Setelah bertahun-tahun dikenal sebagai ikon kecantikan dan sensualitas, Wulan Guritno akhirnya memecah keheningan yang jarang ia sentuh di depan publik, yakni perjalanan panjangnya berdamai dengan kulit dan luka yang ia bawa selama dua dekade terakhir.

Penampilan Wulan dalam film “Norma” sempat memicu komentar publik soal bekas jerawat dan tekstur kulitnya. Ada yang membandingkan, mengkritik, hingga mempertanyakan penampilannya. Namun banyak pula yang memberi dukungan, kagum pada keberaniannya tampil apa adanya, seiring bertambahnya usia dan perjalanan hidup.

Bukannya mengelak atau tersinggung, Wulan justru membaca semuanya. “Saya baca semuanya. Dan jujur, saya menghargai setiap perhatian, bahkan yang datang lewat kritik,” ujarnya. “Kalau saya bisa menghadapi ini dengan tenang, mungkin saya bisa bantu perempuan lain agar nggak merasa harus sempurna,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan resmi, Minggu (26/10/2025).

Baca Juga: Cerita 6 Sosok Inspiratif ZAP tentang Kepercayaan Diri

Pada peluncuran kampanye “Insecurity Uncovered” bersama ZAP Premiere, Wulan melakukan sebuah aksi simbolis yang menyentuh, yakni menghapus makeup-nya di hadapan para tamu undangan. Untuk pertama kalinya, ia tampil bare face di ruang publik, sebuah pernyataan bahwa keberanian tak selalu tentang sempurna, tapi kejujuran pada diri sendiri.

“Saya sudah mencoba banyak perawatan. Acne scar tidak bisa 100% hilang, dan itu bukan kegagalan, itu realita,” jelasnya. Setelah menjalani 5 sesi perawatan di ZAP Premiere, Wulan mengaku mengalami perbaikan hingga 70%. “Untuk pertama kalinya dalam 20 tahun, saya merasa cukup… dan percaya diri tanpa menyembunyikan apa pun lagi.”

Gerakan ini juga menghadirkan mini series dokumenter tanpa naskah dan tanpa makeup, dimana ditayangkan di Instagram & TikTok @zappremiere setiap Rabu pukul 18.00 WIB, serta paket perawatan “Wulan’s Acne Scars Healing Series” yang dibuka untuk publik agar lebih banyak perempuan merasakan pemulihan yang nyata.

Menurut ZAP Beauty Index 2024, 48,8% wanita milenial di Indonesia menyebut bekas jerawat sebagai masalah kulit utama mereka, bahkan melebihi kerutan dan tanda penuaan. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Wulan tidak sendirian dalam perjuangannya.

Tim medis ZAP Premiere memastikan bahwa penanganan acne scar butuh strategi yang tepat dan kesabaran. “Scar healing bukan sekadar tindakan, tapi proses emosional,” ungkap dr. Dara Ayuningtyas, VP Medical ZAP Group. “Kami tidak menjual mimpi instan. Kami menciptakan langkah yang realistis dan terukur.”

Kampanye ini pun berkembang menjadi gerakan kolektif. Melalui #HealingFeelsBetterTogether, Wulan membuka ruang aman bernama Acne Healing Circle, komunitas digital bagi para acne fighter untuk saling berbagi proses, cerita, dan kekuatan.

Baca Juga: Wulan Guritno dan Karier Gemilangnya di Industri Tanah Air

“Ada masa di mana aku benci lihat cermin,” kenang wulan pelan. Tapi kini, luka yang dulu ingin ia tutupi justru menjadi sumber keberanian baru.

Perjalanan Wulan Guritno adalah pengingat bahwa healing bukan soal kesempurnaan, melainkan keberanian untuk jujur pada diri sendiri, dan menyadari bahwa setiap luka yang kita miliki, bisa menjadi kekuatan ketika kita berhenti menyembunyikannya.