Nun jauh di sana di tanah Papua --- tepatnya di Kabupaten Fakfak, Papua Barat --- hadir sosok dokter perempuan yang begitu inspiratif. Ia tak lain adalah dr. Amira Abdat, seorang spesialis kandungan (Obgyn) yang mungkin sudah tak asing lagi bagi pengguna media sosial, khususnya TikTok. 

Perjuangan dan dedikasinya sebagai satu-satunya dokter Obgyn di Fakfak tak hanya menyentuh hati banyak orang, tetapi juga mengantarkannya meraih berbagai penghargaan. Salah satunya penghargaan langsung yang diterimanya dari Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka. 

Seperti apa sosok dr. Amira Abdat dan bagaimana perjuangannya menjadi dokter kandungan satu-satunya di Fakfak? Berikut ini dirangkum dari pelbagai sumber, Selasa (8/4/2025), sejumlah informasi terkait.

Baca Juga: Mengenang Sosok Maria Emilia Thomas, Dokter Perempuan Pertama di Indonesia

Profil dan Latar Belakang Pendidikan

Lahir di Bogor, Jawa Barat, pada tahun 1991, dr. Amira Abdat tumbuh sebagai sosok perempuan yang gigih mengejar cita-citanya di dunia medis. Perjalanan pendidikannya pun menjadi pondasi penting yang mengantarkannya hingga ke profesinya saat ini sebagai dokter spesialis kandungan. 

Pada 2012, Amira resmi meraih gelar sarjana kedokteran dari Universitas Trisakti. Tak berhenti di situ, tiga tahun kemudian, tepatnya pada 2015, Amira melanjutkan pendidikan spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya. 

Kesempatan itu ia raih setelah mendapat beasiswa dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebuah peluang yang dimanfaatkan Amira sebaik mungkin. Perjuangannya pun berbuah manis, pada 2020 Amira berhasil menyelesaikan pendidikan spesialis tersebut.

Perjalanan Karier

Karier Amira menjadi dokter spesialis kandungan di Fakfak dimulai pada 2013 silam, atau tepatnya setelah ia menyelesaikan pendidikan Kedokteran di Universitas Trisakti. Mulanya, Amira ditunjuk sebagai dokter umum dengan penempatan di salah satu puskesmas pelosok Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Mengutip dari pemberitaan Kompas, dr. Amira mengungkapkan bahwa pengalaman saat menjadi dokter umum membuka matanya terhadap realitas di pedalaman Papua, khususnya di Kabupaten Fakfak. Ia menyadari betapa minimnya dokter spesialis kandungan yang bersedia ditugaskan dan menetap di daerah tersebut. 

Padahal, kebutuhan layanan kesehatan di bidang kandungan dan kebidanan sangat besar, terutama bagi perempuan hamil, perempuan usia lanjut, hingga anak-anak perempuan di bawah umur. 

Kondisi inilah yang kemudian mendorong dr. Amira untuk melanjutkan pendidikan spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) usai mendapatkan beasiswa dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikan spesialisnya, dr. Amira pun mantap kembali ke tanah Papua.

Keputusan dr. Amira untuk kembali mengabdi di Fakfak, Papua, bukan semata-mata karena ingin mewujudkan mimpinya menjadi dokter kandungan di daerah tersebut. Ada faktor lain yang semakin menggerakkan hatinya. Ia menemukan fakta bahwa dari total sekitar 95 ribu penduduk Fakfak, 50 persennya merupakan perempuan. 

Baca Juga: 11 Perempuan Dokter Influencer di Indonesia

Sayangnya, kondisi mereka sangat memprihatinkan. Mulai dari sulitnya akses pemeriksaan kehamilan, maraknya kasus kekerasan seksual, hingga tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Situasi inilah yang semakin menguatkan tekad dr. Amira untuk kembali dan berkontribusi langsung di tanah Papua, menjadi harapan bagi perempuan-perempuan di pedalaman yang membutuhkan layanan kesehatan layak.

“Kehadiran kami, selain pengobatan, juga penyuluhan terkait seks pra-nikah. Sebab dari fenomena yang ada, kebanyakan saat hamil anak ketiga, sang ibu baru dinikahi suami. Itu pun secara siri dan sudah dinormalisasi. Terlepas dari minimnya hiburan, mereka melakukan hubungan seksual tanpa dibekali pengetahuan,’’ ujarnya seperti dikutip dari laman UNAIR

Kondisi pelayanan kesehatan di Fakfak, Papua, memang penuh tantangan. Menurut dr. Amira, masih banyak masyarakat yang lebih percaya berobat ke dukun dibandingkan ke dokter atau fasilitas kesehatan. 

Salah satu alasannya karena akses menuju rumah sakit sangat jauh dan memakan waktu berjam-jam.  Selain itu, banyak warga yang belum memiliki dokumen penting seperti BPJS, akta kelahiran, atau kartu keluarga, sehingga makin sulit untuk mendapatkan layanan kesehatan. .

Dengan segala tantangan yang ada, dr. Amira tak tinggal diam. Ia pun menginisiasi Gerakan Jemput Bola yang dilakukannya bersama tim. Lewat gerakan ini, dr. Amira bersama tim berdedikasi melayani pasien hingga pedalaman yang tak terjangkau dengan puskesmas, tak peduli harus melewati perjalanan laut selama 4-6 jam dengan menggunakan perahu.

Amira juga merangkul ‘mama biang’ dan menjalin kedekatan emosional. Pendekatan ini dilakukan dengan memberikan edukasi hingga alat-alat persalinan steril yang bisa digunakan oleh mama biang dalam menangani pasien ketika kondisi darurat yang tidak memungkinkan Amira dan tim bisa datang cepat. 

"Walaupun kita tidak menganjurkan mereka lahir di rumah, tetapi setidaknya dalam kondisi emergency mama biang bisa menangani. Selain itu, dalam tim saya ada orang dinkes yang siap bergerak untuk membantu administrasi termasuk BPJS, jadi sambil menyelam minum air," tuturnya.

Baca Juga: Mengenal Lani Darmawan: Sarjana Kedokteran yang Jadi Pemimpin Perbankan Ternama di Indonesia

Berkat inovasi dan pelayanan yang dihadirkan, dr. Amira dan tim berhasil menekan 60 persen Angka Kematian Ibu dan Anak (AKI), dan banyak mama biang yang sudah teredukasi. 

Selain menangani banyak perempuan hamil dan melahirkan, dr. Amira juga kerap memberikan edukasi dan sosialisasi ia juga memberikan penyuluhan kepada warga setempat terkait berbagai hal yang berhubungan dengan spesialisasinya, termasuk seks pra-nikah.

Kehadiran dr. Amira yang telah menyelamatkan banyak nyawa, membuat ibu melahirkan setempat terinspirasi memberikan nama anaknya dengan nama ‘Amira’.

Amira juga aktif memberikan edukasi serupa melalui akun media sosial miliknya. Bahkan, ia kerap membagikan sepenggal cerita para pasien sebagai bentuk pembelajaran yang dapat dipetik oleh pengikut setianya yang kini sudah menyentuh angka 2,2 juta untuk akun TikTok miliknya.

Berkat dedikasi dan kisahnya yang menginspirasi, dr. Amira berhasil meraih sejumlah penghargaan bergengsi. Di antaranya adalah penghargaan untuk kategori kesehatan pada Liputan6 Award tahun 2024 yang diberikan langsung oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming hingga, penghargaan sosok inspiratif dalam TikTok Awards Indonesia 2024.