Tak ingin eksistensi permainan tradisional memudar oleh waktu, Aghina Wahdini, atau yang akrab disapa Nina, mendirikan komunitas Traditional Games Returns (TGR) di Indonesia.
Komunitas yang berdiri sejak delapan tahun lalu ini berfokus pada hak bermain anak melalui berbagai permainan tradisional sembari melestarikan warisan budaya tersebut. Dengan memanfaatkan platform Meta, seperti Instagram, WhatsApp, dan Facebook, Nina sukses mempopulerkan komunitas TGR.
Di akun Instagram @tgrcampaign, Nina menggaungkan kampanye ‘Lupakan Gadgetmu, Ayo Main di Luar’ yang mengajak anak-anak Indonesia lebih aktif dan terlepas dari adiksi gawai.
“Saya melihat permainan tradisional bukan sekadar hiburan, tapi juga alat membangun interaksi sosial, kreativitas, dan aktivitas fisik. Lewat sosialisasi yang kami lakukan melalui media sosial, kami berupaya membangun kesadaran publik akan pentingnya peran permainan tradisional bagi tumbuh kembang anak. Kami juga ingin anak-anak Indonesia merasakan kebahagiaan yang nyata saat bermain di luar, seperti yang kami alami dulu,” ujar Nina.
Komunitas TGR memiliki sejumlah program seru untuk mendekatkan anak-anak dengan permainan tradisional, seperti TGR Campaign yang berupa pameran dan aktivitas bermain bersama.
Anggota TGR juga rutin berkunjung ke ruang publik maupun sekolah untuk memperkenalkan permainan tradisional secara langsung kepada masyarakat lewat program TGR Jalan-Jalan. Di luar itu, terdapat program bermanfaat lainnya yaitu TGR Goes to School, TGR Care, hingga TGR Workshop.
Memperkenalkan budaya permainan tradisional lewat cerita visual di Instagram
TGR memanfaatkan Instagram untuk berbagi cerita tentang aneka permainan tradisional kepada publik. Di akun Instagramnya, TGR berbagi informasi edukatif yang menggambarkan cara bermain permainan tradisional, sejarahnya, serta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya dengan foto dan video interaktif.
“Instagram membantu kami menjangkau generasi muda dengan cara yang kreatif dan menarik. Kami bisa membagikan cerita tentang permainan tradisional dan berbagai aktivitas komunitas dengan lebih mudah. Selain itu, dengan memanfaatkan Instagram, kami juga bisa merekrut relawan baru untuk bergabung menjadi bagian dari keluarga TGR,” sambung Nina.
Komunikasi internal menjadi lebih efektif dan efisien dengan Whatsapp
Komunitas TGR meyakini bahwa komunikasi yang efektif adalah kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan bersama. Dengan memanfaatkan berbagai fitur yang tersedia di WhatsApp, Nina mengaku bahwa komunitasnya mampu menjaga koordinasi yang solid antar anggota dan relawan, mulai dari perencanaan kegiatan, pembagian tugas, hingga evaluasi kegiatan.
WhatsApp telah menjadi platform utama mereka untuk memastikan informasi terdistribusi dengan cepat dan akurat, sehingga setiap anggota merasa terlibat dan terhubung satu sama lain.
“Dengan WhatsApp, kami dapat berbagi informasi secara cepat, mengatur jadwal, dan mendiskusikan ide-ide baru untuk mengembangkan program kami. Hal ini sangat membantu kami untuk tetap terorganisasi dan efisien,” ucap Nina.
Mengembangkan kolaborasi lewat jaringan sosial Meta
Sebagai upaya memperluas kolaborasi dengan komunitas ataupun organisasi lainnya, TGR memanfaatkan platform Meta seperti Facebook untuk terhubung dengan pergerakan yang memiliki kesamaan visi dan misi dengan TGR.
Nina percaya, kolaborasi akan membuka lebih banyak peluang bagi TGR dalam memperluas jangkauan, dampak, dan inklusivitas program.
“Kami percaya TGR bisa membangun hubungan yang lebih kuat dengan komunitas lain, berbagi ide, dan menciptakan kegiatan bersama. Harapannya, permainan tradisional tidak hanya dikenal, tetapi juga benar-benar dimainkan dan dicintai oleh anak-anak,” pungkas Nina.
Selain itu, untuk memastikan permainan tradisional tetap hidup dan relevan di masa depan, komunitas TGR juga terus berinovasi, seperti menciptakan desain permainan tradisional yang lebih modern dan menarik.
Dengan semangat kolaborasi dan dukungan teknologi, TGR optimistis bisa membawa anak-anak kembali bermain di luar, berinteraksi langsung, dan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Nah Growthmates, cerita TGR adalah bukti bahwa kehadiran teknologi bukan berarti menghapus tradisi. Dalam menjaga budaya permainan tradisional, teknologi dapat dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi kepada khalayak luas.
Gak cuma itu, teknologi juga bisa menjadi jembatan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai budaya, memberikan dampak positif, dan menciptakan masa depan yang lebih kaya. Semoga kisahnya menginspirasi, ya!
Baca Juga: 6 Tips Jadi Influencer Instagram yang Sukses dan Populer, Intip di Sini!