Kasus gagal ginjal pada anak-anak kembali bikin geger masyarakat, ini adalah kali kedua kasus yang sama terjadi di Indonesia. Sekitar satu dua tahun lalu, kasus serupa sempat terjadi, penyebabnya adalah obat batuk sirup yang disinyalir menggandung zat berbahaya dan beracun.
Berbeda dengan kasus sebelumnya, penyebab gagal ginjal kali ini masih abu-abu, tetapi kuat dugaan, salah satu yang memantik penyakit ini adalah pola hidup tak sehat terutama konsusmsi jenis jajan berpemanis secara berlebihan.
Kasus gagal ginjal pada ada anak mulai mendapat atensi masyarakat setelah ramai di media sosial beberapa bulan belakangan ini.
Masyarakat menaruh perhatian pada kasus tersebut lantaran sebagian besar pasien gagal ginjal kini menjalani terapi cuci darah secara rutin, penyakit yang diderita sudah di level akut. Sebuah kondisi yang sangat memprihatinkan.
Kasus gagal ginjal pada anak tidak hanya terjadi di Jakarta, musibah serupa juga jamak di wilayah lain seperti Jawa Barat, Jawa Timur dan sejumlah daerah lain. Namun yang menjadi perhatian adalah kasus di Jakarta dan Jawa Barat.
Jawa Barat Penyumbang Kasus Terbanyak
Dilansir Olenka.id dari berbagai sumber, Jawa Barat menjadi penyumbang pasien anak dengan kasus gagal ginjal terbanyak, mereka terpusat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Total ada 77 anak yang menjalankan terapi cuci darah di sana.
Dinas kesehatan setempat telah mengkonfirmasi bahwa mayoritas anak penderita gagal ginjal dipicu gaya hidup tidak sehat, terutama jajan yang mengandung zat berbahaya dan tinggi kadar gula, itu terjadi pada pasien usia 5 hingga 15 tahun. Sementara pasien di bawah 5 hingga 0 tahun kebanyakan karena faktor genetika.
Pemerintah setempat bahkan sampai mendesak pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Kesehatan untuk memberi label pada jajan anak-anak yang dianggap berbahaya sebagai langkah antisipasi penambahan kasus gagal ginjal yang menyasar anak-anak.
Sementara itu, Jakarta menyumbang 60 kasus, semuanya dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) hanya saja pasien yang menjalankan terapi cuci darah di rumah sakit ini beberapa diantaranya berasal dari daerah Jawa Barat seperti Depok dan Bekasi lantaran keterbatasan fasilitas cuci darah di rumah sakit terdekat, karenanya banyak pasien yang dirujuk ke sana.
Berbeda dengan kasus di Jawa Barat yang usia pasiennya mulai dari 0 hingga 15 tahun, di Jakarta usia pasien anak mayoritas berkisar 12 tahun atau beranjak remaja.
Banyak Kasus yang Belum Terungkap
Fenomena gagal ginjal yang menyerang anak-anak memaksa Kementerian Kesehatan ikut turun tangan. Saat ini pemerintah tengah putar otak mencari jalan keluar, sebab disinyalir kasus-kasus seperti ini banyak yang belum terungkap dan tak mendapat perawatan.
Untuk itu, Kementerian kesehatan memerintahkan setiap puskesmas melakukan skrining besar-besaran. Anak-anak yang terindikasi penyakit yang menyebabkan gagal ginjal langsung ditangani secara serius untuk meminimalkan risiko yang jauh lebih buruk. Minimal mencegah agar gagal ginjal tak naik ke level akut yang bikin pasien harus bolak balik rumas sakit untuk terapi cuci darah.
Di samping itu, Kemenkes juga bakal memanggil pihak RSCM untuk menindaklanjuti kasus tersebut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sudah mengonfirmasi hal itu.
Kasus gagal ginjal pada anak harus ditangani dengan sungguh-sungguh, upaya pencegahan juga disosialisasikan secara serius untuk menekan angka kasus penyakit berbahaya itu.
Diabetes Jadi Biang Kerok
Kementerian Kesehatan sudah menarik kesimpulan sementara, biang kerok fenomena gagal ginjal pada anak diduga karena diabetes akibat konsumsi jajan berpemanis yang tak terkontrol.
Bahkan Menkes Budi Gunadi menyebutkan secara spesifik jenis-jenis jajan anak-anak yang mengandung kadar gula tinggi yang memicu diabetes seperti minuman segar dalam kemasan, boba, es krim dan minuman berenergi kemasan.
Konsumsi jajan tak sehat membuat anak-anak diduga terserang diabetes tipe 2, hanya saja selama ini penyakit itu tak disadari sehingga tak ditangani dengan baik. Para penderitanya baru terdeteksi saat kondisi mereka sudah parah, imbasnya banyak dari mereka didiagnosa gagal ginjal akut dan harus menjalani cuci darah.
"Nah masalahnya anak-anak sekarang kan minumnya gula semua. Manis-manis, boba, es krim, dan segala macam," kata Menkes Budi.
Sebagai langkah awal untuk menekan kasus ini, Kementerian Kesehatan meminta masyarakat mengubah gaya hidup mereka, atau minimal mulai mengontrol jenis jajan yang dikonsumsi anak- anak, sebab gula punya banyak sekali dampak buruk, tak hanya memicu diabetes tetapi juga menjadi penyebab munculnya penyakit lainnya seperti stroke, liver hingga jantung yang semuanya dapat memicu gagal ginjal akut.
Dari kasus yang menimpa anak-anak sekarang ini orang tua seharusnya menjadi lebih bijak lagi memilih jajan untuk buah hati mereka, anak-anak mesti dibiasakan dengan jajan sehat, mereka wajib dijauhkan dari jenis kudapan berbahaya yang mengancam kesehatan.
Meski Kementerian Kesehatan sudah sampai pada kesimpulan sementara, namun pihak RSCM masih belum memastikan pemicu gagal ginjal pada anak secara spesifik.
Konsultan nefrologi RSCM dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) mengatakan, pemicu dari maraknya kasus ini belum tentu dari jajan berpemanis, ada faktor lain yang turut mempengaruhi, bisa jadi kasus-kasus itu baru terungkap setelah anak mengonsumsi jajan tertentu sehingga dianggap sebagai penyebab utama.
Secara teori jajan tak berimbas langsung pada gagal ginjal, lagipula jajan dalam kemasan yang beredar di masyarakat sudah melalui proses pengawasan yang ketat.
Kendati demikian, dr Eka juga tak menampik, jika jajan berpemanis memang punya andil menyebakan gagal ginjal jika dikonsumsi rutin sejak dini.