Industri alas kaki menjadi salah satu sektor yang terdampak dengan pelemahan daya beli masyarakat. Hal tersebut juga dikatakan langsung oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Firman Bakri.

Menurutnya, industri alas kaki memiliki dua kelompok industri yang berbeda, yaitu industri yang berorientasi pasar domestik dan industri yang berorientasi ekspor. Hal tersebut pun dikatakan berpengaruh dengan pelemahan ekonomi global atau perubahan-perubahan ekonomi global.

Jika saat pandemi Covid-19 banyak industri bisnis yang tutup, Firman Bakri justru mengatakan bahwa kondisi tersebut membawa berkah untuk industri yang orientasinya ekspor.

“Kalau untuk kita yang industri orientasi ekspor, kita sebenarnya sejak pandemi kita justru mendapatkan berkah karena kita terbukti mampu supply ke negara-negara tujuan ekspor kita selama negara-negara yang lain itu lockdown,” ungkap Firman kepada Olenka.

Namun, di tahun 2022 Firman juga merasakan perubahan yang berdampak, sehingga kapasitas produksi pun harus dikurangi. Meski begitu, industri alas kaki tetap bisa bangun kembali dan tidak memilih untuk berhenti.

Baca Juga: Bikin Aktivitas Makin Nyaman, Dokter Ini Bagikan Tips Beli Sepatu yang Tepat!

“Kebetulan ketika drop kemudian berlanjut sampai tahun 2023, tetapi di 2023 itu kita sudah mulai mengalami recovery. Walaupun kita masih negatif ya di 2023. Nah, di 2023 akhir sampai kemudian sekarang di 2024, untuk industri kita yang orientasi ekspor, kita sudah mulai recovery dan juga sudah mulai positif,” jelasnya.

Menurut Firman, banyak hal yang bisa tumbuh, mulai dari ekspor, reputasi kerja, dan kapasitas produksinya. Bahkan, ia mengatakan bahwa ini bertumbuh jika dikomparasi dengan 5 hingga 10 tahun ke belakang.

“Posisi sekarang itu kita masih sekitar 65% tumbuh dibandingkan sebelum pandemi, artinya walaupun sekarang slow, tetapi kalau dikomparasi 5 tahun sebelumnya kita tumbuh luar biasa,” ujarnya.