Happy Salma adalah nama yang telah melekat erat dalam dunia seni Indonesia. Ia bukan hanya seorang aktris berbakat, tetapi juga seorang produser, sutradara, penulis, dan pebisnis yang terus mengembangkan karyanya.

Dengan perjalanan karier yang panjang serta dedikasinya terhadap seni dan budaya, ia menjadi salah satu figur yang dihormati di tanah air. Keberhasilannya bahkan diakui secara internasional, salah satunya dengan masuk dalam daftar tokoh berpengaruh di Asia versi majalah Tatler pada tahun 2020.

Namun, siapakah sebenarnya Happy Salma? Bagaimana perjalanan hidupnya hingga bisa mencapai posisi seperti sekarang? Mengutip dari berbagai sumber pada Senin (24/02/2025), mari kita telusuri lebih dalam kisahnya.

Awal Karier dan Perjalanan di Dunia Seni

Lahir di Sukabumi, Jawa Barat, pada 4 Januari 1980, Happy Salma mengawali kariernya sebagai aktris sinetron pada akhir 1990-an. Puluhan judul sinetron telah ia bintangi, membuat namanya dikenal luas di industri hiburan Tanah Air.

Namun, ia tidak hanya berhenti di layar kaca. Kecintaannya pada seni membawanya ke dunia sastra dan teater, yang kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidupnya.

Baca Juga: Mengenal Sosok Ega Augustia, Founder Brand Fesyen Glashka

Happy Salma mulai menulis dan menerbitkan berbagai buku, seperti kumpulan cerpen "Pulang" (2006) yang berhasil masuk nominasi Literary Khatulistiwa Award, serta "Telaga Fatamorgana" (2008).

Tak hanya menulis sendiri, ia juga berkolaborasi dalam antologi cerpen seperti "Titian: Antologi Cerita Pendek Kerakyatan" (2008) dan "24 Sauh Kolaborasi Cerpen" (2009). Karya-karya ini mencerminkan kecintaannya terhadap dunia sastra dan kemampuannya mengolah kata dengan indah.

Eksplorasi di Dunia Teater

Seni teater menjadi salah satu bidang yang semakin memperkuat eksistensi Happy Salma di dunia seni. Debutnya dimulai dengan peran sebagai Nyai Ontosoroh dalam pementasan "Nyai Ontosoroh" pada tahun 2007. Peran ini diambil dari tokoh dalam novel "Bumi Manusia" karya Pramoedya Ananta Toer dan mendapatkan apresiasi tinggi.

Ia juga tampil dalam berbagai produksi teater besar lainnya, seperti monolog "Ronggeng Dukuh Paruk" yang dipentaskan di Amsterdam, Bern, Swiss, dan Jakarta pada 2009. Selain itu, ia juga tampil dalam pementasan "Jabang Tetuko" (2011), "Opera Diponegoro" (2011), "Monolog Inggit" (2011–2014), "Roro Mendut" (2012), serta "Bunga Penutup Abad" (2016–2017), di mana ia kembali berperan sebagai Nyai Ontosoroh.

Sejalan dengan kecintaannya pada teater, Happy mendirikan Yayasan Seni dan Budaya Titimangsa, yang telah memproduksi berbagai pertunjukan besar, seperti "Nyanyi Sunyi Revolusi" dan "Cinta Tak Pernah Sederhana". Yayasan ini berfokus pada pelestarian seni pertunjukan dan budaya Indonesia, memastikan warisan sastra dan teater tetap hidup di hati masyarakat.

Baca Juga: Mengenal Sosok Ersa Mayori, Mulai dari Perjalanan di Dunia Televisi hingga Bisnis yang Digeluti

Prestasi di Dunia Film

Happy Salma juga menunjukkan kemampuan aktingnya di layar lebar. Ia meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Pemeran Pembantu Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia 2010 untuk film "7 Hati 7 Cinta 7 Wanita".

Pada tahun 2022, ia berhasil menyabet penghargaan Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam Indonesian Movie Actors Awards dan Aktris Film Pilihan Tempo berkat perannya sebagai Nana dalam film "Before, Now & Then (Nana)".

Selain berakting, Happy juga mencoba peruntungannya di belakang layar sebagai sutradara. Ia ikut menyutradarai film omnibus "Rectoverso" bersama Marcella Zalianty, Olga Lidya, Cathy Sharon, dan Rachel Maryam.

Ia juga menyutradarai beberapa film pendek, seperti "Kamis ke 300" dan "Ibu dan Anak Perempuannya", serta serial "Masakan Rumah" yang ditayangkan di Mola TV pada 2020.

Bisnis dan Kehidupan Pribadi

Di luar dunia seni, Happy Salma juga dikenal sebagai seorang pebisnis. Ia mendirikan merek perhiasan Tulola Jewelry bersama Sri Luce Rusna dan Franka Makarim.

Tulola memiliki konsep unik dengan desain yang terinspirasi dari budaya Indonesia, seperti koleksi "Juwita Malam" yang mengambil inspirasi dari musik keroncong. Kini, Tulola telah berkembang pesat dengan gerai di Bali dan Jakarta.

Baca Juga: Lewat Brand Tulola, Happy Salma dan Bakti BCA Gaungkan Kolaborasi dengan Pengrajin Lokal untuk Hasilkan Perhiasan Bernilai Budaya Tinggi

Dalam kehidupan pribadinya, Happy Salma menikah dengan Tjokorda Bagus Dwi Santana Kerthyasa, seorang bangsawan dari Ubud, Bali, pada tahun 2010.

Setelah menikah, ia mendapatkan gelar Jero Happy Salma Wanasari dan memilih menetap di Bali. Dari pernikahannya, ia dikaruniai dua anak, yakni Tjokorda Sri Kinandari Kerthyasa dan Tjokorda Ngurah Rayidaru Kerthyasa.

Dedikasi pada Seni dan Budaya

Happy Salma terus menunjukkan dedikasinya dalam dunia seni dan budaya. Atas kontribusinya, ia dianugerahi penghargaan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha 2023 oleh Institut Seni Indonesia Denpasar sebagai Seniman dan Maesenas Seni.

Ia tidak hanya sekadar menjadi aktris atau penulis, tetapi juga berperan aktif dalam menjaga dan mengangkat nilai-nilai budaya Indonesia. Dengan segala pencapaiannya, Happy Salma tetap menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia adalah bukti bahwa seni tidak hanya menjadi bentuk ekspresi, tetapi juga medium untuk menjaga dan merayakan identitas budaya bangsa.

Perjalanannya yang luar biasa ini menjadi cerminan bahwa dengan dedikasi dan kerja keras, seseorang dapat memberikan dampak yang besar bagi masyarakat dan dunia seni.