Olahraga raket tengah memasuki fase baru di Indonesia. Minat masyarakat yang terus meningkat tidak lagi sekadar mencerminkan tren gaya hidup sehat, tetapi juga menandai lahirnya peluang ekonomi yang semakin luas di sektor olahraga dan wellness.
Hal ini tercermin dari laporan Global Padel Report 2025 yang dirilis Playtomic, di mana Indonesia disebut sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan olahraga padel tercepat di kawasan Asia Pasifik, sejajar dengan Singapura dan Thailand.
Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bali, padel berkembang melampaui fungsi olahraga semata. Aktivitas ini menjelma menjadi 'social currency' baru bagi masyarakat urban, ruang bertemu lintas industri, sarana memperluas jejaring profesional, sekaligus wadah membangun komunitas. Diperkenalkan pertama kali oleh komunitas ekspatriat, olahraga ini dengan cepat diadopsi oleh kalangan kelas menengah Indonesia.
Pergeseran ini sejalan dengan perubahan perilaku konsumen, khususnya kelompok usia 30–40 tahun, yang kini semakin memprioritaskan preventive health serta aktivitas fisik yang mudah dipelajari, berdurasi singkat, dan bersifat sosial.
Karakter olahraga raket yang dinamis, fun, dan inklusif membuatnya terasa dekat dengan budaya badminton yang telah lama mengakar di Indonesia. Kedekatan inilah yang mendorong proses adopsi berjalan lebih cepat dan membuka potensi pasar jangka panjang yang menjanjikan.
Founder Liga.Tennis, Dmitry Scherbakov, menilai fenomena ini sebagai bagian dari transformasi yang lebih besar dalam cara masyarakat memandang olahraga.
“Indonesia sedang memasuki era social fitness boom. Masyarakat tidak hanya mencari olahraga, tetapi ruang sosial, komunitas, dan pengalaman yang bermakna. Olahraga raket berada tepat di jantung perubahan ini karena sifatnya yang fun, mudah dimainkan, dan bersifat inklusif untuk semua usia dan tingkat kemampuan,” tutur Dmitry, dikutip Selasa (23/12/2025).
Pertumbuhan masif olahraga raket turut memicu efek ekonomi berantai yang semakin nyata. Fenomena global yang kerap disebut sebagai paddle effect mendorong lahirnya berbagai sektor pendukung, mulai dari brand apparel lokal, penyedia peralatan olahraga, layanan fisioterapi dan sport recovery, akademi dan sekolah coaching, turnamen komunitas hingga profesional, hingga pertumbuhan sektor F&B di sekitar fasilitas olahraga.
Dinamika ini memperkuat temuan dalam Global Wellness Economy Monitor 2024 dari Global Wellness Institute (GWI), yang memproyeksikan nilai ekonomi wellness global akan mencapai US$9 triliun pada 2028.
Dari sisi bisnis, data Global Padel Report 2025 menunjukkan Indonesia mencatat salah satu tingkat produktivitas lapangan tertinggi secara global. Satu lapangan padel di Indonesia mampu menghasilkan gross merchandise value (GMV) rata-rata lebih dari €6.000 per bulan, atau sekitar Rp110 juta, dengan pertumbuhan mencapai 173 persen secara tahunan pada periode 2023–2024.
Baca Juga: Ariston Perluas Kampanye Hot Water Comfort ke Gaya Hidup Aktif Lewat Olahraga Padel
Di saat yang sama, Playtomic bersama Monitor Deloitte memproyeksikan jumlah lapangan padel global akan mencapai 85.000 pada 2026, atau dua kali lipat dari jumlah saat ini. Angka-angka ini mengirimkan sinyal kuat bagi investor dan operator, permintaan pasar yang solid, berkelanjutan, serta efisiensi monetisasi yang melampaui rata-rata pasar baru.
Dmitry menegaskan bahwa dampak pembangunan fasilitas olahraga raket tidak berhenti pada aktivitas bermain semata.
“Ketika satu lapangan padel dibangun, yang bergerak bukan hanya pemainnya, tetapi ekonomi sekitarnya. Indonesia berada di titik percepatan pertumbuhan olahraga raket. Yang terjadi bukan hanya peningkatan jumlah pemain, tetapi lahirnya industri baru dengan potensi ekonomi yang sangat besar. Kami membangun bukan hanya klub olahraga, tetapi ekosistem olahraga raket terbesar di Indonesia yang menghubungkan coaching, communities, facilities, dan digital platforms,” jelasnya.
Didirikan pada 2017 sebagai platform digital untuk menghubungkan komunitas olahraga raket, Liga.Tennis berkembang pesat menjadi salah satu jaringan klub olahraga raket dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia.

Sejak membuka klub fisik pertamanya di Bali pada 2019, Liga.Tennis telah melayani pemain dari berbagai tingkat kemampuan. Klub ini juga sempat menarik perhatian dunia internasional dengan kunjungan Novak Djokovic, pemegang rekor 24 gelar tunggal Grand Slam, saat berada di Bali pada tahun yang sama.
Saat ini, Liga.Tennis mengoperasikan enam klub di Bali dan satu klub di Sumba, Nusa Tenggara Timur, dengan tingkat okupansi mencapai 85 persen. Seluruh fasilitas dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan rekreasi sekaligus pengembangan keterampilan, mulai dari tenis, padel, squash, pickleball, sekolah tenis, hingga community courts.
Dengan basis pengguna yang terus bertumbuh dan mendekati 100.000 pengguna di Liga App, perusahaan melihat kombinasi populasi besar, pertumbuhan kelas menengah, serta keterbatasan suplai sebagai peluang strategis.
Dalam satu dekade ke depan, Liga.Tennis menargetkan ekspansi hingga 77 klub di Indonesia dan pasar regional, mempertegas posisinya di tengah percepatan industri olahraga raket nasional.
Baca Juga: La Roche-Posay UV Open 2025: Saat Tenis dan Edukasi Kulit 'Bertemu' di Bawah Matahari