Sinar Mas Group kini dikenal sebagai salah satu konglomerasi tersukses di Indonesia. Keluarga Widjaja, pemilik Sinar Mas Group, berulang kali menduduki posisi orang terkaya di Indonesia berkat bisnis mereka. BSD, kota mandiri terencana yang berada di Tangerang Selatan, menjadi salah satu bukti kuatnya perkembangan bisnis Sinar Mas Group.
Dengan delapan (8) lini bisnis yang dimiliki saat ini, perjalanan Sinar Mas Group berawal dari kayuh sepeda seorang anak muda bernama Eka Tjipta Widjaja (Oei Ek Tjhong). Sebuah kalimat sederhana, tapi penuh makna menjadi semacam mantra bagi Eka muda untuk terus berusaha:
“Saya tidak boleh patah semangat!”
Baca Juga: Mengenal Aurora Sri Rahayu, Perempuan di Balik Ayam Goreng Legendaris Jogja ‘Olive Fried Chicken’
Masa Muda Eka Tjipta Widjaja
Eka Tjipta Widjaja lahir di Quanzhou, Tiongkok pada 27 Februari 1921. Dia merantau ke Makassar bersama ibunya di tahun 1932 ketika berumur 9 tahun; mengikuti jejak sang ayah yang telah terlebih dahulu merantau. Hidup serba kekurangan, Eka hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat sekolah dasar (SD).
Dia lantas memutuskan untuk berdagang guna membantu kondisi keuangan keluarganya. Kala itu, ayahnya menjalankan bisnis dengan membuka toko kecil-kecilan. Dengan semangat mudanya, Eka menjalankan bisnis lewat sistem jemput-bola menggunakan sepeda. Sejak tahun 1938, Eka berkeliling kota Makassar dengan mengendarai sepeda untuk menjajakan permen, biskuit, serta aneka barang dagangan toko ayahnya dari pintu ke pintu.
Saat uang tabungannya terkumpul, Eka berhasil merenovasi rumah orang tuanya dan membeli becak sebagai alat pengangkut dagangannya. Di tahun 1949, Eka mampu mendirikan toko kelontong grosir meski pada akhirnya bangkrut.
Gagal, Bangkit Lagi!
Kegagalan Eka dalam berbisnis tidak hanya terjadi saat membangun toko kelontong. Dia tercatat beberapa kali mengalami kegagalan. Meski begitu, Eka selalu mengambil langkah untuk bangkit kembali. Dia juga sempat gagal saat menjalankan bisnis kopra.
Mengutip laman resmi Sinar Mas Group, tonggak penting yang diambil Eka adalah saat mendirikan kilang minyak goreng kopra pertamanya, Bitung Manado Oil Ltd. di Sulawesi Utara pada tahun 1968. Di tahun 1972, Eka memulai bisnis pengembang dan real estate lewat PT Duta Pertiwi. Di tahun yang sama, Eka juga mendirikan pabrik soda kimia, Tjiwi Kimia, yang kemudian menjadi pabrik kertas pertama Sinar Mas.
Di tahun 1982, PT Internas Artha Leasing Company didirikan dan berkembang menjadi perusahaan jasa keuangan yang terintegrasi milik Sinar Mas. Perusahaan tersebut lantas mulai mengelola hutan tanaman pada tahun 1986 (Sinar Mas Forestry). Perusahaan juga mendirikan PT Dian Swastika Sentosa di tahun 1996 untuk memfasilitasi listrik ke pabrik Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas.
Sinar Mas mulai beroperasi secara komersial di bidang penyediaan energi, perdagangan besar, serta infrastruktur telekomunikasi ketika terjadi krisis ekonomi di tahun 1998. Berlanjut di tahun 2005, Sinar Mas mengakuisisi Bank Shinta yang kemudian secara resmi menjadi Bank Sinarmas pada tahun 2006. Di tahun yang sama, 2006, PT Smart Telecom resmi berdiri.
Setelah membangun Sinar Mas Group hingga merayakan ulang tahunnya yang ke-80 di tahun 2018, Eka Tjipta Widjaja tutup usia pada Sabtu, 26 Januari 2019 silam di usia 97 tahun. Tanpa kerja kerasnya yang pantang menyerah di usia muda, Sinar Mas Group tidak akan ada seperti saat ini.