4. Skincare Berteknologi Artificial Intelligence (22%)
Kecerdasan buatan (AI) semakin merambah dunia kecantikan. Tren ini membawa pengalaman personalisasi yang lebih dalam, seperti analisa kondisi kulit secara digital, rekomendasi produk otomatis, hingga simulasi makeup virtual. Teknologi ini membantu pengguna menemukan produk yang paling sesuai dengan kebutuhan unik kulit mereka.
5. Skincare dengan Bahan Fermentasi dan Probiotik (15%)
Tren bahan alami lain yang mulai naik daun adalah fermentasi dan probiotik. Kandungan ini diketahui dapat memperkuat skin barrier, mengurangi jerawat, dan menenangkan peradangan. Menariknya, tren ini cukup populer di kalangan pria dan konsumen yang tinggal di wilayah Sumatera, menunjukkan bahwa minat terhadap skincare tidak terbatas gender atau lokasi.
6. Formula Vegan dan Cruelty-Free (11%)
Semakin banyak konsumen yang memperhatikan proses di balik pembuatan produk kecantikan. Produk vegan dan cruelty-free yang tidak mengandung bahan hewani dan tidak diuji pada hewan semakin dicari. Ini sejalan dengan meningkatnya gaya hidup etis dan empatik terhadap hewan, serta kepedulian terhadap keberlanjutan lingkungan.
Indah Tanip, VP of Research Populix, menegaskan bahwa konsumen generasi milenial dan Gen Z kini jauh lebih kritis dan sadar akan nilai-nilai di balik produk yang mereka pilih.
“Mereka tidak sekadar ikut-ikutan tren, tapi benar-benar peduli terhadap aspek etika, ilmiah, dan emosional dari produk yang digunakan. Maka dari itu, pelaku industri skincare harus terus berinovasi dan peka terhadap perubahan ini agar tetap relevan,” jelasnya.
Industri skincare di masa depan bukan hanya soal kulit yang sehat, tapi juga tentang menciptakan hubungan emosional, etis, dan berkelanjutan antara brand dan konsumennya. Dan tren-tren inilah yang menunjukkan arah ke mana masa depan kecantikan akan melangkah.
Baca Juga: Tren Skincare di Kalangan Ge Z dan Milenial, Skincare Lokal Masih Jadi Primadonanya Anak Muda