Masa-masa menempuh pendidikan di perguruan tinggi merupakan masa yang berat bagi jurnalis kawakan Andy F. Noya. Pasalnya, pria kelahiran 6 November 1960 itu perlu berjuang keras untuk bertahan hidup semasa kuliah.

Hidup dengan serba keterbatasan membuat Andy harus rela menyalin buku wajib untuk keperlua mata kuliahnya. Pembawa acara Kick Andy itu mengaku tidak memiliki cukup uang untuk me-fotokopi buku yang ia perlukan.

"Untuk fotokopi aku kan gak sanggup, jadi aku berangkat ke Perpustakaan Soemantri Brojonegoro, di sana aku menyalin buku wajib sampai pegal," cerita Andy F. Noya dalam sebuah kesempatan yang dikutip Olenka pada Minggu (22/09/2024).

Hingga tak jarang aksinya mencatat buku itu mendapatkan perhatian dari orang sekitar. Banyak yang heran mengapa Andy mau menyalin tulisan sebanyak itu padahal di depannya tersedia mesin fotokopi.

Baca Juga: Andy F Noya tentang Rasa Syukur: Ada yang Makan 5 Kali Sehari tapi Masih Marah pada Tuhan

"Sampai-sampai kadang orang yang melihatnya bilang, 'Mas-mas, itu di situ ada mesin fotokopi tinggal di fotokopi saja,' saya menjawab, 'Oh enggak sedikit lagi,' padahal saya berpikir bagaimana ini, bagaimana mau fotokopi, dari mana dapat uang," terang suami Retno Palupi Noya itu.

Selain itu, Andy juga harus berjuan menahan perut laparnya. Acapkali ia memilih tidak makan sama sekali daripada uang yang ia miliki tak seberapa itu berkurang.

"Nah, bahkan waktu keluar dari perpustakaan di situ ada warung gado-gado, aku ngiler sekali lapar, tapi kalau aku makan, uangku akan berkurang dan pertaruhannya makin berat buat aku," ungkapnya.

"Ada waktu di mana aku gak tahan, akhirnya aku beli saja gado-gado dan aku malah harus bertahan lapar minum air saja di kampus untuk beberapa hari," pungkasnya.

Baca Juga: Kisah Sukses Andy F Noya, Anak Tukang Reparasi Mesin Ketik yang Sukses Jadi Jurnalis Ternama

Bapak dari tiga orang anak itu mengaku sering menolak ajakan makan teman-temannya karena uang yang ia miliki terbatas. Sehingga ia selalu menunggu kesempatan untuk ditraktir teman-temannya yang sedang berulang tahun.

"Kalau ada teman-teman mengajak, 'Andy Noya ayo kita jajan yuk di warung itu,' aku enggak pernah mau, kecuali ada tambahan, 'Ada yang ulang tahun kita ditraktir,' baru aku siap. Kalau tidak, gak berani aku. Uangku itu terbatas," jelasnya.

Bahkan, tak jarang, ia berjalan kaki untuk menuju kampus atau kadang menunggu tumpangan dari teman-temannya. "Aku sering jalan kaki, sering juga pura-pura nunggu di pinggir jalan nunggu teman naik motor atau ada teman yang punya mobil, aku menumpang untuk sampai di kampus," tutupnya.