Awal Merintis Vanilla Hijab

Setelah memutuskan berhenti dari ITB, Atina melanjutkan pendidikan tingginya di PM Menteng mengambil dan jurusan Manajemen. Dari sinilah ide merintis bisnis dan mendirikan Vanilla Hijab itu bermula.

Kala itu, Atina tak ingin lagi menyusahkan kedua orang tuanya yang sudah mengeluarkan banyak uang untuk pengobatannya. Ingin melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri, ia pun mencoba peruntungan dengan berjualan hijab secara online, meski dirinya juga belum berhijab.

Dal sejumlah sumber disebutkan, Maret 2013, Atina memulai usahanya dengan menggandeng tukang jahit keliling yang biasa melintas di depan rumah. Ia pun memilih nama Vanilla Hijab sebagai identitas brand hijab yang dirintisnya. Di saat yang sama, ia juga mulai memanfaatkan media sosial untuk memasarkan produknya. Meski sempat terkendala modal, ia terus berjuang dan memberikan usaha terbaiknya.

Baca Juga: Mengenal Nadine Gaus, Sosok Inspiratif di Balik Wearing Klamby: Dari Thrifting hingga Jadi Jenama Fesyen Lokal

Atina tidak merintis usahanya sendirian. Ia dibantu sang kakak, Intan Kusuma Fauzia, yang turut berperan sejak awal. Perlahan tapi pasti, dalam kurun waktu sekitar enam tahun, Vanilla Hijab pun semakin dikenal luas oleh masyarakat.

Dari keuntungan yang saat itu masih tergolong kecil sekitar Rp20 ribu hingga Rp40 ribu per potong, Atina perlahan mengumpulkan modal awal untuk meningkatkan produksi Vanilla Hijab. Jika awalnya ia hanya mengandalkan sistem pre-order, seiring waktu ia mulai berani memesan stok langsung ke vendor dan merekrut lebih banyak tukang jahit keliling.