Pemupukan merupakan salah satu bagian penting dalam proses penanaman yang bertujuan memberikan asupan makanan pada tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, terutama untuk kelapa sawit. Komoditas penting tersebut perlu dibantu dengan proses pemupukan yang baik karena unsur hara yang tersedia di dalam tanah makin berkurang. Apalagi, kemampuan kelapa sawit dalam mengabsorbsi unsur hara sangat rendah.

Dalam melakukan pemupukan, perlu memperhatikan konsep 4T, yakni tepat jenis, tepat dosis, tepat tempat, dan tepat cara. Penentuan jenis pupuk perlu mempertimbangkan umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi lahan, serta harga pupuk.

Baca Juga: Potensi Pasar Minyak Sawit di Cina: Ada Kemungkinan Permintaan Tinggi Beberapa Tahun ke Depan

Berikut penjelasan lengkap proses pemupukan pada tanaman dengan nama ilmiah Elaeis Guineensis Jacq. ini agar produktivitasnya maksimal.

Tahap 1: Pembibitan (1–12 Bulan)

Kondisi kelapa sawit pada tahap ini masih berada dalam fase pertumbuhan awal dengan kondisi akar dan batang sedang berkembang. Pemupukan pada tahap ini harus mengutamakan kandungan unsur hara yang mendukung pertumbuhan awal bibit serta pembentukan akar dan batang yang kuat.

Pupuk yang direkomendasikan pada tahap pembibitan adalah pupuk NPK 15-15-6-4. Pupuk jenis ini mengandung kandungan N (Nitrogen) dan P (Fosfor) yang tinggi. Pemupukan dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan cara dibenamkan 3-5 cm ke dalam tanah di sekitar bibit kelapa sawit.

Dosis pupuk yang direkomendasikan dibagi ke dalam dua rentang usia. Untuk bibit kelapa sawit berusia 1-3 bulan, dosis pemupukan sekitar 30 gram per pohon. Sementara, untuk bibit usia 4-12 bulan, dosis pemupukan sekitar 75 gram per pohon.

Tahap 2: Tanaman Belum Menghasilkan (1–3 Tahun)

Pada tahap ini, tanaman kelapa sawit sudah tumbuh besar, tetapi belum menghasilkan buah. Fokus pemupukan pada tahap ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman dengan meningkatkan pertumbuhan daun dan cabang. Dengan begitu, kelapa sawit dapat tumbuh lebih subur dan siap memasuki tahap berikutnya sehingga mampu menghasilkan buah.

Pupuk NPK 12-12-17-2+TE yang berisi kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan jenis pupuk yang direkomendasikan dalam tahap ini. Pupuk ini juga mengandung unsur mikro (TE) yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan hara dalam tanaman.

Dosis pupuk yang direkomendasikan dalam tahap ini sekitar 2-2,5 kg per pohon. Pemupukan bisa dilakukan 2 sampai 3 kali dalam setahun dengan cara membenamkan pupuk ke tanah pada kedalaman 10-15 cm atau disebarkan di sekeliling tanaman dengan radius 2/3 dari tajuk kelapa sawit.

Tahap 3: Tanaman Menghasilkan (4–di atas 20 tahun)

Tanaman kelapa sawit telah tumbuh sempurna dan siap menghasilkan buah pada tahap ini. Oleh karena itu, pemupukan pada tahap ini ditujukan untuk memicu dan meningkatkan produksi buah kelapa sawit.

Pada tahap ini, kelapa sawit membutuhkan lebih banyak kalium (K) untuk meningkatkan produksi buah sehingga pupuk yang direkomendasikan adalah jenis NPK 13-6-27-4+0,65B atau NPK 13-8-27-4+0,5B, tergantung pada karakteristik tanah tempat tumbuhnya kelapa sawit.

Baca Juga: Mengenal Tahapan Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi Minyak, Cek di Sini Yuk!

NPK 13-6-27-4+0,65B atau NPK 13-8-27-4+0,5B diketahui mengandung unsur kalium (K) yang lebih dominan, serta unsur nitrogen, fosfor, dan magnesium yang tetap diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan produksi buah. Setidaknya, dosis pupuk dalam tahap ini dapat dibagi lagi menjadi empat tingkatan:

1. Tanaman berusia 4-8 tahun membutuhkan pupuk sekitar 2-2,5 kg per pohon;

2. Tanaman berusia 9-13 tahun membutuhkan pupuk sekitar 3-4 kg per pohon;

3. Tanaman berusia 14-20 tahun membutuhkan pupuk sekitar 2-3,5 kg per pohon;

4. Tanaman berusia di atas 20 tahun membutuhkan pupuk sekitar 2-3 kg per pohon.

Pemupukan kelapa sawit pada tahap menghasilkan buah ini dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu pada awal musim hujan (September–Oktober) dan pada akhir musim hujan (Maret–April). Pemberian pupuk pada awal musim hujan bertujuan memberikan nutrisi yang cukup saat tanaman memasuki masa pertumbuhan aktif dan pembentukan tandan buah. Sementara, pemupukan pada akhir musim hujan bertujuan memberikan nutrisi yang cukup selama masa pembentukan buah dan perkembangan tandan hingga siap untuk dipanen.