Habib Ja'far merupakan pemuka agama yang aktif menyuarakan nilai toleransi dalam beragama. Melalui konten-konten yang ia sajikan, Habib Ja'far berupaya untuk memupuk nilai toleransi di ranah digital.

Menurut Habib Ja'far, toleransi menjadi hal yang tak terpisahkan dari Indonesia. Dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya, banyak ditemui rumah ibadah seperti masjid dan gereja yang saling berdampingan, masyarakat antaragama gotong-royong membantu satu sama lain. Potret inilah yang kemudian ia capture ke media sosial.

Baca Juga: 6 Tips Mengendalikan Mindset Agar Sukses dalam Hidup

"Ini yang coba saya capture ke media sosial karena riset-riset yang ada menyebutkan bahwa konten toleransi masih kalah tiga kali lipat dari konten-konten yang tidak bernilai toleransi," tegas Habib Ja'far dalam wawancara eksklusif bersama Olenka beberapa waktu lalu.

Ia menilai, ada gap antara apa yang terjadi secara faktual dan apa yang ada di media sosial. Dalam pandangannya, selama ini orang-orang yang toleran cenderung bersikap silent majority, jarang membuat konten-konten keberagaman dalam beragama. 

Poin yang juga ingin Habib Ja'far sampaikan ialah penting sekali bagi seseorang untuk menemukan dirinya sebagai umat beragama. Hal itu dibutuhkan supaya bisa memahami bahwa masyarakat bisa tetap beragama di tengah perbedaan agama yang ada di Indonesia. 

"Tak sedikit bisnis yang akhirnya hancur hanya karena bersinggungan antarumat beragama, keluarga bercerai karena perbedaan pemahaman kebersamaan, bahkan di internal satu agama juga terjadi (perpecahan)," lanjutnya. 

Untuk itu, ia sangat mengapresiasi berbagai inisiatif yang dilakukan untuk memupuk rasa toleransi itu, salah satunya adalah IdeaFest 2024. Dengan menemukan siapa diri kita sebagai umat beragama, kata Habib Ja'far, kita bisa makin mengenal diri kita seutuhnya dan memahami salah satu nilai utama dari apa pun agama di dunia, yakni toleransi di tengah perbedaan. 

"Dengan begitu, kita bisa hidup bersama tanpa diganggu atau dipermasalahkan hanya karena sensitivitas-sensitivitas yang terbentuk lantaran intoleransi antarumat beragama," tegasnya lagi.