Masalah gerakan tutup mulut (GTM) pada anak kerap membuat orang tua khawatir. Kondisi ini tidak jarang memicu stres karena anak menolak makan dalam periode tertentu. Namun, Dokter Spesialis Anak, Ika Nurillah Satriana, menegaskan bahwa penanganan GTM tidak bisa dilakukan secara sembarangan dan perlu diawali dengan evaluasi menyeluruh terhadap penyebabnya.
Menurut dr. Ika, GTM bukanlah masalah tunggal, melainkan bisa dipicu oleh berbagai faktor. Salah satu yang paling umum adalah rasa bosan anak terhadap menu makanan yang disajikan secara berulang. Anak, termasuk bayi, bisa kehilangan minat makan jika variasi makanan tidak diperhatikan.
Baca Juga: Lawan GTM Tanpa Drama, Ini Solusi Sehat Rendah Gula dan Garam dari Milna
“Kalau anak GTM, kita harus evaluasi dulu kenapa. Bisa jadi karena dia bosan, misalnya menu dan penyajiannya itu-itu saja,” jelas dr. Ika kepada Olenka beberapa waktu lalu.
Selain faktor menu, waktu makan yang tidak tepat juga sering menjadi penyebab anak menolak makan. Memberikan makanan saat anak mengantuk atau belum berada dalam kondisi siap makan dapat membuatnya enggan membuka mulut.
“Kadang-kadang bayinya lagi nggak tepat waktunya. Misalnya dia mengantuk lalu dikasih makan, ya tentu saja dia nggak mau,” tambahnya.
Baca Juga: Dokter Spesialis Anak: Makanan Awal MPASI Tak Wajib Buah
Tak hanya itu, kondisi kesehatan anak juga berperan besar. Saat anak sedang sakit, mulut bisa terasa tidak nyaman sehingga nafsu makan menurun drastis.
“Kalau anak lagi sakit, mulutnya nggak enak, jadi dia nggak mau makan. Ini juga harus jadi pertimbangan,” ujarnya.
Lebih lanjut, dr. Ika menekankan bahwa cara mengatasi GTM harus disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Jika anak menolak makan karena bosan, orang tua dianjurkan untuk mulai memvariasikan menu dan penyajian makanan agar lebih menarik.
Baca Juga: Prinsip MPASI: Sedikit tapi Sering agar Bayi Tumbuh Optimal Menurut Dokter Ahli
Apabila GTM terjadi karena anak sedang sakit, maka pengobatan menjadi prioritas utama. Selama masa pemulihan, tekstur makanan boleh diturunkan sementara agar lebih mudah diterima oleh anak.
“Saat sedang sakit, obati dulu penyakitnya. Tekstur makanan juga boleh diturunkan sementara sampai anak benar-benar sembuh,” jelasnya.
Sementara itu, jika penyebab GTM adalah waktu makan yang kurang tepat, orang tua perlu kembali mengevaluasi jadwal pemberian makan dan menyesuaikannya dengan kondisi serta ritme anak.
Baca Juga: Apa Alasan Dokter Anak Selalu Mengukur Lingkar Kepala Bayi?
“Apabila penyebabnya karena waktunya nggak pas, kita harus evaluasi jam makannya. Kalau sudah tahu, lakukan di jam yang sesuai untuk bayi,” tutur dr. Ika.
Melalui pemahaman yang tepat, dr. Ika berharap orang tua tidak langsung panik saat menghadapi GTM. Evaluasi yang cermat dan pendekatan yang sesuai diyakini dapat membantu anak kembali menikmati waktu makan dengan lebih nyaman dan menyenangkan.