Membangun sebuah bisnis bukanlah hal mudah. Selain dana yang digunakan sebagai modal untuk membangun sebuah bisnis, dibutuhkan kemampuan dan keuletan dari seseorang yang ingin mengembangkan bisnisnya. Sejumlah pengusaha di Indonesia ini ternyata sempat bekerja di sebuah perusahaan sebelum akhirnya memutuskan untuk berbisnis. Pengalaman mereka tersebut merupakan modal penting bagi perjalanan bisnis mereka.

Berikut beberapa pengusaha di Indonesia yang diketahui sempat bekerja di perusahaan lain terlebih dahulu:

Baca Juga: 3 Pengorbanan Menjadi Seorang Pengusaha dari POV Putri Tanjung

Dahlan Iskan

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2011-2014 ini diketahui sebagai pendiri DISWAY, media baru yang berbentuk print media dan portal situs berita online. Didirikan pada tahun 2018, DISWAY merupakan akronim dari Dahlan Iskan Way.

Sebelum menjadi pengusaha, Dahlan Iskan sempat bekerja menjadi reporter pada surat kabar lokal di Samarinda, Kalimantan Timur. Pada Tahun 1976, pria kelahiran 17 Agustus 1951 ini kembali ke Surabaya dan bekerja sebagai wartawan majalah Tempo hingga akhirnya diangkat sebagai kepala biro Tempo Jatim karena tulisan-tulisannya banyak diminati pembaca.

Melangkah di tahun 1982, Dahlan Iskan dipromosikan menjadi pemimpin Koran Jawa Pos yang saat itu hampir bangkrut. The Chung Shen menjual Jawa Pos yang akhirnya dibeli oleh Direktur Utama PT Grafiti Pers, Penerbit Tempo, yaitu Eric Samola. Dari Ericlah, Dahlan mendapat kepercayaan memimpin Jawa Pos. Di bawah kepemimpinan Dahlan Iskan, Jawa Pos bangkit menjadi surat kabar yang sukses.

Pada tahun 1993, Dahlan Iskan mengundurkan diri menjadi pemimpin redaksi dan pemimpin umum Jawa Pos dan fokus mengembangkan jaringan media Jawa Pos, yakni Jawa Pos News Network (JPNN). Di tahun 1997, dia membangun gedung pencakar langit dengan nama Graha Pena untuk pusat aktivitas JPNN. Dahlan Iskan juga membangun gedung serupa di Jakarta untuk lebih mengukuhkan keberadaan JPNN di Indonesia. Dahlan Iskan juga berkesempatan membangun jaringan televisi yang dimiliki PT Jawa Pos Media, yakni  JTV.

Atas prestasinya tersebut, Dahlan Iskan diamanahi posisi sebagai Direktur Utama PLN oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia menjabat sebagai Direktur Utama PLN pada 23 Desember 2009 hingga 19 Oktober 2011. Setelahnya, Dahlan Iskan diangkat sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggantikan Mustafa Abubakar.

William Tanuwijaya

William Tanuwijaya dikenal sebagai pendiri Tokopedia, perusahaan teknologi yang diluncurkan ke publik pada 17 Agustus 2009 di bawah naungan PT Tokopedia. Sebelum berhasil membangun salah satu marketplace terbesar di Indonesia tersebut, William pernah bekerja di salah satu perusahaan software. Bahkan, pria kelahiran 11 November 1981 tersebut pernah bekerja sebagai penjaga warnet.

Pengusaha yang pernah masuk daftar 150 orang terkaya Indonesia itu, lahir dan dibesarkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara hingga akhirnya merantau ke Jakarta pada tahun 1999. Dia berkuliah di Universitas Bina Nusantara (Binus) dengan mengambil jurusan teknik informatika. Tantangan mulai muncul di tahun kedua perkuliahan William saat sang ayah jatuh sakit. Demi menambah uang saku, dia bekerja sebagai penjaga shift malam warnet 24 jam di dekat lokasi kampus. Berinteraksi dengan internet setiap hari memunculkan kecintaannya pada dunia digital sehingga dia mulai fokus dengan dunia digital.

Setelah menyelesaikan kuliah pada tahun 2003, penerima penghargaan Ernst & Young (EY) Entrepreneur of The Year tahun 2019 ini bekerja di sejumlah perusahaan pengembang peranti lunak seperti TelkomSigma dan Sqiva Sistem. Sebelum bekerja di dua perusahaan tersebut, William pernah bekerja sebagai pengembang game di Bolehnet. Di tahun 2006, ia bekerja sebagai IT & Business Development Manager di Indocom Mediatama.

Ide William untuk membangun Tokopedia sudah muncul di tahun 2007. Sayangnya, saat itu ia belum memiliki modal yang cukup untuk mewujudkan idenya. Bersama temannya, Leontinus Alpha Edison, William fokus mendirikan Tokopedia dengan mulai mencari pemodal. Usaha tersebut baru berhasil di tahun 2009.

Nadiem Makarim

Nadiem Anwar Makarim atau yang lebih dikenal sebagai Nadiem Makarim merupakan pengusaha yang mendirikan Go-jek, perusahaan rintisan yang awalnya bergerak di bidang transportasi. Seiring perkembangannya, Go-jek menambah sejumlah fitur tambahan.

Pria kelahiran 4 Juli 1984 ini merupakan anak dari Nono Anwar Makarim, pengacara ternama Indonesia yang berhasil menyelesaikan berbagai kasus hukum di tingkat nasional maupun internasional. Dia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Brown University dan melanjutkan kuliah pascasarjana di Harvard Business School dengan gelar Master of Business Administration.

Baca Juga: Daftar Pebisnis Indonesia Lulusan S2 dari Berbagai Universitas, Selalu Utamakan Pendidikan!

Berhasil mendapat gelar MBA, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) ini memilih kembali ke Indonesia dan bekerja di perusahaan McKinsey & Company, firma konsultasi global, selama 3 tahun dari tahun 2006-2009. Setelah itu, ia pindah bekerja ke Zalora Indonesia sebagai managing editor.

Ide mendirikan Go-jek didapat Nadiem saat menggunakan jasa pengantaran ojek selama dia bekerja. Berdasarkan wawancaranya dengan para tukang ojek pangkalan, Nadiem berusaha membangun startup yang berfungsi sebagai layanan call center untuk memanggil tukang ojek. Dengan begitu, tukang ojek tidak lagi hanya bengong, ngobrol, dan ngopi sembari menunggu penumpang. Go-Jek lahir pada 12 Oktober 2010 yang didirikan Nadiem bersama temannya, Kevin Aluwi dan Michaelangelo Moran.

Bob Sadino

Bambang Mustari Sadino atau Bob Sadino merupakan pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick ini terkenal akan ciri khas berpakaiannya yang sering mengenakan kemeja lengan pendek dan celana pendek. Lahir pada 9 Maret 1933, Bob Sadino meninggal pada 19 Januari 2015 di usianya yang ke-81 tahun.

Meski terlahir di tengah keluarga yang berkecukupan, Bob Sadino memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya di bangku perkuliahan. Dia memilih melakukan perjalanan dalam memperoleh ilmu.

Di usianya yang ke-19, Bob mewarisi harta orang tuanya dan sempat bekerja sebagai karyawan di Unilever. Di tahun 1955, Bob akhirnya memilih bekerja untuk diri sendiri dan meninggalkan posisinya sebagai karyawan di Unilever. Berbekal harta warisannya, Bob berkeliling dunia dan sempat menetap di Belanda selama 9 tahun. Di momen itu, dia bekerja di perusahaan pelayaran Djakarta Lylod di Kota Amsterdam.

Bob Sadino memutuskan kembali ke Indonesia pada tahun 1967. Berbekal dua buah mobil Mercedes, dia memulai usahanya dengan membuka sewa mobil dengan Bob Sadino sendiri yang menjadi sopirnya. Namun, dia mendapatkan kecelakaan saat menjalankan bisnisnya itu yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Kerugian yang didapatnya itu membuat Bob Sadino tidak memiliki cukup modal untuk memperbaiki mobilnya hingga dia memutuskan untuk menjadi kuli bangunan.

Setelah menjalani kehidupan yang cukup pelik hingga sempat membuatnya depresi, atas saran rekannya bernama Sri Mulyono Herlambang, Bob Sadino mulai memelihara ayam hingga memunculkan ide untuk memiliki usaha ternak ayam. Dari sinilah usaha Bob Sadino mulai berkembang. Setelah penjualan telur ayamnya meningkat, Bob Sadino mengembangkan bisnisnya melalui bisnis sayuran.

Bekerja sama dengan petani-petani lokal, Bob mulai mengembangkan bisnis yang dinamakan Kem Farm. Dari bisnisnya yang terus meningkat itu menjadikan Bob Sadino memutuskan untuk membuka perusahaan yang berupa sebuah supermarket bernama Kem Chicks. Tak hanya itu, Bob Sadino juga mengembangkan usaha di bidang properti bernama The Mansion at Kemang, bekerja sama dengan Agung Sedayu Group.

Ferry Unardi

Ferry Unardi merupakan sosok di balik aplikasi Traveloka. Pria kelahiran 16 Januari 1988 di Kota Padang ini merupakan lulusan Purdue University dengan jurusan Computer Science and Engineering.

Usai menyelesaikan pendidikan S1-nya, dia bekerja di perusahaan ternama dunia, yaitu Microsoft. Kemudian, dia mulai melanjutkan studi di Harvard University dan tertarik untuk membangun perusahaan rintisan dan memilih bidang mesin pencari tiket pesawat.

Baca Juga: 5 Kebiasaan yang Mengubah Hidup Para Pengusaha Top Dunia

Ferry berhasil mendirikan Traveloka pada tahun 2012 sebagai mesin pencari perjalanan. Bisnis yang dibuat tersebut menarik perhatian banyak investor sehingga dia berhasil mendapat perusahaan modal ventura (venture capital) yang cukup besar.

Shinta Nurfauzia

Perempuan yang lahir pada tanggal 13 Juni 1988 ini merupakan pengusaha muda Indonesia yang mendirikan Lemonilo, perusahaan yang memproduksi dan menjual berbagai produk makanan dan minuman organik, bebas bahan kimia, dan non-GMO (non-genetically modified organisms). PT Lemonilo Indonesia Sehat resmi berdiri pada tahun 2016.

Sukses sebagai pebisnis, Shinta Nurfauzia merupakan lulusan hukum dari Universitas Indonesia dan master di Harvard Law School. Meski begitu, dia sudah mulai belajar bisnis saat usianya baru 14 tahun dengan berjualan pancake. Saat berkuliah, ia memulai bisnis dengan membuka Konsula, sebuah startup med-tech, bersama rekannya Johannes Ardiant dan Ronald Wijaya, meski usaha itu ternyata tak berhasil.

Sebelum berhasil membangun Lemonilo, Shinta sempat bekerja sebagai analisis investasi di Morgan Stanley dan Quvat Management. Dia juga sempat menjadi manajer investasi di MDI Ventures. Tak lama setelahnya, dia memutuskan untuk keluar dan membangun Lemonilo. Pada tahun 2018, dia dinobatkan sebagai salah satu penerima penghargaan dari Forbes 30 Under 30 Asia dalam kategori Manufacturing & Energy.