan di Singapura, Tahir tak serta merta fokus pada pendidikan saja. Ia mencoba melihat peluang untuk menambah penghasilan dan membiayai studinya dengan menjual barang-barang seperti pakaian dan sepeda untuk kembali dijual di Surabaya.
Pendidikan Tahir tak sampai di situ. Tahir melanjutkan pendidikan dengan menempuh jurusan keuangan di Golden Gates University, California, Amerika Serikat saat umur 35 tahun. Tahir juga mengikuti ujian terbuka bagi promosi doctor Universitas Gadjah Mada dari Program Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan. Ia pun lulus sebagai doktor dengan predikat cum laude pada 2016.
Seiring berjalannya waktu, Tahir pun mulai menjajaki dunia bisnis. Sektor garmen, menjadi bisnis pertama yang dijajaki oleh Tahir. Sukses dalam sektor garmen, Tahir semakin percaya diri mengembangkan bisnisnya ke segala bidang, termasuk dalam sektor keuangan dengan mendirikan Mayapada Group pada 1986.
Baca Juga: Daftar Portofolio Bisnis Sektor Keuangan Milik Dato Sri Tahir
di bawah kendali Tahir, Mayapada Group merambah ke berbagai sektor bisnis. Salah satunya bisnis perbankan yang melaju pesat dan bahkan tahan banting di era krisis moneter pada 1998 silam. Tahir berhasil membuat Bank Mayapada berdiri tegak saat itu lantaran tak mengambil kredit dari bank asing sehingga tak bergantung pada kurs saat itu.
Bahkan, Tahir juga melakukan ekspansi bisnis perbankan hingga memiliki lebih dari 100 cabang di seluruh Indonesia. Tak hanya sektor perbankan, bisnis Tahir juga melebar ke sektor kesehatan melalui Mayapada Hospital yang dirintisnya sejak 2008 silam.