L’Oréal Indonesia kembali menegaskan komitmennya terhadap pemberdayaan perempuan melalui peluncuran L’Oréal Career Reconnect Program, sebuah program returnship pertama di Indonesia yang membuka jalan bagi perempuan untuk kembali bekerja setelah mengambil jeda karier.

Inisiatif ini merupakan kolaborasi dengan Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), dan menjadi wujud nyata dari tujuan besar perusahaan yakni 'Create the Beauty that Moves the World.'

Kesenjangan partisipasi perempuan di dunia kerja masih menjadi tantangan besar. Data BPS menunjukkan bahwa tingkat partisipasi kerja perempuan hanya 56,42 persen, jauh tertinggal dari laki-laki yang mencapai 84,66 persen. Dari angka tersebut, hanya sekitar sepertiga perempuan yang bekerja di sektor formal.

Ketimpangan ini diperkuat oleh berbagai faktor sosial dan struktural, mulai dari persepsi bahwa perempuan adalah caregiver utama, stigma bahwa laki-laki lebih layak memegang peran kepemimpinan, hingga kondisi ekonomi yang membuat perempuan harus berhenti bekerja untuk keluarga.

Chief of Human Resources Officer L’Oréal Indonesia, Victoria Aswien, menegaskan urgensi mengatasi tantangan tersebut. Ia mengatakan, pihaknya percaya satu hal, yakni ketika perempuan mendapatkan kesempatan, mereka bisa membawa perubahan yang jauh lebih besar dari yang kita bayangkan.

“Banyak perempuan harus berhenti bekerja karena tuntutan keluarga, lalu kehilangan rasa percaya diri saat ingin kembali ke dunia kerja. Berangkat dari kebutuhan itu, bersama IBCWE kami menghadirkan L’Oréal Reconnect Program, program returnship pertama di Indonesia yang dirancang khusus untuk perempuan yang ingin kembali bekerja setelah career break,” papar Victoria, dikutip Sabtu (13/12/2025).

IBCWE melihat pola serupa dalam lanskap tenaga kerja perempuan. Executive Director IBCWE, Wita Krisanti, mengungkapkan bahwa perjalanan profesional perempuan sering kali tidak linear.

Menurutnya, ketika perempuan memasuki fase pernikahan dan berkeluarga, tanggung jawab di dunia kerja berjalan bersamaan dengan tanggung jawab rumah yang semakin besar.

“Ini membuat hampir 40 persen perempuan pernah mengambil career break, dan 98 persen di antaranya ingin kembali bekerja. Sayangnya, belum banyak jembatan yang membantu mereka mempersiapkan diri. Padahal, ketika kesempatan setara diberikan, kita tidak hanya memberdayakan perempuan, tetapi juga membuka potensi ekonomi yang jauh lebih besar,” jelasnya.

Berdasarkan kebutuhan nyata itulah L’Oréal Career Reconnect Program dirancang. Program ini memberikan masa returnship selama enam bulan bagi perempuan yang mengambil voluntary career break, lengkap dengan kompensasi setara profesional, pelatihan upskilling dan reskilling, mentoring dari para pemimpin L’Oréal, hingga konseling untuk memulihkan kepercayaan diri.

Peserta juga mendapatkan kesempatan menjalani proyek nyata dalam tim strategis, memperluas jejaring lintas fungsi, serta membangun fondasi karier yang lebih berkelanjutan.

Baca Juga: 4 Perempuan Peneliti Indonesia Bersinar di L’Oréal–UNESCO For Women in Science 2025

Program ini memasuki tahun kedua dan telah menjadi ruang aman bagi perempuan yang ingin memulai kembali perjalanan profesionalnya. Salah satu peserta, Adhisty Esther, yang berhenti bekerja selama satu setengah tahun setelah melahirkan, membagikan pengalamannya.

“Saat mencoba kembali bekerja, saya sempat merasa pengalaman lima tahun saya seperti tidak ada artinya dan harus bersaing dengan fresh graduates yang lebih up to date. Kepercayaan diri saya turun drastis. Tapi ketika menemukan L’Oréal Career Reconnect, rasanya seperti menemukan ruang yang saya butuhkan. Program ini bukan hanya memberi kesempatan, tetapi juga mengembalikan rasa percaya diri dan nilai diri saya sebagai profesional,” ungkapnya.

Cerita serupa datang dari Alif Laila, yang mengambil career break selama enam tahun. Ia mengaku ragu karena dunia bisnis berubah begitu cepat selama ia berhenti.

“Saya pernah berpikir, apakah ada perusahaan yang mau menerima perempuan yang lama berhenti bekerja, apalagi seorang ibu? Tapi lewat Career Reconnect, saya merasa dipersiapkan kembali. Bimbingan mentor dan lingkungan yang suportif membuat kepercayaan diri saya pulih,” katanya.

Sementara itu, Yunita Muliadi, yang berhenti bekerja selama tiga tahun karena alasan kesehatan, menekankan pentingnya lingkungan kerja yang aman.

“Saya pernah bekerja di lingkungan yang kurang aman hingga memengaruhi kesehatan saya. Tidak semua perusahaan memberi kesempatan kedua bagi perempuan yang pernah berhenti bekerja. Di L’Oréal Career Reconnect, saya benar-benar merasa ‘tersambung’ kembali,” tuturnya.

“Saya berharap semakin banyak perusahaan melihat potensi perempuan yang kembali bekerja. Bagi saya, ini juga tentang memberi contoh kepada anak saya bahwa ibunya bisa terus belajar, berkembang, dan berani mengejar mimpi,” sambungnya.

Sebagai penutup, Victoria Aswien kembali menegaskan komitmen L’Oréal Indonesia dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Ia menambahkan, pihaknya akan terus menghadirkan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan fleksibel melalui kebijakan seperti hybrid working arrangement, fleksibilitas jam kerja, berbagai jenis leave termasuk maternity, paternity, caregiver, hingga kebijakan perlindungan terhadap kekerasan domestik.

“Lingkungan kerja yang suportif adalah fondasi penting agar perempuan dapat berkembang dan melanjutkan kariernya dengan lebih percaya diri,” tandas Victoria.

“Dan, melalui L’Oréal Career Reconnect Program, L’Oréal Indonesia berharap semakin banyak perempuan dapat kembali menapaki karier dengan penuh keyakinan, serta mendorong terciptanya ekosistem ketenagakerjaan yang lebih inklusif dan berkelanjutan di Indonesia,” sambungnya.

Baca Juga: Mengubah Sampah Jadi Solusi, L’Oréal Dorong Circularity Lewat Inovasi Refill