Seniman berbakat, Happy Salma, berbagi kisah perjalanannya dalam membangun Tulola, brand perhiasan asal Bali yang kini dikenal luas. Kecintaannya terhadap warisan budaya Indonesia menjadi dorongan dalam mengembangkan brand tersebut.

Tulola didirikan oleh Sri Luce pada 2007 dengan fokus awal pada pasar luar negeri. Namun, titik balik terjadi pada 2010 ketika Happy Salma bergabung sebagai Co-Founder dan Creative Conceptor setelah mengangkat motif-motif perhiasan khas Nusantara melalui bukunya, Desak Nyoman Suarti. Keterlibatan Happy membawa perspektif baru dalam perkembangan Tulola. Pada 2017, Franka Franklin Makarim ikut bergabung sebagai Co-Founder dan Chief Executive Officer, memperkuat arah bisnis Tulola ke level berikutnya.

Baca Juga: Lewat Brand Tulola, Happy Salma dan Bakti BCA Gaungkan Kolaborasi dengan Pengrajin Lokal untuk Hasilkan Perhiasan Bernilai Budaya Tinggi

Sebelumnya, Sri Luce lebih fokus menjual perhiasan Tulola untuk pasar luar negeri. Namun, setelah bergabungnya Happy Salma, Salma ingin memperkuat kehadiran Tulola di pasar domestik.

"Tadinya, Sri itu lebih banyak condong untuk market di luar negeri. Tapi ketika saya bersama, saya ingin mengarahkannya untuk lebih dikuatkan dulu di Indonesia," ujar Happy Salma seperti dalam wawancara bersama Olenka belummlama ini.

Di awal perjalanannya, Tulola hanya dibuat oleh enam pengrajin yang bekerja di garasi Sri Luce. Happy Salma memiliki visi agar lebih banyak pengrajin lokal bisa berkarya dengan tangan mereka.

"Dulu itu di tempatnya Sri ada enam tukang di garasinya. Cita-cita kita adalah bagaimana tukang-tukang yang luar biasa ini, yang pintar sekali, bisa membuat perhiasan dengan tangan dalam jumlah yang lebih banyak," ungkapnya.

Dalam membangun Tulola, Happy Salma menekankan bahwa kreativitas saja tidak cukup. Sebuah bisnis perlu berdiri di atas fondasi yang stabil, termasuk produksi yang konsisten dan manajemen yang solid.

"Kita belajar bahwa selain konsep yang harus kuat, produksi juga harus stabil. Kadang hasilnya bagus, kadang tidak, tetapi harus ada orang yang sangat pintar dalam administrasi agar usaha bisa tetap berjalan," katanya.

Menurutnya, tiga elemen utama yang menjadi kunci dalam bisnis adalah kreativitas, idealisme, dan administrasi.