Growthmates, dunia kerja lepas atau freelancer kerap dipandang sebelah mata. Padahal, di balik fleksibilitas dan kebebasan waktu, profesi ini menyimpan potensi ekonomi yang besar, terutama bagi mereka yang mampu mengelola keahlian dan reputasinya secara serius.

Hal inilah yang ditegaskan oleh Certified Financial Planner sekaligus Director & Co-Founder Oneshildt Financial Planning, Budi Raharjo.

Menurut Budi, freelancer sejatinya bukan pekerja serabutan, melainkan profesional yang tengah membangun nilai diri untuk jangka panjang. Keahlian dan pengetahuan yang dimiliki bukan sekadar alat mencari penghasilan, tetapi aset yang bisa dikonversi menjadi value ekonomi.

“Freelancer itu bukan orang yang kerja serabutan. Mereka profesional yang punya skill, knowledge, dan value,” papar Budi, saat menjadi pembicara di kelas finansial bertajuk 'Cara Jenius Kelola Keuangan untuk Pekerja Lepas', di Jakarta, belum lama ini

Dalam membangun reputasi sebagai profesional mandiri, Budi menekankan tiga prinsip penting, yakni people like us, people trust us, dan people know us.

Namu kata dia, jika harus menentukan urutan prioritas, rasa suka dan kepercayaan menjadi fondasi paling krusial.

“Kalau orang sudah suka dan percaya, lama-lama mereka akan mengenal kita,” katanya.

Prinsip ini pula yang ia pegang sejak awal merintis karier sebagai perencana keuangan. Di masa-masa sulit, Budi mengaku pernah mengerjakan berbagai pekerjaan demi bertahan hidup, mulai dari mengajar menyetir hingga mengambil sertifikasi tambahan di luar bidang keuangan, termasuk clinical hypnotherapy. Meski demikian, ia tetap menjaga konsistensi citra profesionalnya di mata publik.

“Saya melakukan yang lain-lain itu dengan diam-diam. Yang saya branding ke publik hanya sebagai perencana keuangan,” tegasnya.

Baca Juga: Jenius Ajak Pekerja Lepas Cerdas Kelola Finansial di Tengah Penghasilan Fluktuatif

Salah satu alasan utama Budi memilih jalur profesional mandiri adalah fleksibilitas waktu. Ia tidak terikat pola kerja 9-to-5 dan bisa lebih hadir untuk keluarga ketika dibutuhkan.

“Itu yang saya benar-benar suka,” ujarnya.

Namun, kebebasan tersebut datang dengan tantangan yang tidak ringan. Penghasilan yang tidak menentu, ketiadaan tunjangan karyawan, kewajiban mengurus pajak sendiri, hingga kondisi harus bekerja sebagai solo player di awal karier menjadi realitas yang harus dihadapi freelancer.

“Income-nya kadang besar banget, kadang enggak ada sama sekali,” ungkapnya jujur.

Karena itu, Budi menekankan pentingnya perencanaan keuangan yang disiplin. Freelancer perlu memisahkan rekening pribadi dan bisnis, menyiapkan cash flow buffer, serta memiliki proteksi asuransi dasar. Ia juga menyoroti pentingnya program jaminan sosial yang sering kali diabaikan.

“BPJS itu sangat membantu. Program pemerintah yang menurut saya sangat bagus,” tuturnya.

Lebih jauh, Budi menggarisbawahi lima kecerdasan finansial utama yang perlu dimiliki siapa pun, baik freelancer, karyawan, pebisnis, maupun investor.

Kecerdasan tersebut mencakup kemampuan menciptakan uang tanpa bergantung pada gaji tetap, mengalokasikan uang dengan tepat, mengembangkan aset melalui investasi, melindungi aset lewat proteksi, serta mengolah informasi keuangan secara cerdas.

“Banyak orang duitnya banyak, tapi gagal di kecerdasan mengalokasikan,” katanya.

Ia juga mengingatkan pentingnya mempersiapkan dana pensiun sedini mungkin. Semakin ditunda, semakin besar porsi penghasilan yang harus disisihkan di usia matang.

Lebih jauh, Budi pun merangkum kunci sukses finansial bagi freelancer, yakni membuat sistem gaji sendiri, disiplin mengelola gaya hidup, berinvestasi hanya pada instrumen yang dipahami, serta terus membangun reputasi profesional agar nilai diri semakin meningkat.

“Dulu dibayar 100 ribu, lama-lama bisa sejuta, lalu 10 juta. Value itu dibangun,” ujarnya.

Pada akhirnya, kata Budi, tujuan perencanaan keuangan bukan sekadar mengejar angka, melainkan mencapai financial happiness, yaitu kehidupan yang seimbang, mandiri, dan tidak membebani generasi berikutnya.

Dan, menjelang pergantian tahun, Budi pun mengajak masyarakat untuk mulai menyusun resolusi finansial yang lebih bermakna.

“Mudah-mudahan resolusinya bukan cuma soal gaya hidup, tapi juga financial resolution,” tutup Budi.

Baca Juga: 5 Strategi Efektif Menghasilkan Lebih Banyak Uang sebagai Freelancer