Pimpinan Pura Mangkunegaran, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X atau yang lebih akrab disapa dengan nama Gusti Bhre Sudjiwo, berpandangan, menjadi pemimpin bukan pekerjaan sederhana. Seseorang yang diberi kepercayaan menduduki posisi ini harus memiliki kualitas yang tercermin melalui kinerjanya.

Gusti Bhre juga mengatakan, seorang pemimpin juga harus punya visi. Karena, jika seorang pemimpin tidak tahu kemana arah yang ingin dituju, tidak jelas apa yang akan dia lakukan, dia tidak akan pernah mencapai tujuan tersebut.

Menurutnya, visi hebat seorang pemimpin tentu tidak terlepas dari keinginan untuk membesarkan organisasinya. Jika organisasinya sukses maka dia pun akan menjadi sukses. Menemukan visi yang hebat itulah titik awal untuk menjadi seorang pemimpin.

“Kalau kita memimpin, saya rasa yang paling penting itu kita harus tahu dulu sebagai pemimpin kita harus melakukan apa. Apa yang mau kita capai. Kita mau bawa apa yang kita pimpin itu organisasi kita, perusahaan kita atau mungkin daerah itu mau kita bawa kemana gitu,” tutur Gusti Bhre, dalam sebuah video yang diunggah kanal Permata Bank, dikutip Olenka, Rabu (5/2/2025).

Pria kelahiran 29 Maret 1997 ini sendiri punya visi dan misi jangka panjang untuk mengembangkan Pura Mangkunegaran, kerajaan yang sudah ada sejak 1757 itu. Ia berharap, Pura Mangkunegaran bisa jadi wahana kebudayaan bagi masyarakat luas.

“Visi kami adalah bagaimana Pura Mangkunegaran ke depannya bisa menjadi suatu wadah, suatu tempat kebudayaan, terutama untuk masyarakat luas,” ujarnya.

Gusti Bhre menegaskan bahwa tidak ada proses yang instan dalam perjalanan hidupnya hingga menjadi pimpinan Pura Mangkunegaran seperti sekarang. Ia pun tak menampik bahwa sebagai penerus Mangkunegaran, dirinya kerap dihadapkan dengan beragam dinamika dan tantangan. Namun, dengan pendekatan yang tepat, semua hal tersebut dapat diatasi.

“Tentunya, setiap kerajaan ada dinamikanya macam-macam ya. Bahkan kita melihat yang skalanya sebesar kerajaan di Inggris pun, skala dunia saja, itu juga ada dinamikanya sendiri Tentunya, Mangkunegaranjuga ada dinamikanya sendiri. Namun, dengan pendekatan yang tepat, semua hal tersebut dapat kita atasi,” paparnya.

Baca Juga: Kisah Gusti Bhre Kala Diangkat Jadi KGPAA: Semua Butuh Proses!

Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa sejak dirinya dinobatkan menjadi KGPAA Mangkunagoro X, Gusti Bhre mengaku telah menyiapkan rancangan program yang akan ia jalankan pada masa kepemimpinannya. Menurut Bhre, ada hal-hal yang bisa Pura Mangkunegaran kembangkan dan capai. Karenanya, ia pun merasa peran masyarakat untuk mendukung eksistensi kerajaan, sangatlah besar.

“Saya melihat bahwa di era saat ini, tentunya yang bisa saya lakukan sebisa mungkin adalah bagaimana Mangkunegaran ini masih terus dibutuhkan dan masih terus diinginkan oleh masyarakat. Itu yang paling penting sebetulnya. Karena ini tidak lepas dari keberlanjutan dan keberlangsungan dari kebudayaan yang kita junjung,” terangnya.

Gusti Bhre lantas mengatakan, Mangkunegaran memiliki peran penting sebagai pusat budaya, sastra, dan falsafah bangsa. Karenanya, kata dia, Pura Mangkunegaran sebagai identitas dan jati diri bangsa perlu mewadahi masyarakat untuk melakukan kegiatan budaya.

“Mungkin sebagai contoh ya, saya dulu masih kecil, saya kalau mendengarkan musik kan dulu pakai Walkman, pakai kaset danCD, nah hari ini itu udah gak ada semua. Karena hari ini sudah di-replace dengan smartphone kita, dengan platform streaming dan sebagainya. Akhirnya itu semua penggunaannya sudah berkurang. Akhirnya dari masyarakat pun sudah tidak present lagi,” bebernya.

Untuk itu, sambung dia, selain sebagai salah satu pusat lahir dan berkembangnya kebudayaan, pura Mangkunegaraan juga harus mampu menjadi satu wadah, jembatan, kolaborator dan teman diskusi bagi seluruh masyarakat. Baik budayawan, akademisi, pemerintah, maupun lembaga sosial budaya, pelestarian sejarah dan ekonomi

“Bagaimana Mangkunegaran ini terus ada ke depannya, ya kembali lagi adalah kita jawab dengan bagaimana Mangkunegaran ini terus bisa dibutuhkan dan bisa terus menjadi bagian dari masyarakat, gitu,” paparnya.

“Dan itu yang kita lakukan. Bahwa Mangkunegaran sebagai pusat budaya, bukan hanya sebagai pusat budaya tapi juga menjadi suatu wadah untuk menaungi kebudayaan yang kita miliki dan unsur-unsur perangkat di dalamnya gitu. Apakah itu para akademisi, para seniman, dsb,” lanjutnya.

Pria yang menjabat sebagai Komisaris PT KAI itu pun mengatakan, warisan sejarah pura bukan hanya suatu hal yg semata-mata harus dirayakan, melainkan harus dijaga agar pura Mangkunegaraan tetap jadi pusat budaya dan sejarah yang tidak tergerus perkembangan zaman.

"Untuk itu saya mengajak seluruh insan Mangkunegaraan dan masyarakat Indonesia, khususnya Surakarta, untuk bersama-sama mengamalkan nilai-nilai luhur yang diajarkan kepada kita," tukasnya.

"Melestarikan dan terus mengembangkan kebudayaan Mangkunegaraan sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dari perjalanan peradaban bangsa kita," tandasnya.

Baca Juga: Mengenal Sosok Kilala Tilaar: Perjalanan dari Gudang hingga Puncak Kepemimpinan di Martha Tilaar Group