Nadia Mulya, public figure sekaligus founder Langi Biru Pertiwi, organisasi yang menyediakan jasa konsultasi, pelatihan, dan informasi untuk membantu masyarakat, UMKM, dan perusahaan menerapkan Environmental Social Governance (ESG), merekomendasikan tiga buku tentang perubahan iklim.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan Paris Agreement tahun 2015 silam, ratusan negara di dunia sepakat menerapkan berbagai kebijakan sebagai langkah mengatasi perubahan iklim dan dampaknya. Perjanjian yang disahkan dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP21) ini mulai berlaku pada 4 November 2016.

Baca Juga: Mengulik Rahasia Mencintai Diri Sendiri Lewat Buku 'Time to Come Home' Karya Damini Grover

"Saya memiliki 3 rekomendasi buku yang buat kita makin melek dengan kondisi bumi saat ini," ucap Nadia Mulya belum lama ini kepada Olenka.

Berikut tiga buku yang direkomendasikan Nadia Mulya:

1. The Uninhabitable Earth (2019)

The Uninhabitable Earth atau 'Bumi yang Tidak Layak Huni' karya David Wallace-Wells merupakan buku nonfiksi yang berisi peringatan tentang dampak perubahan iklim terhadap dunia. Buku ini menjabarkan berbagai kemungkinan yang terjadi jika dunia gagal menjaga kenaikan suhu di 1,5°C.

Dampak kenaikan suhu terhadap bumi di masa depan dapat menaikkan permukaan air laut, terjadinya bencana alam, dan munculnya berbagai wabah penyakit. Buku ini mengakui bahwa ada solusi yang dapat mencegah kerusakan terburuk, seperti pajak karbon, penggunaan energi hijau, dan peralihan dari daging sapi dan susu.

"Baca The Uninhabitable Earth kayak nonton film horor karena dijelaskan apa yang akan terjadi jika bumi mencapai 2 derajat Celsius. Pokoknya, kalau baca itu, kita akan tergugah untuk melakukan sesuatu," tegas Nadia.

2. Kebersihan adalah Investasi (2022)

Buku dari Indonesia ini merupakan buku yang diterbitkan oleh Indonesia Solid Waste Association (InSWA) pada tahun 2022. Kebersihan adalah Investasi merupakan hasil dari diskusi dan peluncuran yang diadakan InSWA dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Dengan membaca buku ini, pembaca diharapkan paham akan filosofi pengelolaan sampah dan bagaimana sistem pengelolaan sampah yang terpadu dan berkelanjutan dapat diwujudkan.

"Yang kedua, buku Indonesia, Kebersihan adalah Investasi akan mengubah mindset kita bahwa sampah bukan hanya urusan pemerintah, bukan urusan orang lain, tapi urusan kita sendiri. Ini merupakan investasi," ucap perempuan kelahiran 19 Februari 1980 ini.

3. The Future We Choose: Surviving the Cilmate Change (2020)

Buku ini disebut sangat cocok bagi mereka yang ingin terlibat aktif dalam aksi pengendalian suhu bumi. Selain menujukkan dampak buruk dari kenaikan suhu bumi, buku ini juga dipenuhi dengan optimisme lewat langkah-langkah nyata yang dapat diambil.

Dalam salah satu bagian di The Future We Choose: Surviving the Cilmate Change, para penulis menyajikan dua gaya narasi yang kontras: satu bab yang menakutkan dan mengkhawatirkan, sedangkan bab berikutnya penuh dengan harapan. Kontradiksi antara kedua bab ini berhasil menggarisbawahi poin penting bahwa manusia masih dapat mengatasi perubahan iklim yang terjadi lewat aksi nyata yang dilakukan.

Itulah buku-buku yang patut dibaca di tengah perubahan iklim yang makin tak menentu. Belum ada kata terlambat untuk segera melakukan aksi nyata demi terselamatkannya bumi sebagai planet yang layak dihuni manusia.

"Bagaimana buku-buku itu mampu membuat kita melakukan aksi nyata. We can do something to stop it. Buku-buku ini bisa menginspirasi kita untuk melakukan sesuatu agar anak-anak kita bisa memiliki bumi yang kita wariskan yang lebih cantik, lebih indah, dari masa kanak-kanak kita," pungkasnya.